.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Friday 20 February 2015

Drama Penyanderaan di Budennovsk


DRAMA PENYANDERAAN DI BUDENNOVSK
(Pertempuran milisi Chechnya VS Pasukan khusus Rusia)













Tampak Basayev sedang berjalan di koridor Rumah sakit saat
insiden penyanderaan berlangsung




Bubarnya Uni Soviet pada 1991 mendorong sejumlah etnis di kawasan Kaukasus yang selama ini berada dibawah kendali Moskwa, melepaskan ikatan politis-historis dan kemudian membentuk negara sendiri yang berdaulat. Ukraina, Lithuania, dan Khazakhstan adalah sedikit contoh negara yang “beruntung” eksistensinya diakui Moskwa. Disisi lain, ada pula sejumlah negara yang tidak direstui kemerdekaan mereka oleh Rusia. Kepada negara-negara yang “tidak beruntung” itu, Rusia bahkan mengirim banyak Tentara mereka untuk menumpas semangat kemerdekaan yang tengah bergejolak. Salah satu nya adalah Chechnya.
Penindasan yang teramat keji yang dilakukan Diktator Stalin terhadap etnis Chechen cukup memupuk api dendam di setiap generasi etnis Chechen yang berpopulasi sekitar satu juta jiwa. Deklarasi kemerdekaan yang diproklamirkan Dzokar Dudayev ditanggapi “dingin” oleh Rusia. Rusia melakukan tindakan keras seperti yang terjadi pada 1994.

Presiden Kharismatik yang juga mantan pilot AU Uni Soviet itu akhirnya tewas terkena rudal setelah posisi nya terlacak melalui sinyal telepon satelitnya. Namun perlawanan kelompok pro-kemerdekaan tak kunjung padam. Posisi Dudayev segera digantikan sederet tokoh militan lainnya, diantaranya Aslan Maskadov dan Shamil Basayev.

Merasa tak bakal sanggup menandingi keunggulan militer Beruang Merah, pihak Chechnya memakai cara unik dalam melancarkan perang gerilya terhadap Rusia. Banyak di antara warga Chechnya turut membantu pejuang mujahidin semasa pendudukan Soviet di Afghanistan silam. Pada intinya warga Chechnya sangat tidak menyukai eksistensi militer Rusia karena dendam historis yang pernah terjadi selama ini. Siasat Shamil Basayev untuk menyandera warga Rusia di Kota Budennovsk (Rusia Selatan) adalah salah satu contoh bagaimana milisi Chechnya bertempur dengan tujuan menekan Presiden Boris Yeltsin agar menarik pasukan Rusia dan berunding dalam kesetaraan status politik yang sama. Situasi yang memanas serta siasat Shamil dalam melakukan perlawanan terhadap Rusia jelas tak akan pernah terbayangkan oleh siapapun di Kremlin.
Sejak bulan Maret 1995, puluhan militan Chechnya disusupkan Basayev ke Budennovsk sebagai tim pendahulu. Sebagai samaran, mereka bekerja sebagai kuli kasar, pedagang keliling, atau pengurus perkumpulan sekitar 10.000 warga Chechnya di kota tersebut. Setiap minggunya, di gudang bawah tanah Rumah Sakit militer setempat, mereka menggelar pertunjukan kesenian maupun ritual adat yang kerap menyertakan warga non-Chechen.

Dua minggu sebelum hari H penyerangan yang ditentukan oleh Basayev, RS setempat mendadak mendapatkan banyak kiriman dua peti kemas berisi obat-obatan dan peralatan medis lainnya, tentunya dalam jumlah besar. Pengirimnya pun tak jelas. Anehnya, tak ada satupun petugas RS yang curiga mengenai isi kiriman tersebut. Padahal di balik tumpukan obat-obatan dan peralatan medis, masih tersimpan banyak senjata berat berikut sejumlah amunisi. Semua itu dibeli oleh Basayev sebelumnya dari pasar gelap di Moskwa.

