Saturday, 15 June 2013

Pertempuran Atlantik (2) - U-Boat Merajalela (Taktik Wolf Pack Jerman)

Ketika memasuki musim dingin tahun 1939-1940, banyak pelabuhan yang ada di wilayah Baltik membeku sehingga banyak U-Boat yang berpatroli di laut tidak dapat kembali ke pelabuhan untuk mengisi ulang bahan bakar dan pasokan suplai. Sedangkan sejumlah U-Boat yang baru selesai dibuat atau yang tengah bersandar di pelabuhan, sama sekali tidak dapat bergerak kemana-mana karena terperangkap di dalam es. Musim dingin yang membekukan sejumlah pangkalan U-Boat Jerman itulah yang menjadi satu pertimbangan Hitler dalam menyetujui usulan Laksamana Raeder untuk menginvasi wilayah Norwegia dan Denmark pada Maret 1940.

            Dengan dikuasainya sepanjang pesisir barat pantai Norwegia, AL Jerman bisa membangun pangkalan U-Boat yang lebih terbuka dan langsung menghadap ke Laut Atlantik Utara dan Laut Utara. Mengingat apabila armada U-Boat diberangkatkan dari Kiel, maka akan banyak menghabiskan waktu dan biaya karena zona patroli dan perburuan U-Boat berada di perairan Laut Inggris sebelah utara. Dengan dikuasainya Norwegia, maka akan dapat lebih mudah dan cepat untuk menjangkau perairan laut Inggris. Tapi selain Norwegia, ada wilayah lain yang lebih dekat dan menghadap langsung ke perairan Laut Inggris dan Samudera Atlantik, yaitu wilayah pesisir pantai barat Eropa, atau tepatnya wilayah Perancis.

            Pada 10 Mei 1940, Tentara Jerman melancarkan serangan yang telah lama dinanti-nanti, yaitu menginvasi Perancis. Di malam hari, pasukan panzer Jerman bergerak menyerang melalui wilayah Belanda dan Luxemburg, lalu terus menembus menuju ke Belgia. Pada 25 Mei 1940, tentara Inggris terdesak mundur hingga terkepung di wilayah Dunkrik. Tiga hari kemudian, Belgia menyatakan menyerah kepada Jerman. Kini, Blitzkrieg (serangan kilat) Jerman telah berhasil mencaplok wilayah Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda, dan setelah Belgia, mereka bersiap memasuki wilayah Perancis dan menguasai Ibukota Paris. Tanggal 22 Juni 1940, pertempuran di Perancis pun berakhir. Tentara Nazi Jerman dengan mudah dapat menghancurkan tentara Perancis yang berjumlah lebih besar, dan langsung menguasai wilayah negara tersebut.




Inilah salah satu gambaran dari berbagai jenisU-Boat Jerman terlibat dalam 
kancah PD-II di Laut Atlantik








Tak lama setelah Perancis jatuh, kota-kota pelabuhan ini dengan derasnya dikunjungi oleh U-Boat Jerman. Mereka berkumpul untuk mengisi kembali bahan bakar dan perbekalan, juga me-reload torpedo dan memperbaiki kerusakan. Untuk itu dibuatlah pangkalan-pangkalan khusus U-Boat, seperti yang dibangun di Lorient yaitu berupa bunker-bunker beton di atas permukaan laut sebagai “garasi” bagi kapal-kapal U-Boat yang tengah berlabuh untuk melindungi mereka dari serangan udara.


Selanjutnya dengan tereliminasinya Angkatan Laut Perancis, membuat Inggris kehilangan sekutu terkuatnya di Eropa. Pada tahun 1940, AL Perancis adalah AL terbesar keempat di dunia setelah Inggris, Amerika, dan Jepang. Dengan telah hilangnya sekutu potensialnya, memaksa Inggris harus mengkover semua tugas Angkatan Laut Perancis sebelumnya, yaitu mengamankan wilayah perairan Mediterrania dari Armada Italia yang memihak kepada Jerman, terutama untuk mengamankan tanah jajahan dan jalur pelayaran utamanya di Selat Gibraltar dan Terusan Suez dari ancaman Armada AL Italia. Sekalipun AL Inggris adalah angkatan laut terbesar dan terkuat di dunia pada waktu itu, tapi karena begitu luasnya wilayah laut yang harus dikover tak urung membuat jumlah kapal perusak Inggris yang operasional untuk mengawal konvoi kapal dagangnya dan melawan U-Boat di lautan jadi menyusut drastis karena digunakan untuk mengamankan wilayah perairan strategisnya. Terbatasnya jumlah kapal pengawal membuat ancaman bahaya wabah serangan U-Boat terhadap konvoi kapal dagang Inggris di Atlantik kembali terus berlanjut.

Tak mau kalah, AL Italia (Regia Marina) juga berinisiatif membuat pangkalan armada kapal selamnya untuk wilayah Atlantik. Dari pangkalan kapal selam Betasom di Bordeaux, Perancis, sejak bulan November 1940, armada kapal selam Italia telah beroperasi dibawah komando kendali operasi Jerman, namun tetap dipimpin oleh Komandan dari Italia dan bertanggung jawab kepada armada Italia. Adanya kerjasama ini cukup membantu Doenitz dalam memperkuat armada kapal selam Jerman yang masih sangat kurang.

Bulan Juli 1940 dimulailah masa “pesta” bagi armada U-Boat Jerman. Setelah pihak Intelijen Jerman berhasil memecahkan kode pelayaran kapal-kapal Inggris, mereka dapat dengan mudah mempersiapkan dan mengatur rencana pengeroyokan di laut. Pihak BdU kini mengetahui secara pasti jadwal keberangkatan dan tibanya kapal-kapal dagang sekutu, juga beserta dengan jalur pelayaran yang mereka pergunakan. Tak jarang juga ditambah dengan informasi mengenai jadwal kapal perusak yang jadi pengawal konvoi. Akibatnya, armada U-Boat bisa dengan leluasa berpesta pora membantai konvoi kapal dagang Sekutu hingga ludes tak tersisa dengan menerapkan taktik Wolf Pack yang dikoordinasikan Doenitz dari markasnya di Lorient secara bersamaan, gelombang demi gelombang. Karena telah mengetahui jadwal itu, armada U-Boat Jerman kini tak perlu bersusah-susah lagi keluyuran mencari konvoi kapal dagang seperti yang sebelumnya dilakukan, tetapi cukup dengan menunggu di jalur lintasan mereka di sektor wilayah laut yang paling aman. Pada periode ini para awak U-Boat menyebutnya sebagai “masa-masa bahagia”.

Taktik Wolf Pack adalah serangan terkoordinasi yang dilakukan secara massal oleh beberapa U-Boat terhadap satu konvoi kapal. Pertama, apabila sebuah U-Boat menemukan konvoi kapal dagang Sekutu, U-Boat tersebut tidak boleh langsung menyerangnya, melainkan hanya boleh mengintainya sambil memberikan informasi perihal banyaknya konvoi, lokasi mereka, dan kecepatan kapal mereka, dengan melapor kepada Pusat Komando Armada U-Boat Jerman (BdU) yang akan diterima langsung oleh Karl Doenitz sebagai koordinator serangan. U-Boat pelapor ini kemudian disebut Shadower, dan ia harus terus menjaga jarak dengan kapal konvoi agar tetap tidak terdeteksi keberadaannya. Tugas ini bisa berlangsung selama berhari-hari sebelum kekuatan penyerang yang terdiri dari beberapa U-Boat terbentuk di lokasi yang telah dilaporkan.

