DRAMA PENYANDERAAN DI BUDENNOVSK
(Pertempuran milisi Chechnya VS Pasukan
khusus Rusia)
Tampak Basayev sedang berjalan di koridor Rumah sakit saat
insiden penyanderaan berlangsung
Bubarnya Uni Soviet pada 1991
mendorong sejumlah etnis di kawasan Kaukasus yang selama ini berada
dibawah kendali Moskwa, melepaskan ikatan politis-historis dan
kemudian membentuk negara sendiri yang berdaulat. Ukraina, Lithuania,
dan Khazakhstan adalah sedikit contoh negara yang “beruntung”
eksistensinya diakui Moskwa. Disisi lain, ada pula sejumlah negara
yang tidak direstui kemerdekaan mereka oleh Rusia. Kepada
negara-negara yang “tidak beruntung” itu, Rusia bahkan mengirim
banyak Tentara mereka untuk menumpas semangat kemerdekaan yang tengah
bergejolak. Salah satu nya adalah Chechnya.
Penindasan yang teramat keji yang
dilakukan Diktator Stalin terhadap etnis Chechen cukup memupuk api
dendam di setiap generasi etnis Chechen yang berpopulasi sekitar satu
juta jiwa. Deklarasi kemerdekaan yang diproklamirkan Dzokar Dudayev
ditanggapi “dingin” oleh Rusia. Rusia melakukan tindakan keras
seperti yang terjadi pada 1994.
Presiden Kharismatik yang juga mantan
pilot AU Uni Soviet itu akhirnya tewas terkena rudal setelah posisi
nya terlacak melalui sinyal telepon satelitnya. Namun perlawanan
kelompok pro-kemerdekaan tak kunjung padam. Posisi Dudayev segera
digantikan sederet tokoh militan lainnya, diantaranya Aslan Maskadov
dan Shamil Basayev.
Merasa tak bakal sanggup menandingi
keunggulan militer Beruang Merah, pihak Chechnya memakai cara unik
dalam melancarkan perang gerilya terhadap Rusia. Banyak di antara
warga Chechnya turut membantu pejuang mujahidin semasa pendudukan
Soviet di Afghanistan silam. Pada intinya warga Chechnya sangat tidak
menyukai eksistensi militer Rusia karena dendam historis yang pernah
terjadi selama ini. Siasat Shamil Basayev untuk menyandera warga
Rusia di Kota Budennovsk (Rusia Selatan) adalah salah satu contoh
bagaimana milisi Chechnya bertempur dengan tujuan menekan Presiden
Boris Yeltsin agar menarik pasukan Rusia dan berunding dalam
kesetaraan status politik yang sama. Situasi yang memanas serta
siasat Shamil dalam melakukan perlawanan terhadap Rusia jelas tak
akan pernah terbayangkan oleh siapapun di Kremlin.
Sejak bulan Maret 1995, puluhan
militan Chechnya disusupkan Basayev ke Budennovsk sebagai tim
pendahulu. Sebagai samaran, mereka bekerja sebagai kuli kasar,
pedagang keliling, atau pengurus perkumpulan sekitar 10.000 warga
Chechnya di kota tersebut. Setiap minggunya, di gudang bawah tanah
Rumah Sakit militer setempat, mereka menggelar pertunjukan kesenian
maupun ritual adat yang kerap menyertakan warga non-Chechen.
Dua minggu sebelum hari H penyerangan
yang ditentukan oleh Basayev, RS setempat mendadak mendapatkan banyak
kiriman dua peti kemas berisi obat-obatan dan peralatan medis
lainnya, tentunya dalam jumlah besar. Pengirimnya pun tak jelas.
Anehnya, tak ada satupun petugas RS yang curiga mengenai isi kiriman
tersebut. Padahal di balik tumpukan obat-obatan dan peralatan medis,
masih tersimpan banyak senjata berat berikut sejumlah amunisi. Semua
itu dibeli oleh Basayev sebelumnya dari pasar gelap di Moskwa.
Tepat Hari H, 13 Juni 1995, rombongan
Basayev tiba di Buddennovsk dengan tiga bus dan dua mobil ambulan.
Seluruh milisi Chechnya berseragam Pasukan Paramiliter Departemen
Dalam Negeri Rusia, VV (Vnutrennykh Voiska) lengkap dengan
sejumlah atribut dan senjata individual. Guna menembus sejumlah pos
pemeriksaan Pasukan Perbatasan Rusia PV (pogranichnye Voiska),
Basayev menebar sejumlah uang dan bir secara cuma-cuma kepada Pasukan
PV.
Saat tiba di pintu gerbang kota,
rombongan masih dihentikan oleh satuan PV tulen. Walaupun sama-sama
bernaung dibawah Departemen Dalam Negeri Ministerstvo Vnuternnykh
Del (MVD), yang melakukan pemeriksaan merasa tidak mengenal
rombongan pasukan yang mengaku Pasukan VV. Memang di dalam bus dan
ambulan terdapat banyak orang terluka parah yang butuh penanganan
medis secepatnya. Namun hari itu pasukan penjaga kota sama sekali
tidak menerima pemberitahuan terkait dengan datangnya korban luka
dari garis depan untuk dirawat di RS Budennovsk.
Rombongan yang menyamar sebagai
pasukan VV lalu disuruh untuk mengurus kelengkapan surat-surat di
kantor MVD setempat. Setibanya disana, seorang pegawai administrasi
secara tidak sangaja memergoki ada di antara para korban luka yang
bercakap menggunakan bahasa Chechen dan sedang membagikan granat
tangan. Ketika petugas akan memberitahu petugas jaga lainnya di luar
kantor, langkahnya segera terhenti saat tembakan AK-47 milisi
Chechnya menyalak membabi-buta mencabik-cabik punggungnya.
Sadar kedok mereka telah terbongkar,
Basayev segera memerintahkan anak buahnya untuk mencopot seluruh
atribut VV. Dalam baku tembak memperebutkan kantor MVD yang
berlangsung selama 30 menit, 11 Pasukan Rusia dan 12 milisi Chechnya
tewas.
Setelah kantor MVD dikuasai
sepenuhnya, kelompok militan segera menyebar ke seantero kota. Tiap
warga non-Chechnya yang dijumpai di jalan-jalan segera digiring untuk
dijadikan sandera. Kantor Polisi dihancurkan berikut isinya dengan
tembakan RPG-7V. Warga kota yang coba-coba untuk menghindari razia
tanpa ampun dibantai. Banyak mayat bergelimpangan dimana-mana dengan
luka tembak di kepala maupun di punggung.
Sekitar 2.500 sandera yang berhasil
ditawan militan Chechnya lalu digiring ke Rumah Sakit dengan ancaman
bahwa mereka akan dihabisi jika mereka masih berteriak histeris.
Diantara sandera ada yang mengalami luka akibat dianiaya. Setibanya
di RS, mereka pikir akan segera diobati, namun sebaliknya. Militan
Chechnya segera memilah-milah para sandera.
Pria dewasa hingga usia 50 tahun
digiring ke gudang bawah tanah. Sementara manula, wanita, dan
anak-anak ditempatkan di lantai dua dan tiga. Ditengah-tengah sandera
yang ditawan berhasil diketahui ada tiga orang pilot AU Rusia, serta
dua Polisi dan tiga orang pemadam Kebakaran. Militan Chechnya yang
memang tidak suka dengan kehadiran mereka di tengah-tengah sandera
dengan segera menembak mati mereka.
Setelah rampung menyusun pertahanan di
kompleks bangunan RS, Basayev menghubungi Pers dana menyampaikan
sejumlah tuntutannya. Tuntutan Basayev yaitu agar Tentara Rusia
segera angkat kaki dan agar Rusia mau berunding dengan delegasi
Chechnya pimpinan Usman Ismayev di Ibukota Chechnya, Grozny. Mereka
bersedia melepaskan sandera jika tuntutan terpenuhi. Jika sampai pada
batas yang ditentukan yaitu pada 17 Juni tidak ada kemajuan yang
berarti atau Rusia malah coba-coba “bermain keras”, gedung RS
yang berisi banyak sandera akan diledakkan militan Chechnya.
