.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Friday 8 March 2013

The Battle of The Atlantic (Insiden Tenggelamnya SS Athenia)








Memasuki bulan Agustus 1939, konflik antara Jerman dengan Polandia makin memanas, dan cepat atau lambat akan segera memicu pecahnya Perang besar di Benua Eropa. Sebagai Persiapan untuk menghadapi Perang, Markas Besar Armada Kapal U-Boat Jerman (BdU), mengirim 14 unit Kapal U-Boat Tipe VII dan Tipe IX ke Lautan Atlantik, menyusul 14 U-Boat lain yang berukuran lebih kecil, yaitu dari Tipe II, yang telah dikirim ke Laut Utara.

Walaupun pihak Jerman telah menyebarkan armada Kapal U-Boat mereka, namun pihak Jerman sama sekali tidak memiliki rencana antisipasi untuk berperang dengan Inggris. Hitler memang belum menginginkan untuk berperang dengan Inggris dan Perancis pada saat itu. Alasannya sederhana saja, yaitu karena Hitler merasa belum siap. Kriegsmarine sendiri pada waktu itu dapat dipastikan tidak memiliki kemampuan untuk menantang Angkatan Laut Inggris, sementara armada-armada U-Boat Jerman masih terlalu sedikit untuk dapat menjalankan misi melawan armada AL Inggris. Padahal konsep dasar dari pembangunan kekuatan armada AL Jerman selama ini adalah agar dapat menantang superioritas Inggris di Lautan.

Ketika akhirnya Inggris dan Perancis menyatakan Perang dengan Jerman, tak lama setelah Jerman menyerbu Polandia pada 1 September 1939, kabar itu segera mengejutkan Laksamana Doenitz. Bagaimana tidak, Doenitz hanya memiliki 57 armada U-Boat, jauh dari 300 unit U-Boat yang mereka butuhkan. Bahkan dari jumlah itu hanya 38 Unit U-Boat yang dapat beroperasi di Laut Atlantik. Sepertiganya sedang diperbaiki atau mengisi suplai di Pangkalan nya, dan sepertiga lainnya sedang dalam perjalanan menuju atau kembali dari wilayah patrolinya. Ini artinya, U-Boat yang tengah beroperasi di Lautan tak lebih dari selusin jumlahnya. Dengan kekuatan sekecil itu, jelas sangatlah sulit bagi Jerman untuk mendominasi kekuatan AL Inggris. Sementara Inggris dan Perancis memiliki jumlah Kapal Perang sepuluh kali lipat dari Armada U-Boat Jerman.




TENGGELAMNYA SS ATHENIA
Tembakan pertama dari U-Boat dalam The Battle of the Atlantic, terjadi pada 3 September 1939 oleh Fritz Julius Lemp, Komandan U-30, sebuah kapal U-Boat berjenis VIIA, ketika tengah berpatroli di Barat Laut sektor perairan Irlandia. Insiden ini tak disengaja, karena ketika Perancis dan Inggris menyatakan Perang dengan Jerman, Hitler masih berharap adanya jalan diplomatik sebagai solusi masalah yang semakin memanas di daratan Eropa. Hitler sadar bahwa ia belum mampu untuk melawan dan mengalahkan kekuatan armada Angkatan Laut Inggris melalui peperangan, sehingga ia pun membatasi pengerahan Armada U-Boatnya dengan setiap operasi-operasi mereka di Lautan. Dibawah ketentuan ini, serangan U-Boat di jalur pelayaran kapal penumpang sipil dilarang oleh Hitler, namun ironisnya, kapal pertama yang ditenggelamkan oleh U-Boat Jerman adalah kapal berpenumpang sipil.



