.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Monday 19 March 2012

HERCULES C-130





LOCKHEED C-130 Hercules adalah pesawat militer yang paling banyak melaksanakan misi udara. Pesawat tersebut bukan sekedar digunakan untuk latihan saja, melainkan untuk menjalankan misi yang sesungguhnya, baik itu berupa operasi militer maupun operasi militer non-tempur, serta operasi kemanusiaan. Setiap saat atau setiap hari dapat dipastikan ada saja Hercules yang terbang di seluruh pelosok dunia. Bukan sekedar isapan jempol belaka, melainkan USAF pun sebagai pengguna terbanyak armada Hercules pun mengakui hal ini.

Pesawat-pesawat tempur macam Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon atau F-22 Raptor boleh saja memiliki sosok sangar dan dilengkapi dengan persenjataan canggih dan mematikan. Namun, mereka hanya diterjunkan manakala sebuah operasi tempur dilakukan. Sementara pembom-pembom bertubuh gambot serta berbanderol mahal seperti Boeing B-1B Lancer atau pembom siluman B-2 Spirit, lebih jarang keluar untuk beraksi dalam medan tempur sesungguhnya. Selain itu, kalaupun harus terbang, itu tidak lebih dari sekedar memenuhi jadwal latihan.

Pesawat angkut Hercules Lockheed C-130 Hercules lebih kerap beraksi lantaran memiliki tingkat fleksibilitas yang cukup tinggi. Bagian dalam yang cukup besar membuatnya mampu melakukan segala jenis misi dan operasi militer. Serta dapat diandalkan, mulai dari dapat dipakai sebagai pesawat angkut militer, tanker, evakuasi medis udara, pemadam kebakaran hutan, bahkan, sampai hal-hal yang diluar batas kewajaran, yakni digunakan sebagai pesawat pembom. Untuk yang satu ini, USAF sendiri sempat menjalaninya, Hercules digunakan sebagai pesawat angkut untuk bom jenis BLU-82 yang memiliki bobot hampir 7 ton, bahkan ide yang lebih gila lagi muncul dari AU Pakistan yang juga memiliki armada pesawat angkut C-130 Hercules. Mereka pernah berusaha menggunakan pesawat tersebut untuk membawa dan menjatuhkan bom nuklir untuk menghancurkan New Delhi, ibukota India.

Seperti sempat disinggung sebelumnya, daya angkut serta dimensi yang terbilang pas adalah keunggulan yang dimiliki pesawat Hercules, yang notabene menjadi modal untuk mengalahkan rival-rivalnya. Hal ini berlaku tidak hanya terhadap para pesaing yang terdapat di Amerika saja, tapi juga untuk para pesaing yang berasal dari luar. 



Dek barang yang ketinggiannya dirancang sejajar dengan ketinggian rata-rata bak truk membuatnya mampu mengalahkan pesawat-pesawat angkut jenis lain yang terdapat dalam daftar pesawat-pesawat angkut USAF. Lockheed C-27 Spartan yang semula dianggap sebagai calon pengganti Hercules, ternyata tidak memiliki jarak tempuh yang jauh seperti Hercules. Antonov An-12 Cub buatan Rusia merupakan renkarnasi pesawat Hercules dari blok Timur, ternyata tidak memiliki fasilitas yang memungkinkan proses bongkar muat yang harus dilakukan dengan cepat. Terakhir Eropa Barat mencoba melepas ketergantungannya terhadap pesawat Hercules dengan cara menghadirkan pesawat C-160 Transall, ternyata pun tidak sanggup mengimbangi atau menyaingi kehebatan dan jangkauan yang dimiliki Hercules. Dapat dipastikan sampai detik ini dan sampai kapanpun, bahwa pesawat angkut Hercules C-130 akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah penerbangan pesawat, khususnya penerbangan dunia militer.



Tampilan pemandangan dari kokpit Pesawat Hercules C-130


HERCULES – 2



DAISY CUTTER
Lockheed C-130 Hercules secara teknis bukanlah pesawat tempur maupun pesawat pembom. Hercules merupakan pesawat angkut militer. Namun, ini bukan menandakan bahwa pesawat tidak dapat digunakan untuk membom. Hal ini terbukti USAF pernah menggunakan Hercules untuk membawa bom raksasa BLU-82 yang memiliki bobot hampir tujuh ton. Bom konvensional BLU (Bomb Live Unit – 82) atau yang kerap dijuluki dengan sebutan Daisy Cutter ini pernah digunakan dalam Perang Vietnam, Perang Teluk, serta yang terakhir adalah Perang di Afghanistan. Dalam Perang Teluk Amerika setidaknya menerjunkan 11 unit BLU-82 dari varian khusus MC-130 Combat Talon dalam operasi pemboman yang digelar selama lima malam berturut-turut. Secara teknis bom berfungsi untuk meratakan tanah dengan jarak radius yang cukup luas sehingga nantinya wilayah pemboman dapat digunakan untuk pendaratan helikopter. Tergantung dengan keadaan medan yang dihantam, radius yang dihasilkan dari ledakan BLU-82 bervariasi antara 100 hingga 300 meter. Karena efek ledakan, baik itu tekanan maupun suaranya yang begitu dahsyat, bom baru dilepaskan pada ketinggian minimal 1.800 meter dari permukaan tanah. Bom sendiri akan meledak satu meter diatas permukaan tanah untuk menghindari terjadinya kawah bom yang terlalu dalam.



OPERATION IRAQI FREEDOM
Pesawat angkut Lockheed C-130 Hercules selalu hadir dalam setiap medan pertempuran militer berskala besar. Salah satunya adalah Operation Iraqi Freedom (2001-2003). dalam operasi militer di wilayah Irak itu, USAF turut mengerahkan armada pesawat Hercules milik mereka. Ribuan ton suplai logistik, ratusan pasukan reguler, puluhan prajurit yang terlukan maupun yang gugur diangkut oleh Hercules. Sejumlah momen yang terjadi disepanjang perhelatan konflik di medan tempur, tentulah Hercules banyak berperan dan menjadi saksi bisu dalam sepak terjang mereka yang berkaitan dengan kiprah armada Hercules USAF selama operasi tersebut.


OPERATION ENDURING FREEDOM
C-130 Hercules selalu hadir dalam setiap konflik militer di dunia. Setelah invansi perang besar AS di Irak, kali ini armada Hercules pun siap terbang setiap saat di atas wilayah udara Afghanistan untuk mendukung operasi militer sekutu di Afghanistan.


ETHIOPIA
Armada Hercules USAF juga digunakan untuk mendukung kontingen pasukan AS dan sekutu dalam operasi kemanusiaan di wilayah Ethiopia, Kenya, dan sekitarnya. Pesawat-pesawat ini diterbangkan dari Camp Lemonier, Djibouti dengan jadwal penerbangan dua kali seminggu. Tercatat USAF mengerahkan armada Hercules mereka yang basisnya di pangkalan udara militer Dyess, Texas, dan pangkalan udara Elmendorf, Alaska. Selain kondisi keamanan yang belum stabil di Ethiopia, armada Hercules yang diterjunkan di sana masih minim. Satu-satunya tempat mendarat adalah landasan berdebu yang terbentang sejauh 4.500 kaki yang terletak di pedesaat Bilate, Selatan Ethiopia. Kondisi yang kurang aman membuat Amerika harus mengerahkan personel darat dari kesatuan Guam Army National Guards, untuk menjaga pesawat Hercules yang mendarat dan melaksanakan peroses bongkar-muat barang.







Disadur dari; Majalah TIC Military; Legenda Pesawat Hercules at US Service.

No comments:

Post a Comment