Tepat Hari H, 13 Juni 1995, rombongan Basayev tiba di Buddennovsk dengan tiga bus dan dua mobil ambulan. Seluruh milisi Chechnya berseragam Pasukan Paramiliter Departemen Dalam Negeri Rusia, VV (Vnutrennykh Voiska) lengkap dengan sejumlah atribut dan senjata individual. Guna menembus sejumlah pos pemeriksaan Pasukan Perbatasan Rusia PV (pogranichnye Voiska), Basayev menebar sejumlah uang dan bir secara cuma-cuma kepada Pasukan PV.

Saat tiba di pintu gerbang kota, rombongan masih dihentikan oleh satuan PV tulen. Walaupun sama-sama bernaung dibawah Departemen Dalam Negeri Ministerstvo Vnuternnykh Del (MVD), yang melakukan pemeriksaan merasa tidak mengenal rombongan pasukan yang mengaku Pasukan VV. Memang di dalam bus dan ambulan terdapat banyak orang terluka parah yang butuh penanganan medis secepatnya. Namun hari itu pasukan penjaga kota sama sekali tidak menerima pemberitahuan terkait dengan datangnya korban luka dari garis depan untuk dirawat di RS Budennovsk.

Rombongan yang menyamar sebagai pasukan VV lalu disuruh untuk mengurus kelengkapan surat-surat di kantor MVD setempat. Setibanya disana, seorang pegawai administrasi secara tidak sangaja memergoki ada di antara para korban luka yang bercakap menggunakan bahasa Chechen dan sedang membagikan granat tangan. Ketika petugas akan memberitahu petugas jaga lainnya di luar kantor, langkahnya segera terhenti saat tembakan AK-47 milisi Chechnya menyalak membabi-buta mencabik-cabik punggungnya.
Sadar kedok mereka telah terbongkar, Basayev segera memerintahkan anak buahnya untuk mencopot seluruh atribut VV. Dalam baku tembak memperebutkan kantor MVD yang berlangsung selama 30 menit, 11 Pasukan Rusia dan 12 milisi Chechnya tewas.

Setelah kantor MVD dikuasai sepenuhnya, kelompok militan segera menyebar ke seantero kota. Tiap warga non-Chechnya yang dijumpai di jalan-jalan segera digiring untuk dijadikan sandera. Kantor Polisi dihancurkan berikut isinya dengan tembakan RPG-7V. Warga kota yang coba-coba untuk menghindari razia tanpa ampun dibantai. Banyak mayat bergelimpangan dimana-mana dengan luka tembak di kepala maupun di punggung.

Sekitar 2.500 sandera yang berhasil ditawan militan Chechnya lalu digiring ke Rumah Sakit dengan ancaman bahwa mereka akan dihabisi jika mereka masih berteriak histeris. Diantara sandera ada yang mengalami luka akibat dianiaya. Setibanya di RS, mereka pikir akan segera diobati, namun sebaliknya. Militan Chechnya segera memilah-milah para sandera.
Pria dewasa hingga usia 50 tahun digiring ke gudang bawah tanah. Sementara manula, wanita, dan anak-anak ditempatkan di lantai dua dan tiga. Ditengah-tengah sandera yang ditawan berhasil diketahui ada tiga orang pilot AU Rusia, serta dua Polisi dan tiga orang pemadam Kebakaran. Militan Chechnya yang memang tidak suka dengan kehadiran mereka di tengah-tengah sandera dengan segera menembak mati mereka.