Atas saran Kepala Badan
Kontra-Intelijen FSK (Federal'naya Sluzhba Kontrazvedki) Sergei
Stepashin, PM Viktor Chernomyrdin memerintahkan Mendagri Viktor Yerin
segera mengirimkan unit anti-Teror Alpha dan Vega yang bermarkas di
Moskwa dan Krasnodar. Baik Alpha maupun Vega berada dibawah kendali
Badan Keamanan Federal FSB, yakni Badan penerus KGB di era Uni Soviet
silam.
Pada H+1, unit Vega telah tiba di
lokasi untuk mengumpulkan data intelijen serta bersiap sebagai satuan
pendukung unit Alpha. Dari hasil pantauan, didapatkan informasi bahwa
tiap militan Chechnya dipersenjatai senaparan serbu plus pelontar
granat (GLM) jenis GP-25, serta sejumlah amunisi cadangan sekitar 6
buah magazin. Senjata berat milisi diantaranya 3 pucuk senapan mesin
PK kaliber 7,62mm dan 3 buah senapan mesin berat tipe DshK kaliber
12,7mm lengkap dengan amunisi. Juga terdapat sejuamlah orang berwajah
Arab yang memegang senapan SVD.
Dua jam sebelum penyerangan, Komandan
Unit Alpha mengumpulkan seluruh kendaraan beroda empat di kota itu
untuk berjaga-jaga jika harus mengevakuasi korban. Namun belum
apa-apa kesalahan sudah terjadi. Entah mengapa tiba-tiba alat
komunikasi Pasukan rusak dan tak dapat diperbaiki. Unit Alpha lalu
meminjam alat komunikasi milik Pasukan PV yang modelnya sudah
ketinggalan zaman dan tak dilengkapi perangkat pengacak saluran
(scramble).
Akibatnya seluruh percakapan dapat
didengar oleh militan Chechnya di RS yang sudah membekali diri mereka
dengan perangkat komunikasi sejenis. Tak hanya itu, 10 menit sebelum
serangan fajar uniat Alpha, tiba-tiba pengemudi panser “bikin ulah”
dengan membuat bising. Berdalih sedang memanaskan mesin kendaraan,
namun suara berisik yang ditimbulkan mereka justru membuat bangun
seluruh orang di dalam Rumah Sakit. Dengan cepat militan Chechnya
bersiap-siap untuk menghadapi serangan Pasukan Alpha. Suara bising
tersebut cukup membantu militan Chechnya sebagai indikasi bahwa
Pasukan Rusia sebentar lagi tengah bersiap melakukan serangan
dadakan. Unsur dadakan pasukan Rusia dipastikan telah berantakan.
Enam orang tim 1 Alpha bergerak
mengendap-ngendap menuju sisi Barat gedung. Jam tangan Sersan Kepala
Regu menunjukkan pukul 04:52. Yakin bahwa gerakan mereka masih belum
terdeteksi lawan, mereka kian mendekati pagar.
Baru bersiap-siap memanjat, tiba-tiba
rentetan tembakan senjata berat DshK memberondong pasukan Rusia
disertai tembakan ledakan proyektil GP-25. Berondongan tembakan dan
ledakan tersebut menjadi salam pembuka dari para militan Chechnya
kepada Pasukan Rusia yang berusaha mendekat. Seorang prajurit Alpha
menjerit dan terjungkal. Dari pinggul dan bahu kirinya menyembur
darah segar. Rekan-rekan yang lain tak dapat berkutik dan hanya bisa
bersembunyi di balik tembok pendek pagar yang masih dibawah siraman
tembakan militan Chechnya dari lantai dua.
Rupanya sejak lama pergerakan Pasukan
Rusia sudah dipantau pihak Chechnya. Merasa sia-sia untuk maju, tim 1
Alpha mundur sambil sesekali membalas tembakan guna melindungi
evakuasi rekannya yang terluka.
Nasib Tim 2 Alpha tak kalah apes.
Awalnya mereka berkumpul di lapangan belakanga garasi RS. Saat Tim 1
bergerak maju, Tim 2 maju dan berusaha merapat ke kantin untuk
merangsek ke pintu depan lantai satu. Baru bergerak beberapa langkah,
lima prajurit Tim 2 Alpha tewas dihujani tembakan GP-25 serta ledakan
dari lemparan granat tangan militan Chechnya. Kelima orang Alpha
terkapar bermandikan darah, mereka menjerit-jerit minta tolong dan
hanya pasrah melihat Komandan Regu mereka yang bersusah payah
melakukan tembakan balasan terhadap militan.
Melihat rekan-rekan nya terperangkap,
Komandan Tim 1 mengajak 2 anggota Alpha yang masih tersisa untuk
bergerak menuju posisi Tim 2 melewati lorong di bagian dalam gedung
utama. Sang Komandan beranggapan bahwa kekuatan lawan terkonsentrasi
hanya di lantai dua.
Belum sampai 10 langkah, lagi-lagi
militan Chechnya mengumbar tembakan tanpa ampun. Sang Komandan tak
terluka, namun kedua anak buahnya tewas tak berdaya. Seorang
tertembak di bagian perut hingga terpaksa bersembunyi di balik pohon
besar, seorang lagi terkapar bermandikan darah yang mengucur dari
lehernya. Melihat anak buahnya berguguran, Sang Komandan pun kalap
dan nekad menerjang seorang diri.
Perintah atasan untuk mundur dan
segera melakukan evakuasi pun diabaikannya. Alat komunikasi ia buang
ke selokan. Perwira yang berusia 27 tahun itu tetap maju dengan
tersendat karena peluru militan Chechnya sudah menghujam seluruh
tubuhnya. Ia sempat membalut sendiri luka-luka nya di lengan dan
kaki.
Pergerakannya mulai terhenti setelah
sebutir proyektil GP-25 meledak di wajahnya. Mayatnya ditemukan lima
hari kemudian dalam kondisi mengenaskan. Sekujur tubuhnya hancur
diberondong peluru. Seluruh magazen miliknya berserakan di sekitar
lokasi mayat dalam keadaan kosong. Di tembok dekat mayat terpampang
tulisan; “Beginilah contoh nasib para Agresor!”
Walau kedua tim pembuka Rusia
bertumbangan, pimpinan Operasi Alpha enggan putus asa. Ia segera
memerintahkan para operator penyembur api RPO-A Shmel untuk
beraksi. Sasarannya yaitu jendela di lantai dua yang diperkirakan
menjadi tempat berkumpulnya militan. Guna mengatasi serangan RPO-A,
para militan menyeret sejumlah sandera dan mereka dipaksa berdiri
tepat di depan jendela. Para sandera berteriak histeris meminta agar
mereka tidak ditembak. Para operator penyembur api RPO-A jadi serba
salah dan semburan api pun jadi tak terarah.
Belum
lagi tembakan para militan yang bersembunyi di sela-sela kaki para
sandera telah membuat sejumlah operator RPO-A tewas. Sebagian dari
mereka terbakar hidup-hidup lantaran tabung senjata penyembur api
yang mereka bawa terkena tembakan peluru.
Seolah
hilang akal, pimpinan Operasi akhirnya mengerahkan 2 unit panser
BTR-80A. Baru beberapa meter beranjak, empat tembakan roket RPG
menyalak dari gedung. Satu unit BTR kontan meledak dan terbakar. Bau
daging terbakar menyengat di sekitar lokasi. BTR lainnya bergegas
angkat kaki dari lokasi pertempuran segera setelah kubah senjatanya
rontok diterjang ledakan proyektil RPG.
Saat
operator yang berada di dalam BTR keluar karena panik, sniper
Chechnya yang telah lama mengawasi membidik mereka satu per satu.