 Kapal SS Athenia





Pada sore hari tanggal 3 September 1939, Oberleutnant (Letnan Satu) Fritz Lemp, Komandan U-30, sedang berpatroli sekitar 250mil sebelah Barat Laut Irlandia, atau sekitar 60mil sebelah selatan karang Rockall. U-30, salah satu dari 14 Unit U-Boat Tipe VIIA produksi Angkatan Pertama, telah berlayar meninggalkan pelabuhannya di Jerman sejak pertengahan bulan Agustus lalu, ketika krisis antara Jerman dan Polandia makin memanas. Beberapa jam sebelumnya, pihak BdU mengirimkan pesan penting kepada sejumlah U-boat nya dilautan, termasuk kepada Lemp, yang isinya; “Permusuhan dengan Inggris segera dimulai.” Berikut perintah untuk menyergap dan menenggelamkan kapal-kapal dagang Sekutu yang mereka temui di wilayah patroli mereka. Karena pada tanggal itu, Inggris dan Perancis mengumumkan pernyataan Perang terhadap Jerman dimanapun mereka berada, tepatnya dua hari setelah pasukan Jerman menyerbu Polandia.

Namun Hitler ternyata melarang keras Armadanya untuk menyerang kapal musuh, karena ia tidak ingin dianggap terlalu agresif dan antagonis yang nantinya akan berakibat buruk terhadap jalannya negosiasi dengan pihak Sekutu. Yakin bahwa Perancis, lawan yang paling lemah di antara negara-negara Sekutu, akan segera dapat didepak dengan sebuah serangan kilat, Hitler juga melarang serangan terhadap kapal-kapal Perang Perancis, kecuali apabila untuk mempertahankan diri.

Pada pukul 19.00 malam, Lemp, melalui periskopnya, mengamati dengan seksama situasi di permukaan lautan. Dibawah cahaya langit sore musim panas yang mulai meredup, Lemp mengamati Kapal sasarannya di kegelapan dan Kapal tersebut melakukan gerakan zig-zag dengan kecepatan tinggi, tepat didepan U-Boatnya. Dan Kapal yang ditemui itu cukup besar bagi ukuran sebuah kapal penumpang biasa, dan Kapal penumpang tidaklah lazim dan tidak seharusnya bersembunyi di kegelapan serta melakukan gerakan zig-zag semacam itu, kecuali jika mereka adalah Kapal Perang Pengawal. Berdasarkan pengamatan ini, juga rute yang tidak biasa dilalui oleh Kapal Sipil, Lemp berkesimpulan bahwa Kapal tersebut pastilah Kapal Penjelajah milik Angkatan Bersenjata Inggris yang telah diubah dengan kedok sebagai Kapal Berpenumpang Sipil, namun masih dilengkapi dengan Meriam dek dan tengah bermain-main dibawah Perlindungan Perjanjian Prize Regulations.

Lemp pun dengan segera memerintahkan para awaknya dalam posisi siaga Perang di tempat mereka masing-masing, dan menyiapkan dua buah Tabung Torpedo untuk segera diluncurkan. Pukul 19.40, dalam posisi yang masih menyelam, Lemp menembakkan tembakan pertama dalam Pertempuran Atlantik ini. Torpedo pertama ini menghantam target dengan telak dan langsung menghentikan Kapal itu dari jalurnya dalam keadaan sekarat. Torpedo kedua mengalami malfungsi dan bergerak liar tak terkendali. Takut apabila Torpedo tersebut mungkin akan berputar balik dan membahayakan Kapal Selamnya, maka Lemp segera memberi perintah untuk menyelam lebih dalam lagi demi menghindari resiko hantaman Torpedo, dan muncul lagi ke permukaan setelah di rasa aman.

Pada saat itu, langit tengah gelap. Ketika muncul kembali ke permukaan, Lemp segera keluar dari Kapal Selamnya. Dari atas menara U-30, Lemp mengamati wilayah target penembakannya dengan menggunakna teropong binokuler. Ia tidak melihat adanya ancaman bahaya dalam posisi penenggelaman itu sehingga Lemp kembali memerintahkan pada awaknya untuk menembakkan Torpedo ketiga. Ternyata Torpedo ini mengalami gagal fungsi dan bergerak liar tak tentu arah. Jengkel dengan kegagalan Torpedonya, Lemp membawa kapal Selamnya mendekati Kapal Target. Ia ingin segera menghabisi Meriam Dek.

