.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Sunday 26 February 2012

Profil Densus 88 (Special Detachment 88)

Densus 88 (Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Indonesia)


 


Densus 88, atau Detasemen khusus 88 (bahasa inggris; Special Detachment 88 – Delta 88), merupakan Pasukan Khusus kepolisian Republik Indonesia dalam penanganan Aksi terorisme, dan merupakan bagian dari Kepolisian Nasional Republik Indonesia. Dibentuk pada 30 Juni 2003, setelah pemboman Bali tahun 2002, semuanya didanai, dipersenjatai, dan dilatih oleh Amerika Serikat dan Australia.
Pasukan Elite ini didanai oleh Pemerintah AS melalui hubungan diplomatik keamanan antar negara (State Department’s Diplomatic Security Service). Pasukan ini saat ini dilatih di Megamendung, 50 km arah selatan dari Ibukota Jakarta, dilatih oleh CIA, FBI dan US Secret Service. Banyak dari Instruktur pelatih Densus 88 merupakan mantan personil Pasukan Khusus Amerika Serikat. Pelatihan juga didanai dan didukung oleh Pasukan Khusus Australia dan agen-agen Intelijen asing.
Densus 88 didesain untuk menjadi sebuah unit Anti-Teror yang mampu menangani berbagai ancaman teroris yang beragam, dari ancaman bom hingga situasi pembebasan sandera. 400 Personil Pasukan ini diterjunkan dalam operasi penuh pada tahun 2005. Mereka terdiri dari investigator, ahli bahan peledak, dan Unit penyerangan yang didalamnya terdapat pasukan penembak jitu.


Barisan Personil Densus 88- Pasukan Anti-Teror


Unit ini bekerja dengan sangat giat, meraih banyak kesuksesan dalam memberantas teroris beraliran Jihad di Indonesia, yang terhubung dengan pergerakan islam radikal; Jemaah Islamiyah di Jawa Tengah.
Densus 88 dibentuk setelah peristiwa berdarah, bom bali 2002 dan Pasukan ini diaktifkan dan dioperasikan pada tahun 2003. Nama organisasi ini adalah hasil dari dengar pendapat Pejabat tinggi Kepolisian Indonesia, yakni; ATA. ATA (Anti-Teror Assistance), dalam gugus tugas program bantuan Anti-Teror Departemen AS, dikenal dengan; 88. Menurut Brigjen Jenderal Pranowo, Kepala Kepolisian Republik Indoneisa, angka ’88′ diambil dari jumlah korban tewas dari warga negara Australia pada pemboman bali tahun 2002. Densus 88 telah mengganggu pergerakan Jemaah Islamiyah dan banyak dari teroris yang telah terbunuh, maupun tertangkap. Abu Dujana, Pemimpin JI yang diduga sebagai sayap militer teroris dan ditangkap pada 9 Juni 2007. Azahari Husin telah ditembak mati pada tahun 2005. Kelompok teroris Indonesia menderita banyak kemalangan saat kehilangan banyak pemimpin pergerakan tersebut. Noordin M. Top, tewas tertembak saat baku tembak dengan Densus 88 pada 17 September 2009, di Solo, Jawa Tengah.

Pasukan Densus 88 saat melakukan penangkapan terhadap tersangka
teroris


Densus 88 dibantu oleh agen-agen Intelijen asing, termasuk Polisi Federal Australia, dalam dukungan kegiatan forensik, seperti; analisis DNA, dan pemantauan atau pengawasan komunikasi.
Operator Densus 88 juga ditempatkan di Poso, dimana 10 orang, termasuk seorang polisi, terbunuh dalam baku tembak disepanjang proses operasi penangkapan beresiko tinggi yang terjadi pada 22 Januari 2007 silam.

Penangkapan tersangka yang diduga teroris
oleh Densus 88

Pada 2007, Densus 88 menangkap dan menginterogasi Pengacara HAM Papua Barat, Iwangin Sabar Olif, dan mendakwa nya atas tuduhan provokasi dan penghinaan terhadap kepala negara, karena dia telah mengirimkan sms kepada militer Indonesia dan Presiden, yang didalamnya berisi penghinaan. Operasi Densus 88 juga menggunakan Agen Intelijen AS di markas nya di Jakarta, untuk menyadap dan membaca sms dari seluruh warga negara Indonesia yang dicurigai terkait jaringan teroris Jihad Indonesia. Dan Mereka berwenang melakukannya. Juga mereka melakukan sejumlah operasi pemberantasan kelompok pemberontak negara di wilayah Papua.

