Kepergian Sang Flamboyan
John F. Kennedy - Presiden Amerika Serikat
(1917 – 1963)
Jum'at, 22 November
1963, John Fitzgerald Kennedy, Presiden yang dikenal Flamboyan itu
akhirnya memutuskan untuk hadir di Texas. Keputusannya sudah bulat,
mengingat dukungan terhadap dirinya untuk maju kembali dalam
pemilihan Presiden pada tahun 1964 terus menurun di negara bagian
itu.
Ihwal penurunan tersebut
akibat Kennedy memberhentikan secara sepihak Lyndon Baines Johnson
(Wakil Presiden AS saat itu) dari tim suksesnya. Johnson merupakan
tokoh kunci partai Demokrat yang lahir dan besar secara karir politik
di Texas. Sikap Kennedy dengan mendepak Johnson itulah yang kemudian
memicu eskalasi kebencian warga Texas terhadapnya. Salah satu kasus
yang belum lama mencuat menjelang kedatangan Kennedy ke Texas adalah
kedatangan perwakilan Kennedy untuk PBB yang baru saja dicemooh massa
yang berada di Texas.
Namun nyali sang
Presiden, John. F Kennedy tidak ciut, beliau malah bersikeras untuk
tetap hadir di sana, karena saat itu Texas dinilai sebagai benteng
yang paling tepat untuk memperoleh dukungan dalam mengalahkan partai
Republik. Namun siapa sangka kunjungannya saat itu di Texas justru
menjadi akhir hidupnya sebagai Presiden yang paling karismatik di
Negeri Paman Sam dalam usia yang masih tergolong muda, 46 tahun.
KRONOLOGI PEMBUNUHAN
Pagi itu, Kennedy
berangkat dari Hotel Texas di Forth Worth bersama iring-iringan mobil
kepresidenan untuk memulai turnya selama dua hari di sana. Iringan
kendaraan membawa Kennedy ke pesawat untuk melakukan penerbangan
singkat menuju Dallas. Kennedy sebenarnya paham, kunjungannya kali
itu ke Texas sangatlah beresiko. Lantaran belakangan ini sejumlah
ancaman terhadap dirinya terus meningkat.
Ditambah lagi, Dallas
dikenal sebagai daerah pusat ekstrimis sayap kanan. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila sehari menjelang kehadirannya di Dallas,
telah tersebar selembaran poster-poster bergambar wajah sang Presiden
dengan tulisan 'Dicari karena pengkhianatan' (Wanted for Treason).
Pada pagi itu hujan
terus turun menjelang keberangkatannya dari Forth Worth. Namun,
pesawat berhasil mendarat mulus pukul 11.25 siang di Love Field,
Dallas, setelah melakukan penerbangan singkat. Setelah pesawat
terparkir dengan baik, Kennedy terlihat menuruni pesawat bersama
istrinya. Beliau mengenakan setelah elegan dengan jas berwarna
abu-abu biru. Sementara istrinya, Jacqueline Kennedy, terlihat begitu
anggun dengan menggunakan setelan merah jambu dihiasi topi 'pillbox'
dan sarung tangan putih.
Beberapa saat kemudian,
Kennedy dan Jacqueline meninggalkan bandara dengan iring-iringan
mobil kepresidenan. Pasangan nomor satu di Amerika itu berada paling
belakang mobil limusin kepresidenan Ford SS-100-X buatan tahun 1961.
Mobil ber-kap terbuka itu dikendarai oleh sopit kepresidenan, Bill
Greer. Kursi tengah mobil itu diduduki oleh Gubernur Negara Bagian
Texas, John B. Connally dan istrinya. Di sepanjang perjalanan
iring-iringan, terdapat pasukan pengamanan khusus Presiden (secret service)
yang berjaga di mobil belakang dan di sisi-sisi kendaraan Presiden.
Saat menuju pusat kota
Dallas, kerumunan orang semakin banyak. Sejauh ini, ancaman yang
dikhawatirkan oleh aparat keamanan belum terlihat. Penduduk yang saat
itu sedang beristirahat dan menyantap makan siang mereka dengan
antusias menyapa sang Presiden sambil melambaikan tangan mereka.
Kennedy dan istrinya pun sangat menikmati kehangatan kota Dallas pada
waktu itu. Seakan-akan semuanya baik-baik saja.
Kerumunan orang pun
terlihat semakin sedikit di Jalan Houston menuju Plaza Dealey, tetapi
mereka menyambutnya dengan hangat. Nyonya Connally berbalik sejenak
ke arah presiden dan menyapa, “Anda tentu tidak dapat mengatakan
Dallas tidak cinta Anda, Tuan Presiden.”
Sampai di persimpangan
selanjutnya, iringan kendaraan berbelok ke kiri menuju jalan Elm.
Mobil kepresidenan berjalan melambat, kecepatannya hanya 11,2 mil per
jam. Kennedy terlihat mengangkat tangan sembari melambaikannya ke
arah anak kecil yang terlebih dahulu menyapanya. Tiba-tiba, Dor!!,
bunyi tembakan pun meletus, memecah kehangatan dan keramaian di kota
tersebut. Kepanikan ptn terjadi.
Tembakan tersebut
mengenai leher belakang sang Presiden. Tak berselang lama, tembakan
kedua kembali terdengar, kali ini pelurunya telak mengenai sisi kanan
kepala Kennedy. “Mereka telah membunuh Jack, mereka membunuh suami
saya,” teriak Jackie Kennedy histeris.
Seorang agen SS (secret
service), Roy Kellerman mengatakan kepada sopir, William Greer, “Ayo
kita keluar dari sini!” Namun, sang sopir tak dapat berbuat banyak,
mobil kepresidenan terhambat oleh kemacetan iring-iringan. Sementara
itu Gubernur Connally juga terkena tembakan di punggung.
Pada saat yang sama,
agen Dinas Rahasia Clint Hill berlari ke depan dari mobil yang ada
dibelakang. Ketika mendekati Limusin ia mendengar Jackie berkata,
“Saya telah memegang bagian otaknya yang berserakan.” Hill
berusaha menghampiri bagasi dan mendorong punggung Jackie ke dalam
mobil dengan menempatkan tubuhnya di atas tubuh Jackie dan Presiden,
dalam rangka untuk melindungi dan mengorbankan dirinya untuk Jackie dari tembakan
selanjutnya.
Saat itu, ribuan pasang
mata menjadi saksi kunci dari salah satu kasus pembunuhan yang paling
misterius yang ada dalam sejarah Amerika Serikat.
Setelah terjadi aksi
penembakan, mobil kepresidenan melesat menuju RS Parkland Memorial,
tepat pukul 13.00 Kennedy akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Para
dokter di RS sebenarnya ingin menahan jenazah Kennedx demi
kepentingan otopsi. Namun, pasukan pengamanan presiden meminta agar
jenazahnya segera di bawa ke Washington.
Sumber: Buku berjudul Assassinations - Pembunuhan Para Penguasa yang paling Mengguncang Dunia. Agung Budiono & Saktiana Dwi Hastuti. visimedia. cetakan pertama, Juli 2012
No comments:
Post a Comment