Setelah rampung menyusun pertahanan di kompleks bangunan RS, Basayev menghubungi Pers dana menyampaikan sejumlah tuntutannya. Tuntutan Basayev yaitu agar Tentara Rusia segera angkat kaki dan agar Rusia mau berunding dengan delegasi Chechnya pimpinan Usman Ismayev di Ibukota Chechnya, Grozny. Mereka bersedia melepaskan sandera jika tuntutan terpenuhi. Jika sampai pada batas yang ditentukan yaitu pada 17 Juni tidak ada kemajuan yang berarti atau Rusia malah coba-coba “bermain keras”, gedung RS yang berisi banyak sandera akan diledakkan militan Chechnya.
Atas saran Kepala Badan Kontra-Intelijen FSK (Federal'naya Sluzhba Kontrazvedki) Sergei Stepashin, PM Viktor Chernomyrdin memerintahkan Mendagri Viktor Yerin segera mengirimkan unit anti-Teror Alpha dan Vega yang bermarkas di Moskwa dan Krasnodar. Baik Alpha maupun Vega berada dibawah kendali Badan Keamanan Federal FSB, yakni Badan penerus KGB di era Uni Soviet silam.



Pada H+1, unit Vega telah tiba di lokasi untuk mengumpulkan data intelijen serta bersiap sebagai satuan pendukung unit Alpha. Dari hasil pantauan, didapatkan informasi bahwa tiap militan Chechnya dipersenjatai senaparan serbu plus pelontar granat (GLM) jenis GP-25, serta sejumlah amunisi cadangan sekitar 6 buah magazin. Senjata berat milisi diantaranya 3 pucuk senapan mesin PK kaliber 7,62mm dan 3 buah senapan mesin berat tipe DshK kaliber 12,7mm lengkap dengan amunisi. Juga terdapat sejuamlah orang berwajah Arab yang memegang senapan SVD.
Dua jam sebelum penyerangan, Komandan Unit Alpha mengumpulkan seluruh kendaraan beroda empat di kota itu untuk berjaga-jaga jika harus mengevakuasi korban. Namun belum apa-apa kesalahan sudah terjadi. Entah mengapa tiba-tiba alat komunikasi Pasukan rusak dan tak dapat diperbaiki. Unit Alpha lalu meminjam alat komunikasi milik Pasukan PV yang modelnya sudah ketinggalan zaman dan tak dilengkapi perangkat pengacak saluran (scramble).


Akibatnya seluruh percakapan dapat didengar oleh militan Chechnya di RS yang sudah membekali diri mereka dengan perangkat komunikasi sejenis. Tak hanya itu, 10 menit sebelum serangan fajar uniat Alpha, tiba-tiba pengemudi panser “bikin ulah” dengan membuat bising. Berdalih sedang memanaskan mesin kendaraan, namun suara berisik yang ditimbulkan mereka justru membuat bangun seluruh orang di dalam Rumah Sakit. Dengan cepat militan Chechnya bersiap-siap untuk menghadapi serangan Pasukan Alpha. Suara bising tersebut cukup membantu militan Chechnya sebagai indikasi bahwa Pasukan Rusia sebentar lagi tengah bersiap melakukan serangan dadakan. Unsur dadakan pasukan Rusia dipastikan telah berantakan.
Enam orang tim 1 Alpha bergerak mengendap-ngendap menuju sisi Barat gedung. Jam tangan Sersan Kepala Regu menunjukkan pukul 04:52. Yakin bahwa gerakan mereka masih belum terdeteksi lawan, mereka kian mendekati pagar.
Baru bersiap-siap memanjat, tiba-tiba rentetan tembakan senjata berat DshK memberondong pasukan Rusia disertai tembakan ledakan proyektil GP-25. Berondongan tembakan dan ledakan tersebut menjadi salam pembuka dari para militan Chechnya kepada Pasukan Rusia yang berusaha mendekat. Seorang prajurit Alpha menjerit dan terjungkal. Dari pinggul dan bahu kirinya menyembur darah segar. Rekan-rekan yang lain tak dapat berkutik dan hanya bisa bersembunyi di balik tembok pendek pagar yang masih dibawah siraman tembakan militan Chechnya dari lantai dua.

