MEMBURU PELAKU BLACK SEPTEMBER
Kelompok teroris Black September
Ketika pejuang Palestina makin kesulitan melancarkan
aksi serangan teror terhadap pesawat-pesawat komersial Israel karena
penjagaan yang sangat ketat, mereka mulai menyasar target di luar
Israel. Salah satu organisasi kelompok teroris Palestina yang paling
gencar menyerang Israel adalah Black September. Organisasi ini adalah
organisasi teroris yang tidak disetujui lagi operasinya oleh Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO), karena pergerakan mereka terlalu berani dan
terlalu kejam. Akibatnya malah merugikan Palestina sendiri, yang sedang
memperjuangkan kemerdekaan nya. Meskipun telah di diskualifikasi dari
PLO, Black September ternyata kerap melakukan aksi teror mereka.
Tindakan yang membuat rakyat Palestina dan dunia Arab
berang adalah ketika Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP)
melancarkan pembajakan pesawat secara besar-besaran pada September 1970.
PFLP yang dipimpin oleh George Habash pada 10 September berhasil
membajak 3 pesawat sekaligus, pesawat tersebut sedang melakukan
penerbangan di sebelah utara Aman, ibukota Yordania. Uniknya
pesawat-pesawat komersial yang dibajak bukan pesawat Israel, melainkan
pesawat Boeing B747 Pan American Penerbangan 93 (Brusel – New York).
Boeing B707 TWA Penerbangan 741 (Frankfurt – New York), dan DC-8
Swissair penerbangan 100 (Zurich – New York). Ketiga pesawat yang
dibajak tersebut, dengan total penumpang 400 orang, kemudian dipaksa
mendarat di Zarka, Yordania. Dan langsung ditawan oleh puluhan teroris
bersenjata. Lantaran tidak ada satu pun penumpang warga negara Israel di
pesawat-pesawat tersebut, teroris PFLP meminta agar semua
rekan-rekannya yang sedang ditahan di penjara Israel untuk dibebaskan.
Jenis pesawat AS yang dibajak- B747 Pan American
Akibat ulah pembajakan oleh PFLP yang merupakan aksi
terbesar dan menggemparkan dunia. Bukan hanya Israel yang dibuat berang,
tapi dunia Internasional juga sangat marah dan mengutuk aksi pembajakan
tersebut. 400 orang penumpang yang berada didalam pesawat-pesawat
tersebut diancam akan diledakkan jika permintaan PFLP atas pembebasan
rekan-rekannya tidak dipenuhi. Aksi ini jelas merupakan tindakan kejam
yang tidak bisa diterima akal sehat. Selain bermaksud untuk membebaskan
rekan-rekannya, mereka juga berniat untuk memanfaatkan AS, Inggris, dan
Swiss, sebagai negara yang secara politik bisa menekan Israel. Militer
Israel sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk melaksanakan operasi guna
membebaskan para sandera yang ditawan. Namun Menteri Pertahanan Israel,
Moshe Dayan ternyata lebih memilih menggunakan cara damai daripada
menggunakan cara militer yang diyakininya merupakan langkah yang tepat
dan lebih aman untuk dilakukan.
Cara yang ditempuh militer Israel adalah menahan
sekitar 450 orang Palestina yang memiliki hubungan kerabat dengan
kelompok teroris PFLP. Operasi penahanan berlangsung semalam itu
ditujukan untuk mengancam balik para pembajak. Jika mereka melukai para
sandera, sanak saudara para teroris yang saat itu berada dalam tahanan
Israel akan terancam. Pembajak akhirnya membebaskan semua sandera yang
berada di dalam pesawat, namun sebelum mereka pergi, mereka membakar 3
pesawat. Aksi pembakaran pesawat itu jelas membuat penguasa Yordania,
Raja Hussein murka karena kelompok PFLP telah melakukan tindakan semau
mereka di negeri orang. Raja Hussein yang merasa dilecehkan lalu
memerintahkan Pasukannya, Legiun Arab, untuk mengusir dan membunuh
orang-orang Palestina yang bermukim di perkampungan Yordania. Tindakan
kejam legiun Arab terhadap warga negara Palestina pada 15 September
ternyata memunculkan dendam baru. Beberapa Orang Palestina yang berhasil
meloloskan diri dari kejaran kelompok legiun Arab, melarikan diri ke
Suriah, Lebanon, kemudian berhasil membentuk kelompok baru yang mereka
namakan Black September. Sebagai organisasi teroris yang kemudian
berhasil membangun jaringan Internasional, Black September pun terus
menggalang kemampuan untuk melancarkan serangan teror terhadap musuh
abadinya, Israel.
MUNICH MASSACRE
Dua tahun berselang, Black September kembali
melancarkan aksi besar-besaran mereka dengan sasaran orang-orang Israel.
Pada 5 September 1972, tujuh orang anggota Black September meloncati
pagar keamanan di perkampungan atlet olimpiade di Munich, Jerman.
Ketujuh anggota tersebut melengkapi diri dengan senjata AKM, Pistol
Tokarev, dan beberapa granat tangan. Dengan gerakan mereka yang sangat
terlatih, mereka bergerak menuju gang bernama Konnollystrasse 31. Yaitu
tempat dimana para atlet olimpiade Israel menginap. Setelah menguasai
gedung mereka dengan cepat menyergap atlet-atlet Israel. Setelah melalui
perlawanan singkat, 2 atlet Israel terbunuh, 11 atlet Israel berhasil
di sandera, dan beberapa di antaranya berhasil melarikan diri. Black
September langsung mengumumkan tuntutannya yang sebenarnya sangatlah
klasik. Mereka meminta agar Israel membebaskan 234 anggota Black
September yang ditahan. Tak hanya menuntut Israel, mereka juga meminta
kepada Pemerintah Jerman agar membebaskan rekan teroris profesional
mereka, yakni; Ulrike Meinhof dan Andreas Baader, untuk segera
dibebaskan dari penjara Jerman. Mereka juga meminta pesawat, yang akan
mereka gunakan untuk kabur melarikan diri dari Jerman.
Kelompok teroris Black September- saat melakukan aksinya
Berita penyanderaan di Munich oleh kelompok Black
September itu langsung mengguncang Israel karena Mossad sudah menduga
aksi serangan teroris terhadap kontingen Israel sangat mungkin terjadi.
Semula Mossad bahkan sudah mempersiapkan pengawalan khusus sekaligus
mempersenjatai para atlet Israel. Namun karena Pemerintah Jerman
menjamin keamanan untuk semua atlet, meskipun sangat kesal, Mossad
kemudian membatalkan rencananya untuk mengawal dan mempersenjatai
mereka. Kini Israel meresa kesulitan karena aparat keamanan Jerman yang
dianggap kurang pengalaman berniat membebaskan para sandera melalui
tindakan militer.
.
Aparat keamanan Jerman yang berusaha membebaskan para sandera
Setelah melalui perundingan yang melelahkan dan tak
kunjung mencapai kesepakatan. Pemerintah Jerman akhirnya sepakat untuk
mengeluarkan anggota Black September dan tawanan nya yang disandera
untuk keluar dari Jerman. Para teroris dan sandera yang ditawan lalu
dibawa menuju pangkalan udara militer di Munich menggunakan 2
helikopter. Setibanya di pangkalan udara Munich, mereka sudah ditunggu
pesawat Lufthansa yang tampaknya dipersiapkan untuk mengangkut anggota
Black September untuk keluar dari Jerman.
OPERASI YANG GAGAL
Pesawat Lufthansa yang sudah dipersiapkan untuk
mereka, sebenarnya didalamnya terdapat para personil keamanan Jerman
yang siap melumpuhkan para teroris dan sekaligus melakukan penyelamatan
terhadap para sandera yang ditawan. Sementara itu di sudut-sudut
pangkalan udara telah bersiaga beberapa orang penembak jitu yang telah
bersiaga dan siap untuk melumpuhkan para pembajak. Setelah helikopter
mendarat di pangkalan, 4 anggota Black September langsung bergerak
menuju pesawat Lufthansa. Sementara anggota Black September lainnya dan
para sandera tetap berada di dalam helikopter dengan keadaan mesin yang
masih menyala.
Bergeraknya empat anggota teroris tersebut menuju
Lufthansa sama sekali di luar dugaan. Aparat kepolisian dan militer
Jerman yang masih belum berpengalaman dalam melaksanakan operasi semacam
ini kemudian menjadi panik dan kurang kordinasi. Penembak jitu yang
telah bersiaga di sudut-sudut pangkalan segera melepaskan tembakan,
tetapi karena kurang profesional akhirnya tembakan pun meleset dan
kemudian keempat anggota teroris tersebut membalas tembakan dan sempat
terjadi baku tembak. Keempat teroris tersebut akhirnya berhasil
dirobohkan setelah ditembaki dari berbagai arah.
Sementara itu, keempat anggota Black September lainnya yang berada di helikopter tidak panik setelah rekan-rekan mereka dilumpuhkan dari berbagai arah. Mereka lalu melompat keluar dari helikopter dan dengan sigap menghancurkan dua helikopter yang berisi para sandera dengan lemparan granat tangan mereka. Helikopter pun meledak dan menewaskan semua sandera yang berada didalamnya. Operasi yang dilakukan aparat keamanan Jerman akhirnya gagal total. Selain semua sandera dan empat anggota teroris tewas, satu personel kepolisian Jerman juga tewas. Namun pihak yang paling malu dan terpukul atas peristiwa ini adalah kepala Mossad, Zwi Zamir. Apalagi saat operasi penyelamatan sandera dilakukan, tak ada satu pun agen Mossad yang terlibat di dalam operasi. Ketika Zwi Zamir tiba di lokasi, semua sudah terlambat, dan yang bisa disaksikannya adalah sisa-sisa pertempuran sengit yang berakibat pada tewasnya semua atlet Israel.
pembahasan yang bagus
ReplyDelete