Saturday, 5 May 2012

Spetsnaz Rusia: Afghanistan, 1980-an



Gambar ilustrasi diatas dibuat untuk memperingati 30 tahun invansi Soviet atas Afghanistan (1979-2009)
gambar tersebut menggambarkan situasi di Afghanistan ketika pendudukan Soviet berlangsung



LATAR BELAKANG
Pada April 1978 Mohammad Daoud, Presiden Afghanistan terbunuh dalam kudeta berdarah. Ia mencoba menjaga Afghanistan tetap netral di antara blok kekuatan AS dan Soviet sambil mencari bantuan dari keduanya. Presiden yang baru, Mohammad Taraki, sangat pro Soviet. Ia mencoba reformasi ala Soviet dalam masyarakat Afghanistan yang tradisional. Hal ini menimbulkan pemberontakan di seluruh populasi muslim. Situasinya bertambah pelik oleh kebijakan anti-Islam Perdana Menteri Hafizullah Amin (mulai Maret 1979). Mendengar bahwa Soviet ingin menyingkirkannya, ia pun membunuh Taraki di istananya (14 September 1979). Amin lalu mengangkat dirinya sebagai Presiden. Dengan kelompok-kelompok pemberontak menguasai sebagian besar Afghanistan, dan takut bahwa rezim Afghan akan meletuskan revolusi di negara-negara Islam satelitnya. Pasukan Soviet mulai turun tangan melakukan invansi untuk rencana pendudukan 10 tahun kedepan.


Spetsnaz memainkan peranan kunci dalam invansi dan pendudukan Uni Soviet atas Afghanistan antara tahun 1979 dan 1989. Walaupun 10 tahun perlawanan gerilya Afghanistan akhirnya memaksa penarikan mundur Soviet, namun Operasi Spetsnaz merupakan elemen tersukses dari upaya militer Soviet.

Keterlibatan Spetsnaz di Afghanistan dimulai dengan penggelaran pasukan pada 10 Desember 1979 ke Bagram, kota penting dan strategis di dekat sisi utara Ibukota Afghan, Kabul. Para prajurit khusus ini, dan juga prajurit dari Soviet 105th Guardis Airbone Division, merebut Bagram dalam dua minggu, sambil tetap bergerak ke selatan untuk merebut dan menduduki Bandara Internasional Kabul pada 24 Desember.

Tanggal itu menandai awal invansi Soviet. Pasukan khusus Spetsnaz melakukan serbuan kilat atas instalasi-instalasi kunci, seperti pangkalan udara strategis di Shind dan Kandahar, sebagai pendahulu pasukan invansi darat utama Soviet. Kekejaman-kekejaman Spetsnaz ditunjukkan pada 25 Desember melalui aksi pembunuhan Presiden Afghan Hafizullah Amin. Ia dieksekusi bersama dengan anggota keluarga dan para stafnya.




PERANG GERILYA

 Tank-tank Soviet menduduki Afghanistan - 1980


Pada pertengahan Januari 1980, Soviet telah mengambil alih Afghanistan. Namun perang gerilya tetap berkecamuk, dikobarkan oleh semangat juang rakyat Afghan dan faksi-faksi pendukung Mujahidin pro-Isam. Faksi-faksi ini memilih menghantam iring-iringan dan pangkalan Soviet melalui penjebakan, lalu menghilang ke pengunungan Afghan sebelum Pasukan Soviet dapat membalas serangan. Seperti yang dialami AS dalam Perang Vietnam (1965-1975), angka kematian dari aksi penjebakan semacam ini memang kecil, namun bila diakumulasikan keseluruhannya maka jumlahnya menjadi signifikan. Taktik militer konvensional Soviet gagal dalam menghadapi serangan para gerilyawan Afghan. Pada 1983, Pasukan Spetsnaz ditugaskan mengembangkan cara peperangan yang lebih efektif. 


Para pejuang Afghan, yang terlihat sedang menyiapkan
rencana penjebakan terhadap konvoi kendaraan Soviet



STRATEGI PERTEMPURAN SOVIET
Peran utama Spetsnaz adalah menghancurkan markas dan pertahanan Mujahidin di pegunungan, mengganggu konvoi perbekalan dan melaksanakan misi pengintaian.
Peran pertama memerlukan keahlian panjat gunung, sesuatu yang pada awalnya tidak ada dalam program pendidikan Spetsnaz karena mereka memang dikhususkan untuk melaksanakan perang di medan Eropa yang datar. Kemudian Spetsnaz pun mulai ahli dalam kemampuan panjat gunung. Heli akan melakukan beberapa pendaratan 3-5 km (2-3 mil) dari target, namun hanya menurunkan prajurit di salah satu pendaratan untuk membingungkan musuh.

Unit Spetsnaz lalu bergerak maju dibawah lindungan kegelapan untuk membasmi seluruh desa. Heli bersenjata dipersiapkan untuk membantu dukungan udara. Namun korban jiwa di pihak Soviet pun besar. Penyiksaan, mutilasi, dan eksekusi menunggu mereka yang tertangkap hidup-hidup oleh para pejuang Afghan.
Serangan ke iring-iringan perbekalan gerilyawan yang menggunakan heli, jebakan, dan pemasangan ranjau, atau bahkan ketiganya sekaligus. Penjebakan sangat berbahaya, terutama karena ancaman ledakan besar yang dihasilkan bahan peledak gerilyawan saat terkena tembakan Soviet. Hanya para prajurit Spetsnaz dengan keahlian panjat gunung sempurna yang mampu melaksanakan pengintaian rahasia. Prajurit mendirikan pos-pos pengamatan tersembunyi di pegunungan. Dari sana mereka mengirim pesan berkode ke markas untuk mengatur jebakan, serangan udara, atau operasi pemasangan ranjau.



 Tank-tank Soviet yang bergerak di sekitar wilayah Pegunungan Afghanistan,



Saat perang berkecamuk, Spetsnaz seringkali digunakan sebagai unit pendahulu dalam manuver infanteri berskala besar. Pada akhir era 1980-an, ketersediaan rudal darat-ke-udara Stinger bagi para pejuang Mujahidin membuat penggelaran Heli semakin berbahaya.

Dan pada 1989 unit Pasukan khusus Spetsnaz bertempur dalam perang yang tidak berpihak pada mereka, yaitu melawan musuh yang sangat termotivasi di Afghanistan. Pada masa itu juga Soviet menarik mundur pasukannya dari perangnya yang tidak populer.


No comments:

Post a Comment