Dengan hati-hati sambil membelakangi rembulan, dimana dengan posisi itu membantu penampakan U-Boatnya menjadi tersamar, Lemp bergerak mendekat. Kini ia dapat melihat dengan jelas sebuah siluet Kapal di kegelapan. Ia memeriksa Kapal tersebut dan mencocokkannya dengan sebuah buku Katalog kapal yang dibuat Lloyd's Register, dan apa yang ia temukan kemudian sungguh amat menakutkannya. Seakan kembali terdengar dan terbayang semua peringatan keras dan larangan dari Fuhrer untuk tidak menyerang Kapal Berpenumpang Sipil, dan apa yang dilihatnya kini telah menyadarkannya bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal.

Ia baru saja menorpedo SS Athenia, sebuah Kapal penumpang Sipil Inggris yang berbobot 13.580ton. Semua keraguan tentang identitas Kapal tersebut kini terjawab sudah ketika operator radio kapal SS Athenia melaporkan panggilan bahaya ke daratan Inggris, berupa identitas penyamaran, posisinya, dan kode tripel “S” sebagai tanda bahwa yang menyerangnya adalah sebuah kapal selam. Kapal penumpang sipil yang sedianya akan menuju ke Kanada ini membawa 1.100 penumpang. Termasuk wanita dan anak-anak. Sebanyak 311 orang diantaranya adalah Warga Negara Amerika yang hendak mengungsi keluar dari Inggris, menghindari Perang yang mulai memanas di Eropa.

Karena rasa takut akan kesalahannya itu, Lemp membiarkan radionya tetap membisu. Sampai tanggal 14 September, atau sebelas hari setelah menenggelamkan SS Athenia, ia melapor ke Markas Besar bahwa Kapal Selamnya mengalami kerusakan setelah terlibat kontak dengan dua Kapal Perusak yang mengawal Kapal Kargo Inggris, Fanad Head, yang berhasil ia tenggelamkan. Ia juga meminta izin untuk mendaratkan awak pesawat Inggris yang terluka, karena pesawatnya berhasil ia tembak jatuh, ke Islandia, untuk mendapatkan perawatan medis. Lemp sama sekali tidak menyinggung soal masalah tenggelamnya SS Athenia.

Lemp memutuskan untuk sama sekali tidak menolong para Korban SS Athenia seperti yang telah diatur dalam Perjanjian Prize Regulations, kemungkinan karena sebelumnya ia telah melihat kapal kargo Norwegia, Knut Nelson, berlayar di area tersebut pada sore harinya dan yakin kapal itu akan segera menolong para penumpang SS Athenia. Dan benar, kapal Knut Nelson segera datang bersama dua kapal dagangnya, yaitu City of Flint dan Southern Cross, juga tak lama tiga Kapal Destroyer Inggris Electra, Escort, dan Fame tiba, dan langsung melakukan operasi penyelamatan.

Doenitz pertama kali mendengar kapal perihal insiden itu dari siaran radio BBC, berita itu sangat mengejutkan dan mengguncangya, terlebih lagi kepada para staf AL Jerman, Laksamana Erich Raeder. Berlin sendiri masih tidak tahu dan tidak dapat memastikan sebelum Lemp melaporkan sendiri perihal kejadian tersebut. Tetapi setelah melihat kembali wilayah patroli semua Armada U-Boat yang disebar di Lautan Atlantik, Doenitz akhirnya membela Lemp dan membenarkan tindakannya sebagai kapten U-30 menenggelamkan SS Athenia.

Kriegsmarine pun dengan segera merespon dengan cepat dengan menebarkan propaganda dan pembelaan untuk melindungi Jerman dari tuduhan sebagai pelanggar Perjanjian Prize Regulations. Kebijakan ini menunjukkan bahwa Jerman tampaknya bermaksud ingin memperluas Peperangan dengan cara yang sama saat pecahnya PD I, yaitu tidak membatasi tindakan Kapal selamnya di dalam Peperangan. Sejumlah negara langsung mengecam keras dan menuding sikap Jerman yang melindungi tindakan barbar para awak kapal selamnya yang telah menenggelamkan Athenia.

Hitler sangat marah besar pada kejadian ini, namun ia memilih untuk tidak menanggapinya secara serius perihal penenggelaman ini. Berlin justru melancarkan propagandanya, Berlin menuduh Inggris memang telah sengaja menyiapkan plot penenggelaman ini untuk mendeskreditkan Jerman sehingga bisa mengambil keuntungan dengan memancing pihak Amerika Serikat agar turut bergabung dengan Perang yang diumumkan Inggris, untuk bersama-sama melawan Jerman. Menteri Propaganda Jerman, Joseph Goebells telah menginstruksikan untuk menyiarkan bukti bahwa tak ada satupun U-boat Jerman yang berada di lokasi tersebut pada saat tenggelamnya Athenia, sehingga tak mungkin kapal U-boat Jerman menorpedo Athenia. Berlin mengklaim bahwa SS Athenia tenggelam oleh ulah kapal selam atau ranjau pihak Inggris sendiri.



 Kapal SS Balirlogie- yang juga berhasil ditenggelamkan oleh Lemp,
Komandan U-30 Jerman.




Kapal Selam Lemp akhirnya merapat di Pelabuhan pada 27 September 1939, setelah baru saja mendaratkan awak yang terluka di Islandia pada 19 September. Berlin masih menyangkal peristiwa penenggelaman ini, namun seluruh jajaran Armada U-boat telah siap menerima laporan bahwa Lemp lah yang bertanggung jawab atas peristiwa penenggelaman SS Athenia itu. Atas kesalahan fatalnya, Lemp dapat diberhentikan dari tugasnya atau kemungkinan menghadapi pengadilan Militer.

Lemp pun segera dikirim ke Berlin untuk dilakukan Investigasi lanjutan oleh pihak AL Jerman. Namun sebelumnya, Doenitz melihat catatan gemilang Lemp di lautan. Dimana ia telah berhasil menenggelamkan 3 Kapal (Dua diantaranya adalah Kapal dagang, yaitu SS Blairlogie dan SS Fanad Head) termasuk SS Athenia, dan menembak jatuh dua pesawat Inggris, namun memperlihatkan perilaku terpuji terhadap kemanusiaan dengan menyelamatkan dua pilot Inggris itu dari laut dan membawa mereka ke Islandia untuk mendapat perawatan medis, lalu memperlihatkan kompetensinya sebagai Kapten kapal selam saat menghadapi serangan bom dalam (Depth Charge Attack) dari 2 Kapal Perusak yang mengawal SS Fanad Head, dengan membawa pulang kembali awaknya dengan selamat, sekalipun kapal selamnya mengalami kerusakan. Untuk menjatuhkan hukuman terhadap Lemp, seorang Komandan U-boat yang handal dan profesional, tentu akan membawa dampak buruh bagi seluruh awak kapal selam di jajaran Armada AL Jerman.

Doenitz akhirnya memutuskan jalan terbaik bagi Lemp, yaitu menutupi perihal kasus kecelakaan ini dari tim Investigasi AL di Berlin dengan tidak menyertakan berkas laporan detil dari Lamp. Dan sebagai gantinya menambahkan catatan laporan palsu yang menyebutkan bahwa Lemp bersama U-30 pimpinannya tengah berada sekitar 200mil sebalah Barat dari lokasi kejadian saat tenggelamnya Athenia, pada tanggal 3 September tersebut.

Menanggapi masalah ini, Hitler kembali mengeluarkan peringatan keras dan memberlakukan sejumlah aturan ketat bagi seluruh Armada U-boatnya. Hitler memerintahkan agar semua kapal penumpang tidak boleh diserang, sekalipun itu bergerak didalam konvoi dan berada dibawah pengawalan Kapal perang musuh. Kebijakan Hitler ini cukup membuat bingung para awak U-boat Jerman, dimana seringkali Kapal kargo juga suka membawa penumpang sipil, dan Kapal penumpang Sipil pun terkadang seringkali digunakan untuk mengangkut Tentara.

Walau insiden ini tidak disengaja. Namun hal ini telah membawa nuansa teror tersendiri bagi Kapal-kapal Sekutu terhadap keberadaan U-boat Jerman yang berkeliaran mencari mangsa di Laut Atlantik. Dampak psikologis dari insiden ini terhadap Berlin adalah hanya sedikit memperlunak rencana Hitler untuk mendepak keluar Perancis dan Inggris dari kancah Peperangan.




Fritz Lemp








Sumber; Buku U-BOAT The Battle of Atlantic. Ari Subiakto

No comments:

Post a Comment