Pic 1 – Penggrebekan dan penangkapan terhadap sejumlah orang
yang diduga merupakan kelompok pemberontak negara


Detasemen 88 dirancang sebagai unit Anti-Teror yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan. Densus 88 berpusat (Mabes Polri) berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri dari tim ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit anti teror yang disebut Densus 88, beranggotakan 45 – 75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsi Densus 88 Polda adalah memeriksa laporan aktivitas teror di daerah. Melakukan penangkapan kepada personil atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara R.I.


Densus 88 melakukan pengamanan lokasi setelah peristiwa
penggrebekan dan penangkapan teroris



Teroris yang dikawal dua anggota Densus 88


Sejumlah personil Densus 88 melakukan penjagaan
disekitar Tempat Kejadian Perkara


Pasukan Elite bentukan AS dan Australia ini terbilang sangat sukses dalam menumpas dan membunuh banyak teroris beraliran Jihad di Indonesia. Ratusan lebih teroris yang tertangkap, mereka tak berkutik ditangan Densus 88, dan banyak dari teroris lainnya harus menghembuskan nafas terakhir saat baku tembak dengan Densus 88. Densus 88 banyak melumpuhkan atau menewaskan sejumlah orang yang diduga teroris bersenjata, yang dianggap berbahaya dan meresahkan masyarakat.
Operasi yang diketahui Publik;
  • 9 November 2005 – Densus 88 Mabes Polri menyerbu kediaman buronan teroris; Dr. Azahari di kota Batu, Malang, Jawa Timur, yang menyebabkan tewasnya buronan nomor satu tersebut. Buronan tersebut adalah buronan yang paling di cari oleh Indonesia dan juga Malaysia.
  • 2 Januari 2007 – Densus 88 diterjunkan dalam operasi penangkapan 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam daftar buronan polisi, di Kecamatan Poso Kota. Sempat terjadi baku tembak antara kelompok bersenjata dan Densus 88, yang menewaskan seorang polisi dan juga sembilan warga sipil
  • 9 Juni 2007 – Yusron Al-Mahfud, tersangka jaringan teroris kelompok Abu Dujana, ditangkap di desa Kebarongan, Kemrajan, Banyumas, Jateng.
  • 8 Agustus 2009 – Melakukan penggrebekan dan mengepung sebuah rumah yang didalamnya diduga terdapat teroris. Menewaskan tersangka teroris, di Temanggung.
  • 17 September 2009 – Pengepungan teroris di solo dan menewaskan 4 teroris, salah satu teroris yang tewas adalah Noordin Mohammed Top


Densus 88 berseragam lengkap- Setelah peristiwa penggrebekan dan
penangkapan teroris


Pic 1- Densus 88- mengenakan kaos oblong dan
penutup kepala, pada saat turun ke lapangan


Pic 2- Sejumlah anggota Densus 88 yang
berjaga-jaga disekitar lokasi


Satuan Pasukan Elite Kepolisian ini dipersenjatai dengan senjata modern yang diimpor dari berbagai negara, seperti; senapan serbu Colt M4, senapan serbu Steyr AUG, HK- MP5, sniper Armalite AR-10, dan juga Shotgun Remington 870. Bahkan dikabarkan, Satuan Khusus ini memiliki pesawat C-130 Hercules, untuk meningkatkan mobilitasnya di lapangan.
Gambar- senapan serbu Colt M4

Senapan serbu Steyr Aug
HK- MP5


Dua Personil Densus 88- menyisir area persawahan untuk mencari jejak
pergerakan kelompok teroris


Penggrebekan tempat yang diduga merupakan sarang teroris



Barisan Pasukan elite kepolisian- Densus 88 berseragam lengkap


Pasukan khusus kepolisian ini bentukan dan insiatif dari Amerika Serikat dan Australia. Dan didanai sepenuhnya oleh kedua negara tersebut, untuk mengatasi aksi-aksi teror yang marak terjadi di Indonesia. Alasan Amerika dan Australia dalam pembentukan dan pendanaan sepenuhnya Pasukan khusus ini adalah, memberantas jaringan teroris Jihad Indonesia sampai ke akar-akarnya. Walaupun bukan merupakan unit bentukan murni dari kepolisian Republik Indonesia, namun sepak terjang Pasukan khusus ini patut diacungi jempol.
Mereka sudah banyak bertugas di lapangan dalam menghadapi berbagai macam ancaman dan serangan teroris, menambah pengalaman mereka untuk kedepannya, dalam menanggulangi dan memberantas kelompok teroris Jihad Indonesia. Dibandingkan dengan Pasukan-pasukan elite kepolisian lain di dunia, Pasukan Khusus ini tergolong muda dan merupakan bentukan Pasukan elite baru. Namun daya serang dan sepak terjang Pasukan ini cukup handal untuk tugas-tugas di lapangan, Tentunya terlepas dari semua ketidakpuasan, cacian dan hinaan yang mereka dapatkan selama bertugas. Kita harus bangga memiliki Pasukan Khusus ini !

2 comments: