Team SEAL Two di Vietnam
Perang Vietnam yang mulai memanas sejak
1960 menjadi ajang tempur kedua bagi US Navy SEAL setelah sebelumnya
beroperasi di kawasan Kuba. Personel SEAL yang bertugas di Vietnam
sebagian besar merupakan Underwater Demolition Team (UDT) dan terbagi
ke dalam dua grup, SEAL Team One dan SEAL Team Two.
Tugas tim ini mula-mula melakukan
survei terhadap posisi Pasukan Vietnam Utara yang saat itu sudah
mulai melancarkan serangan gerilya ke wilayah Vietnam Selatan. Tim
SEAL kemudian menyimpulkan bahwa tugas-tugas yang akan mereka lakukan
nantinya amat berat. Sebab selain bertempur di darat mereka juga
harus beraksi di laut, sungai, dan hutan tropis yang panas. Masukan
itu kemudian dijawab SEAL dengan menyelenggarakan latihan perang
anti-Gerilya, rawa laut, dan perang hutan di kawasan California dan
Panama.
Awal 1963, bersama 12.000 personel
militer AS lainnya, tim SEAL yang telah dilatih beragam kemampuan
tiba di Vietnam. Dibawah kontrol dan komando CIA, SOG, personel SEAL
lalu dibagi ke dalam beberapa unit yang masing-masing unit memiliki
tugas tersendiri. Tim yang terbentuk antara lain OPS-31, OPS-32,
OPS-33, dan OPS-35.
Unit 31 bertugas melaksanakan operasi
tempur laut dan sekaligus berfungsi sebagai tim logistik. Unit 32
khusus melaksanakan operasi udara seperti heliborne, penyusupan
di garis belakang musuh, terjun HALO/HAHO dan lainnya. Sementara OPS
34 bertugas sebagai satuan intelijen dan sabotase di kawasan Vietnam
Utara. Sasaran sabotase antara lain pangkalan AL, Kapal-kapal perang,
fasilitas pelabuhan, jembatan, rel kereta api, dan sarana vital
militer lainnya. Sedangkan unit 35 berperan sebagai penyapu,
beroperasi di dalam lingkup yang lebih luas baik di kawasan Vietnam
Utara, Laos, maupun Kamboja.
Operasi
tempur pertama tim SEAL digelar Februari 1965, diberi kode Operation
Flaming Dart. Dalam operasi ini unit-unit SEAL diterjunkan bersama
ribuan pasukan marinir yang saat itu sedang melancarkan operasi
pendaratan amfibi di pantai Danang. Sebelum pendaratan dimulai UDT
SEAL yang telah disusupkan ke pantai berhasil menghancurkan
penghalang berupa ranjau dan peledak lainnya sehingga pendaratan
amfibi bisa berlangsung aman. Pola pendaratan dengan mengirimkan SEAL
di awal operasi kemudian menjadi tugas rutin mereka.
Selama
setahun melancarkan operasi senyap, unit SEAL ternyata belum
menghadapi hadangan musuh mengingat kehadiran mereka yang jarang
diketahui. Baru pada Februari 1966, tim SEAL yang bertugas bersama
tim intai marinir, Marine Recon, diketahui terlibat baku tembak
dengan gerilyawan Vietcong di kawasan Rung Sat Special Zone.
Kala
itu tiga perwira dan 15 operator SEAL mendapatkan tugas menghancurkan
pertahanan dan depot logistik Vietcong yang berada di pinggiran
pantai Tung Sat. lewat operasi bersandi Jackstay, tim SEAL didukung
Marine Recon dan UDT sukses menghancurkan depot logistik dan air
bersih Vietcong. Dalam kontak tembak yang berlangsung cukup sengit,
tim SEAL bahkan berhasil menembak mati 4 gerilyawan Vietcong.
Bagi
tim SEAL yang beroperasi secara senyap, aksi tembak-menembak
sebenarnya bukan porsi mereka. Karena tugas utama mereka adalah
infiltrasi dan sabotase. Tembakan dari lawan berarti merupakan sebuah
kelemahan operasi sebab penyusupan mereka menjadi terbongkar.
Belakangan setelah dievaluasi, operasi Jackstay ternyata memiliki
kelemahan dalam hal dukungan intelijen.
Hingga
akhir 1966, tim SEAL terus melancarkan operasi kendati kehadiran
mereka tampak tak begitu berpengaruh mengingat di Vietnam sudah ada
385.000 Tentara AS. Sesuai perkembangan dan tantangannya, kemampuan
dan persenjataan SEAL pun terus ditingkatkan. Naval High Command
selaku pusat komando operasi SEAL lalu menurunkan perlengkapan baru
yang sekaligus berfungsi sebagai sarana pelindung udara, yakni heli
tempur dari skuadron Seawolf.
Memasuki
tahun 1967 tentara AS dan personel SEAL yang bertugas juga ditambah.
Jumlah total tentara mencapai 400.000 personel sementara SEAL Team
One dan Team Two diperluasa dengan terlibat dalam operasi tempur
Angkatan Laut, Marinir, dan Angkatan Darat. Namun sasaran utama Navy
SEAL adalah posisi pasukan Vietcong yang berada di Rung Sat.
Untuk
operasi yang akan dilaksanakan SEAL Team One, personel yang
dikerahkan merupakan orang-orang yang sudah berpengalaman dalam
operasi tempur sebelumnya. Operasi intelijen nya pun lebih lengkap
dan menggunakan pemotretan udara sehingga sasaran yang akan
dihancurkan bisa dipastikan lebih akurata. Operasi dengan tujuan
menghancurkan logistik dan pangkalan Vietcong sekali lagi menuai
sukses. Namun dalam aksi baku tembak yang kemudian terjadi, satu
anggota SEAL tewas dan tiga lainnya terluka. Vietcong kemudian
mengerahkan kapal-kapal perang mereka untuk menyerang posisi Pasukan
AS di Saigon.
Namun
upaya serangan balasan Vietcong tersebut gagal karena puluhan kapal
beserta dermaga mereka berhasil dihancurkan oleh peledak yang
dipasang tim SEAL. Penyergapan terhadap patroli Vietcong sukses
dilakukan sehingga pemimpin tertinggi AL AS di Vietnam, Jenderal
Westmoreland dan Laksamana Sharp mengunjungi markas Navy SEAL di Nha
Be, Golf Detachment, untuk memberikan penghargaan khusus. Setelah itu
tim SEAL semakin dipercaya dalam melancarkan operasi tempur secara
mandiri tanpa dukungan pasukan lainnya.
Sebagai
unit yang beroperasi secara mandiri, tim-tim SEAL kini justru menjadi
unit pendukung bagi operasi tempur bagi satuan lainnya. SEAL lalu
menggalang kerjasama dengan unit khusus lainnya seperti SAS Australia
dan Selandia Baru. Tak hanya itu, SEAL bahkan diijinkan merekrut
personel militer Vietnam Selatan untuk di didik melaksanakan taktik
perang komando dan kemampuan SEAL lainnya. Kekuatan SEAL di markas
Golf Detachment lalu dibagi ke dalam enam
peleton. Masing-masing
peleton terdiri dari kekuatan gabungan yang dalam operasi tempurnya
dapat bergerak secara mandiri.
Kekuatan
gabungan SEAL, personel Vietnam Selatan, dan SAS mulai melancarkan
operasi perdana mereka. Sasaran serbuan adalah pangkalan kapal
Vietcong yang berada di kawasan Phung Xinh. Operasi yang dilancarkan
pada Januari 1968 itu berlangsung sukses. Serbuan awal diawali dengan
menghancurkan bunker Vietcong yang dilakukan diam-diam yang langsung
melumpuhkan kekuatan lawan. Enam kapal Vietcong berhasil dihancurkan
dan lusinan tentara lawan ditembak mati. Tak hanya itu, tim gabungan
SEAL juga berhasil menyita ratusan senjata dan amunisi serta bahan
peldak lainnya.
Awal
1968 ketika gerilya Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara mulai
melancarkan serbuan besara-besaran ke kawasan strategis Vietnam
Selatan, Pasukan AS beserta SEAL juga berusaha keras menahan gempuran
yang dilakukan sekitar 100.000 tentara musuh. Satu peleton SEAL dari
Team Two yang bermarkas di dekat perbatasan Kamboja, Chau Doc bahkan
harus menghadapi sekitar 4.000 tentara Vietcong yang terus bergerak
maju. Melalui taktik perang yang mengutamakan sabotase dan serbuan,
SEAL Team Two justru memanfaatkan kamp-kamp tentara Vietcong sebagai
sasaran utama. Puluhan kamp Vietcong berhasil dihancurkan SEAL Team
Two. Dalam operasi penghadangan yang dilancarkan terhadap unit-unit
patroli Vietcong, sergapan SEAL Team Two juga sukses.
Serangan
paling berhasil yang dilakukan personel gabungan SEAL Team One dan
Two berlangsung 29 Maret 1968. Pasukan gabungan ini mendapat tugas
menghancurkan sebuah desa, Ho Chanh, yang menjadi markas Vietcong
sekaligus pabrik granat, gudang senjata, serta depot senjata berat
lainnya. Setelah melumpuhkan para penjaga lewat operasi senyap, tim
gabungan SEAL berhasil menguasai Ho Chanh beserta isinya.
Gudang
senjata dan pabrik granat yang tak mungkin dapat diamankan lalu
dihancurkan oleh UDT-12. Selama setahun melancarkan operasi senyap,
baik SEAL Team One dan Two tetap mengalami kerugian. Sembilan anggota
SEAL Team One gugur sedangkan Team Two kehilangan enam personel
terbaiknya.
Awal
1969 perang Vietnam mulai mendingin ketika di Paris, Perancis,
digelar perundingan damai dengan target gencatan senjata. Namun efek
dari perundingan damai itu tak berpengaruh bagi tim SEAL maupun UDT.
Mereka tetap melancarkan operasi intelijen, melatih personel Vietnam
Selatan, serta menyusup ke pantai-pantai yang akan dijadikan ajang
pendaratan amfibi. Tim SEAL bahkan merencanakan sebuah operasi khusus
untuk memotong jalur logistik Vietcong melalui laut. Operasi yang
bertujuan menghancurkan jaringan politik dan infrastruktur Vietcong
juga digelar. Salah satunya adalah menargetkan menangkap para
pemimpin partai Komunis Vietnam Utara.
Pada
14 Maret, sebuah misi khusus di bawah pimpinan Letnan Joseph Kerrey
kembali digelar. Kekuatan tim SEAL terdiri dari enam personel dan
lima personel Vietnam Selatan. Misinya seperti biasa, menghancurkan
sebuah pangkalan militer Vietcong dan menguasai dokumen penting.
Operasi akhirnya berhasil. Namun sewaktu sedang melakukan pendaratan
di sebuah pulau kecil, tim Letnan Joseph tiba-tiba dihujani tembakan
Vietcong. Letnan Joseph sendiri terluka parah dan beberapa anak
buahnya tewas. Dengan susah payah Letnan Joseph berhasil memimpin
anak buahnya kembali ke markas. Berkat perjuangan gigihnya, Letnan
Joseph mendapat penghargaan Congressional Medal of Honor dan menjadi
personel SEAL pertama yang mampu meraih penghargaan elite tersebut.
Pasca Perang Vietnam, Letnan Joseph meneruskan karir politiknya dan
terpilih menjadi Gubernur Nebraska.
Memasuki
tahun 1970 Perang Vietnam makin menunjukkan fakta bahwa kekuatan
Vietnam Utara semakin tidak terbendung. Kondisi ini diperparah oleh
keputusan Presiden AS Richard Nixon untuk memulangkan 25.000
tentaranya dari Vietnam pada pertengahan tahun 1969. Untuk membendung
kekuatan Vietcong, SEAL di Vietnam dimekarkan menjadi 4 detasemen.
Yaitu Golf, Bravo, Echo, dan Sierra. Tugas Detasemen Bravo adalah
memelihara koordinasi dengan atase militer di Vietnam dan terus
melaksanakan program Provincial Reconaissance Unit.
Akhir
tahun 1971, Presiden Nixon memutuskan bahwa pasukan AS yang berada di
Vietnam hanya sebatas untuk bertahan. Keputusan tersebut juga
berimbas kepada Navy SEAL. Memasuki tahun 1972 hampir semua unit SEAL
ditarik ke AS, hanya satu peleton yang ditinggal di Okinawa. Peleton
SEAL Team One itu disiagakan sewaktu-waktu untuk melancarkan operasi
pembebasan tawanan. Tahun 1973, gempuran besar-besaran Vietcong
akhirnya berhasil menghancurkan kekuatan Vietnam Selatan dan seluruh
Vietnam jatuh ke tangan komunis.
Selama
Perang Vietnam, Navy SEAL telah melancarkan 4.000 operasi tempur.
Operasi yang cukup populer adalah pembebasan tawanan perang dan
dilancarkan sebanyak 20 misi. Operasi yang sangat beresiko ini
berhasil membebaskan 252 tawanan. Dari saemua misi itu SEAL telah
kehilangan 48 anggota tapi tak ada satupun yang berstatus missing
in action. Sedangkan
gerilyawan Vietcong yang berhasil tertembak mati berjumlah 580 orang.
Tidak termasuk pemboman yang dilakukan AU AS.
No comments:
Post a Comment