Usaha ini kadangkala dibantu oleh pesawat pengintai jenis Focke Wulf Fw-200 Condor yang membantu komunikasi radio antara kapten U-Boat dengan pihak BdU sebagai stasiun relay (penghubung). Bahkan tak jarang yang menjadi shadower ini adalah pesawat Fw-200 sendiri yang misinya memang terbang berkeliaran mencari mangsa di atas Laut Atlantik. Ketika pesawat ini menemukan konvoi kapal dagang Inggris, pesawat ini pun akan berputar-putar di atas konvoi seperti seekor elang yang tengah mengintai mangsanya. Sambil berputar-putar, pilot pesawat Condor akan mengirimkan informasi perihal konvoi kapal BdU. Tak heran jika Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, menjuluki pesawat ini sebagai “Momok Laut Atlantik”.

Kawanan U-Boat biasanya akan berusaha mendekati konvoi sambil menyelam mengendap-endap, lalu muncul lagi ke permukaan air dan menyerang secara tiba-tiba pada malam hari dengan posisi membelakangi bulan agar siluet mereka tidak terlihat jelas oleh kapal konvoi. Dengan muncul ke permukaan air, maka perangkat deteksi bawah air (ASDIC – Allied Submarine Detection Investigation Committe) pada kapal perusak pengawal sama sekali tidak berguna lagi. Sampai teknologi radar yang telah cukup maju ditemukan dan digunakan secara massal pada kapal perusak, taktik U-Boat ini biasanya tidak pernah terdeteksi.

U-Boat lalu akan bergerak maju lebih cepat dari kapal pengawal konvoi yang biasanya dari jenis kapal tua sisa peninggalan PD-I yang berkecepatan rendah dan dirancang untuk menghadapi kecepatan kapal selam yang tengah bergerak dibawah air. Kapal pengawal memang tidak perlu cepat dalam mengawal konvoi karena kapal dagang yang dikawalnya adalah jenis kapal yang berkecepatan lambat, walaupun sudah dipacu dalam kecepatan maksimum, kapal-kapal pengawal tetap bisa mengimbanginya. Karena kecepatan yang lambat inilah, U-Boat mampu menyerang secara simultan dari jarak sejauh 700 hingga 1.500 meter. Torpedo pertama akan diluncurkan ke sasaran terdekat, sehingga hasilnya adalah kapal-kapal dalam konvoi akan meledak secara bersamaan. Sebelum pihak Inggris menemukan cara untuk mengatasi kelemahan pada konvoi kapal dagang mereka, metode Wolf Pack yang dipraktekkan oleh armada U-Boat Jerman sangatlah sukses dalam menghabisi konvoi-konvoi kapal dagang Sekutu.


Dari bulan Juli hingga Agustus 1940, lebih dari 220 kapal Sekutu telah tenggelam. Sukses pertama taktik Wolf Pack ini terjadi saat serangan pada malam hari tanggal 24 September 1940. Konvoi berkode HX72 yang terdiri dari 42 kapal dagang diserang secara bergelombang berulang kali oleh 4 kapal U-Boat. Sebanyak 11 kapal tenggelam dan 2 kapal lainnya rusak berat. Selama hampir 3 jam proses pembantaian tersebut, Kapitanleutnant (Kapten) Otto Kretschmer, Kapten U-99, berhasil menenggelamkan 3 kapal. Joachim Schepke Komandan U-100 juga berhasil menenggelamkan 7 kapal. Kapten Bleichrodt menenggelamkan satu kapal dan satu kapal lainnya dirusak oleh Kapten Jenisch, Kapten U-32.







Sumber: Buku U-Boat The Battle of Atlantic, Ari Subiakto.2010

3 comments:

  1. Everything is very open with a really clear explanation of the
    issues. It was definitely informative. Your site is extremely helpful.
    Many thanks for sharing!

    Also visit my webpage rc truck

    ReplyDelete
  2. U Boat Jerman memang legenda

    ReplyDelete
  3. Kekuatan laut Jerman memang dahsyat, komentar juga ya di blog saya www.goocap.com

    ReplyDelete