.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Sunday, 26 February 2012

Sepak Terjang Tentara Swasta

Kebanyakan orang mungkin menganggap film Mission Impossible fiktif belaka. Namun, sesungguhnya, sejumlah Negara besar memiliki banyak catatan dan agenda tentang misi-misi penting yang mustahil dilakukan, tetapi toh harus dan bisa dilakukan.
Sebagai contoh, mari simak kembali skandal penjualan senjata Iran-Contra yang dikendalikan petinggi militer AS pada 1986. Alih-alih untuk membebaskan 52 karyawan kedubes AS di Teheran, Iran; dinas Intelijen CIA menawarkan senjata Anti-Tank kepada Iran. Pemerintah AS sendiri sebelumnya telah melancarkan embargo senjata kepada Iran. Tawaran atau praktik belakang layar ini disebut skandal.
Tawaran itu diterima karena Iran memerlukannya untuk memerangi Irak. Uang hasil penjualan kemudian digunakan untuk mendanai perjuangan gerilyawan Contra untuk menjatuhkan pemerintahan resmi Nikaragua.
Orang dengan kemampuan Marketing biasa tak mungkin bisa mengendalikan operasi penjualan senjata semacam itu. Tetapi tidak untuk Letkol Oliver North, staf Dewan Keamanan Nasional AS. Pengalaman bertugas diberbagai Negara membuatnya sangat lihai menangani misi-misi yang tak biasa. Ia bahkan berhasil mencairkan dana itu dalam bentuk senjata dan terkirim hingga ke belantara Nikaragua, dimana gerilyawan Contra bercokol. Sayangnya, salah seorang Operator Lapangan sewaan CIA, yakni Eugene Hesenfus tertangkap polisi Nikaragua. Dari Hesenfus inilah skandal ini mulai tercium pers.
Skandal hebat ini kian terbuka setelah majalah Ash Shiraa terbitan Lebanon, November 1986, mengungkap pertemuan rahasia pejabat AS dan Iran membicarakan soal penjualan senjata itu. Semula, pemerintah AS membantah habis-habisan seraya memojokkan Oliver North. Namun, skandal tingkat tinggi ini akhirnya “diselesaikan” sendiri oleh presiden Ronald Reagan dengan pengakuan bahwa dirinya mengetahui dan juga menyetujui transaksi tersebut.


Plausible deniability
Skandal Iran-Contra merupakan pelajaran mahal dan aib yang sangat memalukan bagi Gedung Putih. Itu sebabnya tak sedikit pengamat Militer mengatakan; penempatan PMC (Private Military Companies) atau Tentara Bayaran di berbagai Negara dapat menjadi salah satu cara untuk meredam potensi aib serupa yang mungkin dilakukan para perwira militer di luar negeri. Kalau pun kesalahan itu terjadi, pemerintah dapat dengan mudah menyangkalnya.
Pihak-pihak PMC yang kini banyak bertugas di berbagai wilayah konflik seperti; Balkan, Irak, Afghanistan, dan Afrika tak terlalu peduli dengan segala resiko dan konsekuensi yang harus mereka tanggung. Mereka bahkan tak takut kehilangan nyawa, karena sejak awal, mereka telah menyepakati akan menanggung seluruh konsekuensi dari profesi tersebut. Ini juga mereka terima karena mereka sadar dengan kondisi pekerjaan yang menjadi spesialisasi mereka.
Di antara spesialisasi pekerjaan PMC adalah; penyelenggaraan pelatihan tentara/polisi, pengawalan VVIP, pengamanan konvoi kendaraan, analisis Intelijen, perawatan pemeliharaan alat utama sistem senjata, penyiapan markas militer, dan menjadi operator pengiriman logistik militer.
Koran Inggris Guardian menulis; “Kehadiran mereka (PMC) tak lain adalah untuk menggantikan tentara yang telah menciut nyalinya pasca perang Dingin. Tanpa mereka (PMC), kehadiran tentara AS dan Inggris di Irak akan mendapat tekanan begitu besar dari dunia.”


Lahan Dollar
Jika di Irak, AS mengincar minyak, lain lagi yang di incar sejumlah Negara di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Apapun itu, yang pasti, sejak Perang Dingin meluruh pada dasawarsa 1990-an, PMC secara cepat berhasil menjadi perusahaan raksasa multinasional yang sangat disegani dan meraksasa.
Dipulangkannya ribuan tentara AS dan Inggris dari pos-pos luar negeri, bubarnya AB Uni Soviet, dan menggunungnya senjata-senjata yang mereka tinggalkan telah membuat sejumlah Negara di liputi kegentingan. Potensi alam dari negara-negara yang di liputi kegentingan inilah yang selanjutnya diincar banyak Negara berpengaruh dan menjadi lahan dollar bagi PMC-PMC kelas dunia.
Di Kroasia dan Bosnia misalnya, Kellog Brown & Root Services dan MPRI dari AS, antara tahun 1994 hingga 2002, berhasil membawa pulang 300 miliar dollar dari 3.000 kontrak kerja yang mereka dapatkan dari Departemen Pertahanan AS. Bahkan untuk urusan sepele mengawal pejabat-pejabat AS yang diberi tugas mengendalikan bisnis tingkat tinggi di berbagai Negara yang selalu diliputi kegentingan. ialah Blackwater (kini menjadi; Xe Services), berhasil meraup pendapatan hinggan 320 juta sampai satu miliar dollar, juga dari Departemen Pertahanan AS.
Demikianlah, diam-diam PMC memang telah menjadi salah satu perusahaan kelas dunia yang paling sukses dan memikat. Uang tidak saja membanjiri pundi-pundi di perusahaan, tetapi juga pundi-pundi karyawannya. Seorang mantan prajurit kesatuan elite yang bekerja di salah satu PMC misalnya, mengaku terperangah dibayar 14.000 poundsterling tiap bulan. Bagi dia, ini berarti tujuh kali lipat dari gaji bulanan yang ia terima saat masih bekerja di kesatuan militer.
Menurunnya tendensi menyerahkan tugas-tugas seperti itu ke pihak pasukan regular untuk kemudian mengalihkannya ke tangan PMC, juga disebabkan oleh adanya penolakan angkatan bersenjata berbagai Negara untuk mengerahkan pasukannya ke tempat-tempat yang rusuh, yang kerap diwarnai pembunuhan brutal. Perancis dan Inggris misalnya, belakangan selalu menolak permintaan PBB untuk memperkuat UNAMSIL; pasukan penjaga perdamaian untuk Somalia. Mereka enggan menerima kenyataan pasukannya kelak pulang dalam peti mati.
Akhir kata, banyak peran yang dipikul PMC, di satu sisi mereka adalah sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pengawalan dan operator instalasi megaproyek. Namun, disisi lain, mereka sesungguhnya tak lebih dari kepanjangan tangan sejumlah Negara besar yang memiliki banyak kepentingan di sejumlah Negara. Di tangan mereka, berbagai kepentingan itu tetap dapat dikendalikan dari jarak jauh.
Mereka seolah tak sadar bahwa jika eksploitasi Negara-negara yang selalu dirundung konflik terus dilakukan, kelak dunia akan menanggung petaka hebat dari sebuah bahaya global yang disebut sebagai; Dangerously Asymmetrical (Bahaya Asimetrik).

No comments:

Post a Comment