.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Sunday, 26 February 2012

Organisasi Black September

MEMBURU PELAKU BLACK SEPTEMBER



 
Kelompok teroris Black September




Ketika pejuang Palestina makin kesulitan melancarkan aksi serangan teror terhadap pesawat-pesawat komersial Israel karena penjagaan yang sangat ketat, mereka mulai menyasar target di luar Israel. Salah satu organisasi kelompok teroris Palestina yang paling gencar menyerang Israel adalah Black September. Organisasi ini adalah organisasi teroris yang tidak disetujui lagi operasinya oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), karena pergerakan mereka terlalu berani dan terlalu kejam. Akibatnya malah merugikan Palestina sendiri, yang sedang memperjuangkan kemerdekaan nya. Meskipun telah di diskualifikasi dari PLO, Black September ternyata kerap melakukan aksi teror mereka.

Tindakan yang membuat rakyat Palestina dan dunia Arab berang adalah ketika Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) melancarkan pembajakan pesawat secara besar-besaran pada September 1970. PFLP yang dipimpin oleh George Habash pada 10 September berhasil membajak 3 pesawat sekaligus, pesawat tersebut sedang melakukan penerbangan di sebelah utara Aman, ibukota Yordania. Uniknya pesawat-pesawat komersial yang dibajak bukan pesawat Israel, melainkan pesawat Boeing B747 Pan American Penerbangan 93 (Brusel – New York). Boeing B707 TWA Penerbangan 741 (Frankfurt – New York), dan DC-8 Swissair penerbangan 100 (Zurich – New York). Ketiga pesawat yang dibajak tersebut, dengan total penumpang 400 orang, kemudian dipaksa mendarat di Zarka, Yordania. Dan langsung ditawan oleh puluhan teroris bersenjata. Lantaran tidak ada satu pun penumpang warga negara Israel di pesawat-pesawat tersebut, teroris PFLP meminta agar semua rekan-rekannya yang sedang ditahan di penjara Israel untuk dibebaskan.



Jenis pesawat AS yang dibajak- B747 Pan American




Akibat ulah pembajakan oleh PFLP yang merupakan aksi terbesar dan menggemparkan dunia. Bukan hanya Israel yang dibuat berang, tapi dunia Internasional juga sangat marah dan mengutuk aksi pembajakan tersebut. 400 orang penumpang yang berada didalam pesawat-pesawat tersebut diancam akan diledakkan jika permintaan PFLP atas pembebasan rekan-rekannya tidak dipenuhi. Aksi ini jelas merupakan tindakan kejam yang tidak bisa diterima akal sehat. Selain bermaksud untuk membebaskan rekan-rekannya, mereka juga berniat untuk memanfaatkan AS, Inggris, dan Swiss, sebagai negara yang secara politik bisa menekan Israel. Militer Israel sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk melaksanakan operasi guna membebaskan para sandera yang ditawan. Namun Menteri Pertahanan Israel, Moshe Dayan ternyata lebih memilih menggunakan cara damai daripada menggunakan cara militer yang diyakininya merupakan langkah yang tepat dan lebih aman untuk dilakukan.

Cara yang ditempuh militer Israel adalah menahan sekitar 450 orang Palestina yang memiliki hubungan kerabat dengan kelompok teroris PFLP. Operasi penahanan berlangsung semalam itu ditujukan untuk mengancam balik para pembajak. Jika mereka melukai para sandera, sanak saudara para teroris yang saat itu berada dalam tahanan Israel akan terancam. Pembajak akhirnya membebaskan semua sandera yang berada di dalam pesawat, namun sebelum mereka pergi, mereka membakar 3 pesawat. Aksi pembakaran pesawat itu jelas membuat penguasa Yordania, Raja Hussein murka karena kelompok PFLP telah melakukan tindakan semau mereka di negeri orang. Raja Hussein yang merasa dilecehkan lalu memerintahkan Pasukannya, Legiun Arab, untuk mengusir dan membunuh orang-orang Palestina yang bermukim di perkampungan Yordania. Tindakan kejam legiun Arab terhadap warga negara Palestina pada 15 September ternyata memunculkan dendam baru. Beberapa Orang Palestina yang berhasil meloloskan diri dari kejaran kelompok legiun Arab, melarikan diri ke Suriah, Lebanon, kemudian berhasil membentuk kelompok baru yang mereka namakan Black September. Sebagai organisasi teroris yang kemudian berhasil membangun jaringan Internasional, Black September pun terus menggalang kemampuan untuk melancarkan serangan teror terhadap musuh abadinya, Israel.



MUNICH MASSACRE



Dua tahun berselang, Black September kembali melancarkan aksi besar-besaran mereka dengan sasaran orang-orang Israel. Pada 5 September 1972, tujuh orang anggota Black September meloncati pagar keamanan di perkampungan atlet olimpiade di Munich, Jerman. Ketujuh anggota tersebut melengkapi diri dengan senjata AKM, Pistol Tokarev, dan beberapa granat tangan. Dengan gerakan mereka yang sangat terlatih, mereka bergerak menuju gang bernama Konnollystrasse 31. Yaitu tempat dimana para atlet olimpiade Israel menginap. Setelah menguasai gedung mereka dengan cepat menyergap atlet-atlet Israel. Setelah melalui perlawanan singkat, 2 atlet Israel terbunuh, 11 atlet Israel berhasil di sandera, dan beberapa di antaranya berhasil melarikan diri. Black September langsung mengumumkan tuntutannya yang sebenarnya sangatlah klasik. Mereka meminta agar Israel membebaskan 234 anggota Black September yang ditahan. Tak hanya menuntut Israel, mereka juga meminta kepada Pemerintah Jerman agar membebaskan rekan teroris profesional mereka, yakni; Ulrike Meinhof dan Andreas Baader, untuk segera dibebaskan dari penjara Jerman. Mereka juga meminta pesawat, yang akan mereka gunakan untuk kabur melarikan diri dari Jerman.


 Kelompok teroris Black September- saat melakukan aksinya



Berita penyanderaan di Munich oleh kelompok Black September itu langsung mengguncang Israel karena Mossad sudah menduga aksi serangan teroris terhadap kontingen Israel sangat mungkin terjadi. Semula Mossad bahkan sudah mempersiapkan pengawalan khusus sekaligus mempersenjatai para atlet Israel. Namun karena Pemerintah Jerman menjamin keamanan untuk semua atlet, meskipun sangat kesal, Mossad kemudian membatalkan rencananya untuk mengawal dan mempersenjatai mereka. Kini Israel meresa kesulitan karena aparat keamanan Jerman yang dianggap kurang pengalaman berniat membebaskan para sandera melalui tindakan militer.
.

 Aparat keamanan Jerman yang berusaha membebaskan para sandera




Setelah melalui perundingan yang melelahkan dan tak kunjung mencapai kesepakatan. Pemerintah Jerman akhirnya sepakat untuk mengeluarkan anggota Black September dan tawanan nya yang disandera untuk keluar dari Jerman. Para teroris dan sandera yang ditawan lalu dibawa menuju pangkalan udara militer di Munich menggunakan 2 helikopter. Setibanya di pangkalan udara Munich, mereka sudah ditunggu pesawat Lufthansa yang tampaknya dipersiapkan untuk mengangkut anggota Black September untuk keluar dari Jerman.



OPERASI YANG GAGAL
Pesawat Lufthansa yang sudah dipersiapkan untuk mereka, sebenarnya didalamnya terdapat para personil keamanan Jerman yang siap melumpuhkan para teroris dan sekaligus melakukan penyelamatan terhadap para sandera yang ditawan. Sementara itu di sudut-sudut pangkalan udara telah bersiaga beberapa orang penembak jitu yang telah bersiaga dan siap untuk melumpuhkan para pembajak. Setelah helikopter mendarat di pangkalan, 4 anggota Black September langsung bergerak menuju pesawat Lufthansa. Sementara anggota Black September lainnya dan para sandera tetap berada di dalam helikopter dengan keadaan mesin yang masih menyala.

Bergeraknya empat anggota teroris tersebut menuju Lufthansa sama sekali di luar dugaan. Aparat kepolisian dan militer Jerman yang masih belum berpengalaman dalam melaksanakan operasi semacam ini kemudian menjadi panik dan kurang kordinasi. Penembak jitu yang telah bersiaga di sudut-sudut pangkalan segera melepaskan tembakan, tetapi karena kurang profesional akhirnya tembakan pun meleset dan kemudian keempat anggota teroris tersebut membalas tembakan dan sempat terjadi baku tembak. Keempat teroris tersebut akhirnya berhasil dirobohkan setelah ditembaki dari berbagai arah.


 

Sementara itu, keempat anggota Black September lainnya yang berada di helikopter tidak panik setelah rekan-rekan mereka dilumpuhkan dari berbagai arah. Mereka lalu melompat keluar dari helikopter dan dengan sigap menghancurkan dua helikopter yang berisi para sandera dengan lemparan granat tangan mereka. Helikopter pun meledak dan menewaskan semua sandera yang berada didalamnya. Operasi yang dilakukan aparat keamanan Jerman akhirnya gagal total. Selain semua sandera dan empat anggota teroris tewas, satu personel kepolisian Jerman juga tewas. Namun pihak yang paling malu dan terpukul atas peristiwa ini adalah kepala Mossad, Zwi Zamir. Apalagi saat operasi penyelamatan sandera dilakukan, tak ada satu pun agen Mossad yang terlibat di dalam operasi. Ketika Zwi Zamir tiba di lokasi, semua sudah terlambat, dan yang bisa disaksikannya adalah sisa-sisa pertempuran sengit yang berakibat pada tewasnya semua atlet Israel.







Tulisan ini disadur dari; Majalah Angkasa Edisi Koleksi. Dengan judul “The World’s Most Shocking COVERT OPERATIONS. Delapan operasi terselubung paling menggegerkan”. Angkasa Edisi Koleksi no.75 2011. Edisi bulan September 2011.

1 comment: