THE COLONIAL GURKHA
Perang Anglo-Nepal (Perang Gurkha 1814 - 1816)
Inggris, yang menemukan sumber daya kemiliteran yang murah dan tak
kenal takut- yakni; Pasukan Gurkha- dengan segera memanfaatkan
temuannya ini untuk memadamkan berbagai perlawanan di India. Sejarah
kemudian mencatat, inilah awal hubungan panjang antara suku-suku
Nepal yang tergabung kolektif dengan sebutan Gurkha, dengan Tuannya
dari Inggris.
Pada dasarnya, Inggris merasakan tiga manfaat sekaligus saat
menerjunkan Gurkha di medan perang. Yang pertama, apabila ada seorang
Gurkha yang tewas, rakyat Inggris tidak akan memprotes kebijakan
colonial ekspansionisme Inggris, dibandingkan dengan Prajurit Inggris
yang apabila tewas. Kedua, reputasi Gurkha yang tidak kenal rasa
takut dan kejam pada lawan-lawannya, merupakan psywar tersendiri yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan moral tempur pasukan Inggris
dan sekaligus menciutkan nyali musuh-musuhnya. Yang ketiga, merupakan
keuntungan paling jelas adalah bahwa biaya Gurkha jauh lebih murah
dibandingkan dengan menggaji seorang tentara Inggris, ini menjadi hal
yang sangat penting, seperti kisah VOC yang keuangannya
berdarah-darah lantaran harus memadamkan berbagai pemberontakan di
Aceh, Sumatera Barat, dan Jawa, dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Sama halnya dengan Inggris sendiri, British EIC juga sibuk memadamkan
perlawanan raja Burma dan juga kampanye melawan Gurkha yang juga
menelan biaya yang sangat besar.
Oleh karena itu, selesai membentuk kekuatan 3 batalion, Inggris
merasa belum cukup, batalion keempat dari resimen yang ditempatkan di
bukit Gorrakpur, dan dinamakan Kumaon Provincial Batallion.
Battalion keempat ini bolehlah disejajarkan dengan batalion
territorial (wilayah) pada masa kini, dengan tugas mengamankan
wilayah dari ancaman musuh. Batalion Sirmoor adalah batalion pertama
yang berperang atas nama raja Inggris, dalam Perang Mahratta (1817)
dan meraih kemenangan.
Anehnya, entah karena para perwira militer Inggris kuatir dengan
peliharaan baru mereka, seluruh batalion Gurkha malah diganti namanya
dengan nama yang ‘kurang menjual’ pada tahun 1824. Nama batalion
1st dan 2nd Nasiri Batt, diubah namanya menjadi
5th dan 6th Local Battalion, sementara Sirmoor
dan Kumaon, menjadi 8th dan 9th Local Batt.
Penamanaan baru tersebut mencerminkan upaya pengurungan Gurkha
menjadi pasukan local yang dijinakkan.
Setahun kemudian segalanya berubah, Baldeo Sing, Maharaja Bhurtporte
yang tunduk pada Inggris mangkat. Putranya, Balwant Sing, masih
terlalu muda untuk memerintah sehingga digantikan oleh Pamannya.
Sayangnya, keponakan maharaja, Doorjun Sal, menganggap dirinya lebih
berhak atas tahta dan kemudian melancarkan pemberontakan. Balwant
Sing ditawan sementara pamannya dibunuh. Sir David Ochterlony sang
penakluk Gurkha segera minta agar diizinkan membentuk pasukan
ekspedisi dengan Gurkha sebagai ujung tombaknya, namun Lord Amherst
sebagai Gubernur Jenderal sempat menolak. Benteng Bhurtporte
tergolong sebagai benteng dengan desain yang baik dan pertahanan yang
kuat. Inggris membutuhkan biaya besar untuk menaklukkan Baldeo Sing
pada masa itu.
Sinyal keragu-raguan Inggris yang lamban bertindak dimanfaatkan
Doorjun Sal yang semakin lihai. Doorjun Sal akhirnya memutuskan untuk
menggelar pasukan ekspedisi untuk merebut kembali Bhurtporte di bawah
pimpinan Lord Combermere yang baru saja mengalahkan Perancis di
Waterloo. Ujung tombak pasukan ini adalah sekitar 200 prajurit Gurkha
dari 6th dan 8th Local Batt. Gurkha, yang sudah
tak sabar membuktikan diri menjadi prajurit yang terhebat dan menjadi
kekuatan penyerang yang mematikan, dengan kekuatan diatas kekuatan
prajurit Inggris yang berkekuatan 21.000 prajurit. Dibawah dentuman
meriam-meriam kerajaan Inggris, para Gurkha pun berbondong-bondong
mendaki tembok tinggi Bhurtporte dan melakukan serangan ke dalamnya.