Rupanya sejak lama pergerakan Pasukan Rusia sudah dipantau pihak Chechnya. Merasa sia-sia untuk maju, tim 1 Alpha mundur sambil sesekali membalas tembakan guna melindungi evakuasi rekannya yang terluka.
Nasib Tim 2 Alpha tak kalah apes. Awalnya mereka berkumpul di lapangan belakanga garasi RS. Saat Tim 1 bergerak maju, Tim 2 maju dan berusaha merapat ke kantin untuk merangsek ke pintu depan lantai satu. Baru bergerak beberapa langkah, lima prajurit Tim 2 Alpha tewas dihujani tembakan GP-25 serta ledakan dari lemparan granat tangan militan Chechnya. Kelima orang Alpha terkapar bermandikan darah, mereka menjerit-jerit minta tolong dan hanya pasrah melihat Komandan Regu mereka yang bersusah payah melakukan tembakan balasan terhadap militan.

Melihat rekan-rekan nya terperangkap, Komandan Tim 1 mengajak 2 anggota Alpha yang masih tersisa untuk bergerak menuju posisi Tim 2 melewati lorong di bagian dalam gedung utama. Sang Komandan beranggapan bahwa kekuatan lawan terkonsentrasi hanya di lantai dua.
Belum sampai 10 langkah, lagi-lagi militan Chechnya mengumbar tembakan tanpa ampun. Sang Komandan tak terluka, namun kedua anak buahnya tewas tak berdaya. Seorang tertembak di bagian perut hingga terpaksa bersembunyi di balik pohon besar, seorang lagi terkapar bermandikan darah yang mengucur dari lehernya. Melihat anak buahnya berguguran, Sang Komandan pun kalap dan nekad menerjang seorang diri.
Perintah atasan untuk mundur dan segera melakukan evakuasi pun diabaikannya. Alat komunikasi ia buang ke selokan. Perwira yang berusia 27 tahun itu tetap maju dengan tersendat karena peluru militan Chechnya sudah menghujam seluruh tubuhnya. Ia sempat membalut sendiri luka-luka nya di lengan dan kaki.
Pergerakannya mulai terhenti setelah sebutir proyektil GP-25 meledak di wajahnya. Mayatnya ditemukan lima hari kemudian dalam kondisi mengenaskan. Sekujur tubuhnya hancur diberondong peluru. Seluruh magazen miliknya berserakan di sekitar lokasi mayat dalam keadaan kosong. Di tembok dekat mayat terpampang tulisan; “Beginilah contoh nasib para Agresor!”
Walau kedua tim pembuka Rusia bertumbangan, pimpinan Operasi Alpha enggan putus asa. Ia segera memerintahkan para operator penyembur api RPO-A Shmel untuk beraksi. Sasarannya yaitu jendela di lantai dua yang diperkirakan menjadi tempat berkumpulnya militan. Guna mengatasi serangan RPO-A, para militan menyeret sejumlah sandera dan mereka dipaksa berdiri tepat di depan jendela. Para sandera berteriak histeris meminta agar mereka tidak ditembak. Para operator penyembur api RPO-A jadi serba salah dan semburan api pun jadi tak terarah.

Belum lagi tembakan para militan yang bersembunyi di sela-sela kaki para sandera telah membuat sejumlah operator RPO-A tewas. Sebagian dari mereka terbakar hidup-hidup lantaran tabung senjata penyembur api yang mereka bawa terkena tembakan peluru.
Seolah hilang akal, pimpinan Operasi akhirnya mengerahkan 2 unit panser BTR-80A. Baru beberapa meter beranjak, empat tembakan roket RPG menyalak dari gedung. Satu unit BTR kontan meledak dan terbakar. Bau daging terbakar menyengat di sekitar lokasi. BTR lainnya bergegas angkat kaki dari lokasi pertempuran segera setelah kubah senjatanya rontok diterjang ledakan proyektil RPG.
Saat operator yang berada di dalam BTR keluar karena panik, sniper Chechnya yang telah lama mengawasi membidik mereka satu per satu. Empat orang segera tumbang terkena libasan peluru sniper dan terkapar di tanah dengan kepala salah satu operator yang berlubang terkena tembakan.