Empat orang segera tumbang terkena libasan peluru sniper dan terkapar
di tanah dengan kepala salah satu operator yang berlubang terkena
tembakan.
Melihat
rekan-rekan yang telah berguguran, unit Alpha Krasnodar nekat
menyerbu dengan membawa tangga alumunium untuk memanjat ke lantai dua
gedung. Sambil melindungi tembakan sisa-sisa tim Alpha Moskwa, dua
regu Alpha Krasnodar tetap bergerak maju, meski berondongan tembakan
lawan sempat menghentikan langkahnya. Usai duel sengit antar sniper,
tembakan dari pihak militan berangsung-angsur surut.
Di
sejumlah lokasi beberapa militan tampak terjungkal terkena hantaman
proyektil RPG-18 unit Vega. Salah satu panser BTR-70 milik unit Vega
sempat menembak lima kali sebelum cepat-cepat angkat kaki karena
khawatir akan bernasib sama seperti BTR naas lainnya. Padahal
awalnya, BTR Vega tadi akan digunakan untuk evakuasi seorang Alpha
Krasnodar yang tergeletak luka parah di dekat pintu gerbang RS.
Tim
Alpha Krasnodar akhirnya berhasil menerobos masuk gedung setelah
berjalan lewat gorong-gorong air di bawah tanah sepanjang 25 meter.
Misi mereka yakni mengevakuasi 5 orang unit Alpha Moskwa yang masih
terperangkap di kantin dengan cara mendatangkan 2 unit BTR-70.
Sekitar
lima meter dari kantin, kedua BTR rontok dihantam RPG dan terbakar
beserta isinya. Menjelang pukul 11:00, anggota tim Vega melihat
sebuah BMP-1 melintas dekat kantin dan berupaya mengontak lewat
radio. Belum sempat beraksi, sebutir peluru menghantam radio
sekaligus menewaskan operatornya. Anggota Vega lain berteriak
memanggil BMP tadi, tapi tak ada respon. BMP tetap melaju sambil
menembak ke arah lantai dua. Sebutir proyektil RPG pun melesat,
melintas di dekat BMP dan meledak di sekitar kantin. Beruntung tidak
ada korban jiwa.
BMP
lalu berhenti mendadak di dekat kamar mayat RS. Dari pintu ruang
penumpang tampak ada jilatan lidah api. Tak lama kemudian ledakan
hebat meluluhlantahkan panser jebolan dasawarsa 1960-an itu.
Belakangan
diketahui, BMP yang tengah berupaya bergerak itu mengangkut sejumlah
pasokan amunisi untuk unit Alpha dan Vega. Gara-gara pintu belakang
BMP tak tertutup rapat, sebutir peluru nyasar masuk dan menghantam
tumpukan amunisi didalamnya yang membuat BMP meledak.
Setelah
berkutat tanpa hasil selama 12 jam, sisa-sia Unit Alpha dan Vega
bergabung kembali untuk menyerbu di bawah perlindungan tembakan
penembak jitu dan senapan mesin BTR milik Vega. Menjelang petang, 4
anggota Alpha Krasnodar berhasil mencapai pintu masuk lantai satu.
Mereka tak tahu jika pihak militan telah memasang rangkaian
bobby-trap (jebakan)
yang setiap saat dapat meledak ketika pintu dibuka secara paksa.
Rumah Sakit tempat penyanderaan terjadi
Sejumlah Truk yang dipersiapkan Rusia sebagai tuntutan yang diajukan militan Chechnya.
Rusia hanya bisa pasrah menerima tuntutan militan karena pertimbangan ancaman pihak militan
yang berjanji untuk membantai habis para sandera yang ditawan jika tuntutan tidak terpenuhi
Seorang
sandera yang berusaha memberitahu tentang jebakan itu , tewas
ditembak militan. Sadar ada yang tidak beres, keempat anggota Alpha
membatalkan rencana lalu mengundurkan diri ke kantin.
