Thursday, 30 August 2012

Pembunuhan John F. Kennedy

Kepergian Sang Flamboyan


 John F. Kennedy - Presiden Amerika Serikat
(1917 – 1963)




Jum'at, 22 November 1963, John Fitzgerald Kennedy, Presiden yang dikenal Flamboyan itu akhirnya memutuskan untuk hadir di Texas. Keputusannya sudah bulat, mengingat dukungan terhadap dirinya untuk maju kembali dalam pemilihan Presiden pada tahun 1964 terus menurun di negara bagian itu.

Ihwal penurunan tersebut akibat Kennedy memberhentikan secara sepihak Lyndon Baines Johnson (Wakil Presiden AS saat itu) dari tim suksesnya. Johnson merupakan tokoh kunci partai Demokrat yang lahir dan besar secara karir politik di Texas. Sikap Kennedy dengan mendepak Johnson itulah yang kemudian memicu eskalasi kebencian warga Texas terhadapnya. Salah satu kasus yang belum lama mencuat menjelang kedatangan Kennedy ke Texas adalah kedatangan perwakilan Kennedy untuk PBB yang baru saja dicemooh massa yang berada di Texas.

Namun nyali sang Presiden, John. F Kennedy tidak ciut, beliau malah bersikeras untuk tetap hadir di sana, karena saat itu Texas dinilai sebagai benteng yang paling tepat untuk memperoleh dukungan dalam mengalahkan partai Republik. Namun siapa sangka kunjungannya saat itu di Texas justru menjadi akhir hidupnya sebagai Presiden yang paling karismatik di Negeri Paman Sam dalam usia yang masih tergolong muda, 46 tahun.



KRONOLOGI PEMBUNUHAN

Pagi itu, Kennedy berangkat dari Hotel Texas di Forth Worth bersama iring-iringan mobil kepresidenan untuk memulai turnya selama dua hari di sana. Iringan kendaraan membawa Kennedy ke pesawat untuk melakukan penerbangan singkat menuju Dallas. Kennedy sebenarnya paham, kunjungannya kali itu ke Texas sangatlah beresiko. Lantaran belakangan ini sejumlah ancaman terhadap dirinya terus meningkat.


Ditambah lagi, Dallas dikenal sebagai daerah pusat ekstrimis sayap kanan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila sehari menjelang kehadirannya di Dallas, telah tersebar selembaran poster-poster bergambar wajah sang Presiden dengan tulisan 'Dicari karena pengkhianatan' (Wanted for Treason).

Pada pagi itu hujan terus turun menjelang keberangkatannya dari Forth Worth. Namun, pesawat berhasil mendarat mulus pukul 11.25 siang di Love Field, Dallas, setelah melakukan penerbangan singkat. Setelah pesawat terparkir dengan baik, Kennedy terlihat menuruni pesawat bersama istrinya. Beliau mengenakan setelah elegan dengan jas berwarna abu-abu biru. Sementara istrinya, Jacqueline Kennedy, terlihat begitu anggun dengan menggunakan setelan merah jambu dihiasi topi 'pillbox' dan sarung tangan putih.









Beberapa saat kemudian, Kennedy dan Jacqueline meninggalkan bandara dengan iring-iringan mobil kepresidenan. Pasangan nomor satu di Amerika itu berada paling belakang mobil limusin kepresidenan Ford SS-100-X buatan tahun 1961. Mobil ber-kap terbuka itu dikendarai oleh sopit kepresidenan, Bill Greer. Kursi tengah mobil itu diduduki oleh Gubernur Negara Bagian Texas, John B. Connally dan istrinya. Di sepanjang perjalanan iring-iringan, terdapat pasukan pengamanan khusus Presiden (secret service) yang berjaga di mobil belakang dan di sisi-sisi kendaraan Presiden.

Saat menuju pusat kota Dallas, kerumunan orang semakin banyak. Sejauh ini, ancaman yang dikhawatirkan oleh aparat keamanan belum terlihat. Penduduk yang saat itu sedang beristirahat dan menyantap makan siang mereka dengan antusias menyapa sang Presiden sambil melambaikan tangan mereka. Kennedy dan istrinya pun sangat menikmati kehangatan kota Dallas pada waktu itu. Seakan-akan semuanya baik-baik saja.

Kerumunan orang pun terlihat semakin sedikit di Jalan Houston menuju Plaza Dealey, tetapi mereka menyambutnya dengan hangat. Nyonya Connally berbalik sejenak ke arah presiden dan menyapa, “Anda tentu tidak dapat mengatakan Dallas tidak cinta Anda, Tuan Presiden.”

Sampai di persimpangan selanjutnya, iringan kendaraan berbelok ke kiri menuju jalan Elm. Mobil kepresidenan berjalan melambat, kecepatannya hanya 11,2 mil per jam. Kennedy terlihat mengangkat tangan sembari melambaikannya ke arah anak kecil yang terlebih dahulu menyapanya. Tiba-tiba, Dor!!, bunyi tembakan pun meletus, memecah kehangatan dan keramaian di kota tersebut. Kepanikan ptn terjadi.

Tembakan tersebut mengenai leher belakang sang Presiden. Tak berselang lama, tembakan kedua kembali terdengar, kali ini pelurunya telak mengenai sisi kanan kepala Kennedy. “Mereka telah membunuh Jack, mereka membunuh suami saya,” teriak Jackie Kennedy histeris.

Seorang agen SS (secret service), Roy Kellerman mengatakan kepada sopir, William Greer, “Ayo kita keluar dari sini!” Namun, sang sopir tak dapat berbuat banyak, mobil kepresidenan terhambat oleh kemacetan iring-iringan. Sementara itu Gubernur Connally juga terkena tembakan di punggung.




Pada saat yang sama, agen Dinas Rahasia Clint Hill berlari ke depan dari mobil yang ada dibelakang. Ketika mendekati Limusin ia mendengar Jackie berkata, “Saya telah memegang bagian otaknya yang berserakan.” Hill berusaha menghampiri bagasi dan mendorong punggung Jackie ke dalam mobil dengan menempatkan tubuhnya di atas tubuh Jackie dan Presiden, dalam rangka untuk melindungi dan mengorbankan dirinya untuk Jackie dari tembakan selanjutnya. 
 

Saat itu, ribuan pasang mata menjadi saksi kunci dari salah satu kasus pembunuhan yang paling misterius yang ada dalam sejarah Amerika Serikat.





Setelah terjadi aksi penembakan, mobil kepresidenan melesat menuju RS Parkland Memorial, tepat pukul 13.00 Kennedy akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Para dokter di RS sebenarnya ingin menahan jenazah Kennedx demi kepentingan otopsi. Namun, pasukan pengamanan presiden meminta agar jenazahnya segera di bawa ke Washington.








Sumber: Buku berjudul Assassinations - Pembunuhan Para Penguasa yang paling Mengguncang Dunia. Agung Budiono & Saktiana Dwi Hastuti. visimedia. cetakan pertama, Juli 2012




No comments:

Post a Comment