Inggris kehilangan 600 prajuritnya, namun Doorjun Sal tertangkap dan
14.000 prajuritnya pun tewas. Keberhasilan Gurkha ini pun berbuah
perombakan total. Hasilnya dapat dilihat, 5th dan 6th
Local Battalion disatukan menjadi 4th Local Battalion,
sementara itu 8th Local Batt, diubah namanya menjadi 6th
Sirmoor Local Batt, dan 9th Battalion kemudian menjadi 7th
Kumaon Local Batt.
BERTEMPUR DI TIMUR JAUH
The Great Mutiny membawa pengaruh yang baik bagi keberadaan
Gurkha, dan juga menepis segala keragu-raguan Inggris terhadap abdi
nya. Kekuatan Gurkha justru diperbesar, bahkan untuk menggantikan
resimen-resimen India yang memberontak. Gurkha kini menjadi kekuatan
pemukul utama bagi Inggris untuk mengatasi masalah keamanan di Timur
Jauh. Boleh dibilang, Gurkha terlibat dalam setiap perhelatan yang
terjadi di negeri-negeri yang mungkin bagi Gurkha, hanya ada dalam
mimpi mereka. Dari kaki gunung Himalaya, Gurkha berpetualang
melintasi gunung-gunung dan menembus rimba, semua itu dilakukan demi
raja Inggris.
Akan tetapi yang menjadi awal dari trend pengiriman atau
penggelaran prajurit Gurkha sebagai pembela kepentingan kerajaan
Inggris di luar negeri, adalah ketika tentara Inggris dicegat dan
diserang di Charasia, dan bahkan sempat dikepung di Sherpur. Saat
pasukannya berhasil mengatasi blokade dan menyusun kekuatan di
Sherpur, brigade Inggris di bawah pimpinan Jenderal Burrows mencoba
bergerak ke Kabul namun malah dibantai di Maiwand. Kehilangan
sepertiga kekuatannya dan mereka lalu mundur ke Kandahar. Sesampainya
di Kandahar, brigade Jenderal Burrows semakin terdesak karena kota
itu dikepung oleh suku-suku Afghan yang loyal terhadap Ayub Khan,
warlord (penguasa) setempat. Sir Frederick Roberts yang
mendengar kabar buruk ini dengan cepat mengumpulkan pasukannya dan
bergerak menuju Kandahar, yang berjarak 313 mil dari Sherpur.
Pada abad ke-21 dimana pasukan koalisi sudah mengandalkan ranpur dan
helikopter saja masih kesulitan menaklukkan jalan-jalan pegunungan
Afghan yang terjal. Bayangkan penderitaan yang dialami prajurit
Gurkha, mereka menempuh medan yang sangat keras dengan hanya
bermodalkan kedua kaki mereka yang terbiasa menuruni bukit-bukit. Ini
masih ditambah lagi dengan serangan sporadis suku-suku Afghan
disepanjang perjalanan yang mereka lalui. Hanya tekad bajalah yang
membuat Gurkha menjadi sangat tangguh dan tak kenal lelah.
Pada 1 September Sir Drederick Roberts sampai ke Kandahar. Para
prajurit Gurkha yang melihat musuh didepan mereka segera bergerak
dalam formasi melambung, lalu merebut seluruh posisi artileri pasukan
Afghan dengan mudah, karena pasukan Afghan tak menduga mereka akan
muncul dan menyerang dari belakang. Pasukan 2nd Gurkha
bahkan menyerbu dengan sangat berani bersama dengan resimen Gordon
Highlander, bertempur dalam jarak dekat dengan bayonet dan pisau
khukri khas mereka. Peristiwa ini pun menjadi awal hubungan yang baik
antara Gurkha dan Gordon Highlander. Mereka juga sekali lagi
bertempur bersama dalam kampanye perang Tirah (1897), untuk melawan
pemberontakan suku di wilayah Waziristan. Gurkha, setelah itu,
diterjunkan lagi ke banyak wilayah yang terdapat konflik didalamnya.
Mulai dari wilayah Burma, Malaya, dan bahkan ke Tibet. Mereka pun,
sampai sekarang masih sedikit banyak diandalkan Inggris sebagai
prajurit tangguh yang siap digelar dimanapun dan kapanpun. Namun,
jangan dilupakan bahwa, saat ini jumlah dan kekuatan mereka sangatlah
sedikit dan seluruh batalion menciut akibat kebijakan kerajaan
Inggris, yang mungkin terlalu kuatir dengan membesarnya kekuatan
mereka, sehingga melakukan perampingan besar-besaran. Disamping itu,
mereka saat ini jarang diterjunkan ke berbagai konflik. Jika
diterjunkan, itupun hanya jumlahnya tidak banyak atau kadang-kadang
mereka menjadi bagian dari pasukan medis di garis belakang untuk
sekedar untuk mendukung pasukan reguler.
Seorang Prajurit
Gurkha yang memegang pisau Khukri-
Pisau yang menjadi ciri khas
mereka
Disadur dari; Majalah Angkasa Edisi Koleksi; Gurkha The Great
Britain Special Force. Edisi Koleksi No.74. Agustus 2011
No comments:
Post a Comment