Melihat rekan-rekan yang telah berguguran, unit Alpha Krasnodar nekat menyerbu dengan membawa tangga alumunium untuk memanjat ke lantai dua gedung. Sambil melindungi tembakan sisa-sisa tim Alpha Moskwa, dua regu Alpha Krasnodar tetap bergerak maju, meski berondongan tembakan lawan sempat menghentikan langkahnya. Usai duel sengit antar sniper, tembakan dari pihak militan berangsung-angsur surut.
Di sejumlah lokasi beberapa militan tampak terjungkal terkena hantaman proyektil RPG-18 unit Vega. Salah satu panser BTR-70 milik unit Vega sempat menembak lima kali sebelum cepat-cepat angkat kaki karena khawatir akan bernasib sama seperti BTR naas lainnya. Padahal awalnya, BTR Vega tadi akan digunakan untuk evakuasi seorang Alpha Krasnodar yang tergeletak luka parah di dekat pintu gerbang RS.
Tim Alpha Krasnodar akhirnya berhasil menerobos masuk gedung setelah berjalan lewat gorong-gorong air di bawah tanah sepanjang 25 meter. Misi mereka yakni mengevakuasi 5 orang unit Alpha Moskwa yang masih terperangkap di kantin dengan cara mendatangkan 2 unit BTR-70.

Sekitar lima meter dari kantin, kedua BTR rontok dihantam RPG dan terbakar beserta isinya. Menjelang pukul 11:00, anggota tim Vega melihat sebuah BMP-1 melintas dekat kantin dan berupaya mengontak lewat radio. Belum sempat beraksi, sebutir peluru menghantam radio sekaligus menewaskan operatornya. Anggota Vega lain berteriak memanggil BMP tadi, tapi tak ada respon. BMP tetap melaju sambil menembak ke arah lantai dua. Sebutir proyektil RPG pun melesat, melintas di dekat BMP dan meledak di sekitar kantin. Beruntung tidak ada korban jiwa.

BMP lalu berhenti mendadak di dekat kamar mayat RS. Dari pintu ruang penumpang tampak ada jilatan lidah api. Tak lama kemudian ledakan hebat meluluhlantahkan panser jebolan dasawarsa 1960-an itu.
Belakangan diketahui, BMP yang tengah berupaya bergerak itu mengangkut sejumlah pasokan amunisi untuk unit Alpha dan Vega. Gara-gara pintu belakang BMP tak tertutup rapat, sebutir peluru nyasar masuk dan menghantam tumpukan amunisi didalamnya yang membuat BMP meledak.
Setelah berkutat tanpa hasil selama 12 jam, sisa-sia Unit Alpha dan Vega bergabung kembali untuk menyerbu di bawah perlindungan tembakan penembak jitu dan senapan mesin BTR milik Vega. Menjelang petang, 4 anggota Alpha Krasnodar berhasil mencapai pintu masuk lantai satu. Mereka tak tahu jika pihak militan telah memasang rangkaian bobby-trap (jebakan) yang setiap saat dapat meledak ketika pintu dibuka secara paksa.



 Rumah Sakit tempat penyanderaan terjadi






 Sejumlah Truk yang dipersiapkan Rusia sebagai tuntutan yang diajukan militan Chechnya.
Rusia hanya bisa pasrah menerima tuntutan militan karena pertimbangan ancaman pihak militan 
yang berjanji untuk membantai habis para sandera yang ditawan jika tuntutan tidak terpenuhi




Seorang sandera yang berusaha memberitahu tentang jebakan itu , tewas ditembak militan. Sadar ada yang tidak beres, keempat anggota Alpha membatalkan rencana lalu mengundurkan diri ke kantin.
Mendagri yang mendapat laporan kegagalan Operasi Pembebasan Sandera segera memerintahkan penarikan terhadap seluruh sisa Pasukan Rusia. Sebagai gantinya, tempat penyanderaan kini dikepung oleh ribuan anggota Pasukan VV bersenjata berat. Seraya menunggu keputusan selanjutnya dari PM Chernomyrdin.