Mendagri
yang mendapat laporan kegagalan Operasi Pembebasan Sandera segera
memerintahkan penarikan terhadap seluruh sisa Pasukan Rusia. Sebagai
gantinya, tempat penyanderaan kini dikepung oleh ribuan anggota
Pasukan VV bersenjata berat. Seraya menunggu keputusan selanjutnya
dari PM Chernomyrdin.
Akhirnya
pihak Rusia bersedia berunding dengan pihak Chechnya di Grozny
dibawah mediasi Organisasi Kerjasama Keamanan Eropa ESCE. Kedua pihak
sama-sama keras kepala, terutama soal pembebasan sandera. Perundingan
sempat menemui jalan buntu. Hanya disepakati penyanderaan di
Budennovsk diakhiri sejalan dengan jaminan keselamatan Shamil Basayev
saat pergi dari kota itu.
Sebagian
besar sandera di Rumah Sakit dibebaskan dan ditukar dengan tujuh bus
dan satu truk. Celakanya tanpa setahu pihak Chechnya, pada bagian
mesin kendaraan telah dipasang bom oleh pihak Rusia yang dapat
diledakkan sewaktu-waktu melalui remote jarak
jauh. Rencana Moskwa, jika militan tak dapat dibekuk dalam kondisi
hidup, maka rencananya ketujuh bus dan satu truk bakal diledakkan
usai seluruh sandera telah dibebaskan.
Sebagai
jaminan keamanan, Basayev memang membawa 150 sandera. Mereka juga
membawa para anggota DPR Rusia dan wartawan yang secara sukarela
menyediakan diri untuk disandera untuk menggantikan posisi warga
Budennovsk.
Tepat
pukul 16:00 tanggal 19 Juni, iring-iringan bus dan truk meninggalkan
Budennovsk. Dengan terus dikuntit 3 heli Mi-17 dan 2 unit BTR-80A
yang berisi Pasukan elite Spetsnaz, konvoi bergerak memasuki wilayah
“tak bertuan” di perbatasan Chechnya-Rusia. Beberapa kali konvoi
berhenti atau dihentikan sesaat untuk kemudian berbalik dan mengambil
jalan memutar yang lebih jauh.
Siang-malam
konvoi tetap bergerak, begitu pula para penguntit dari pihak Rusia.
Rencananya, militan Chechnya akan membebaskan seluruh sandera di
Zandak, tenggara Chechnya, sebelum akhirnya mereka sendiri bergerak
menuju basis militan Chechnya di Dargo. Tatkala beristirahat di
Vedeno, tanpa sengaja seorang militan memergoki keanehan di bagian
mesin salah satu bus. Setelah dibongkar, tampak sejumlah rangkaian
bom rakitan Rusia.
Semua
kendaraan digeledah dan benar saja, ditemukan bahwa setiap kendaraan
telah dipasangi bom oleh Rusia. Basayev sempat geram dan berjanji
akan membantai seluruh sandera. Tapi bawahan Basayev berhasil
menyakinkan Basayev untuk tidak melakukan hal tersebut. Bawahan
Basayev memperingatkan jika sandera dibantai maka Pasukan Rusia akan
lebih leluasai lagi untuk menyergap mereka.
Setelah
insiden bom dan perdebatan itu, rombongan meneruskan perjalanan
hingga tiba di Zandok. Seluruh sandera dibebaskan tanpa terkecuali.
Ketika pihak Rusia hendak meledakkan kendaraan, konvoi melaju tanpa
adanya kejadian apapun.
Hanya
kejengkelan yang dirasakan pihak Rusia karena mereka tengah terikat
gencatan senjata yang dipantau OSCE. Rupanya tanpa setahu Rusia,
militan berhasil menjinakkan seluruh bom di setiap kendaraan saat
mereka tengah beristirahat di malam hari.
Ekspresi sejumlah warga lokal yang berhasil dibebaskan militan setelah tuntutan mereka terpenuhi
Disadur dari: Majalah Angkasa Edisi Koleksi SPECIAL FORCES (Profil, kisah & Persenjataan)
No comments:
Post a Comment