Akhirnya pihak Rusia bersedia berunding dengan pihak Chechnya di Grozny dibawah mediasi Organisasi Kerjasama Keamanan Eropa ESCE. Kedua pihak sama-sama keras kepala, terutama soal pembebasan sandera. Perundingan sempat menemui jalan buntu. Hanya disepakati penyanderaan di Budennovsk diakhiri sejalan dengan jaminan keselamatan Shamil Basayev saat pergi dari kota itu.
Sebagian besar sandera di Rumah Sakit dibebaskan dan ditukar dengan tujuh bus dan satu truk. Celakanya tanpa setahu pihak Chechnya, pada bagian mesin kendaraan telah dipasang bom oleh pihak Rusia yang dapat diledakkan sewaktu-waktu melalui remote jarak jauh. Rencana Moskwa, jika militan tak dapat dibekuk dalam kondisi hidup, maka rencananya ketujuh bus dan satu truk bakal diledakkan usai seluruh sandera telah dibebaskan.

Sebagai jaminan keamanan, Basayev memang membawa 150 sandera. Mereka juga membawa para anggota DPR Rusia dan wartawan yang secara sukarela menyediakan diri untuk disandera untuk menggantikan posisi warga Budennovsk. 
 
Tepat pukul 16:00 tanggal 19 Juni, iring-iringan bus dan truk meninggalkan Budennovsk. Dengan terus dikuntit 3 heli Mi-17 dan 2 unit BTR-80A yang berisi Pasukan elite Spetsnaz, konvoi bergerak memasuki wilayah “tak bertuan” di perbatasan Chechnya-Rusia. Beberapa kali konvoi berhenti atau dihentikan sesaat untuk kemudian berbalik dan mengambil jalan memutar yang lebih jauh.
Siang-malam konvoi tetap bergerak, begitu pula para penguntit dari pihak Rusia. Rencananya, militan Chechnya akan membebaskan seluruh sandera di Zandak, tenggara Chechnya, sebelum akhirnya mereka sendiri bergerak menuju basis militan Chechnya di Dargo. Tatkala beristirahat di Vedeno, tanpa sengaja seorang militan memergoki keanehan di bagian mesin salah satu bus. Setelah dibongkar, tampak sejumlah rangkaian bom rakitan Rusia.

Semua kendaraan digeledah dan benar saja, ditemukan bahwa setiap kendaraan telah dipasangi bom oleh Rusia. Basayev sempat geram dan berjanji akan membantai seluruh sandera. Tapi bawahan Basayev berhasil menyakinkan Basayev untuk tidak melakukan hal tersebut. Bawahan Basayev memperingatkan jika sandera dibantai maka Pasukan Rusia akan lebih leluasai lagi untuk menyergap mereka.
Setelah insiden bom dan perdebatan itu, rombongan meneruskan perjalanan hingga tiba di Zandok. Seluruh sandera dibebaskan tanpa terkecuali. Ketika pihak Rusia hendak meledakkan kendaraan, konvoi melaju tanpa adanya kejadian apapun.

Hanya kejengkelan yang dirasakan pihak Rusia karena mereka tengah terikat gencatan senjata yang dipantau OSCE. Rupanya tanpa setahu Rusia, militan berhasil menjinakkan seluruh bom di setiap kendaraan saat mereka tengah beristirahat di malam hari.


 
 Ekspresi sejumlah warga lokal yang berhasil dibebaskan militan setelah tuntutan mereka terpenuhi









Disadur dari: Majalah Angkasa Edisi Koleksi SPECIAL FORCES (Profil, kisah & Persenjataan)

No comments:

Post a Comment