Sejak
penerbangan perdana The Flyer karya Wilbur Wright dan Orville Wright,
pesawat terbang dalam waktu singkat telah menjelma menjadi wahana udara dengan
fungsi beragam (meski belum seberagam sekarang), termasuk kegunaan yang
dimanfaatkan untuk kepentingan militer. Sementara istilah pesawat tempur
(fighter aircraft/fighter jet) baru dikenal usai ajang konflik Perang Dunia
Pertama di abad ke-20.
Dalam
PD-I, Royal Flying Corps Inggris menyebut pesawat militer yang dilibatkan dalam
perang tersebut sebagai scouts lantaran perannya yang didominasi untuk
misi pengintaian di garis depan untuk kepentingan pasukan darat. AD AS (US
Army) selangkah lebih maju dengan menyebutnya pursuit aircraft atau pursuit
saja. Lantaran pursuit aircraft digunakan terutama untuk mengejar
(pursuit) atau menyergap pesawat lawan.
Sebutan
yang diperkenalkan sekitar pertengahan dekade 1910-an ini bertahan hingga lebih
dari 20 tahun, yaitu hingga menjelang akhir dekade 1940-an. Sebagai penyegar
ingatan, kala itu US Air Force (AU AS) belum terbentuk. Yang ada adalah komando
penerbangan dibawah naungan US Army dengan nama USAAF (US Army Air Force).
Secara
umum terminology fighter aircraft (pesawat tempur) diartikan sebagai pesawat
militer yang didesain dan digunakan terutama untuk pertempuran udara melawan
pesawat musuh. Meskipun kemudian (apalagi di era modern saat ini) pesawat
tempur sudah lazim pula dipakai untuk menyerang target di darat, namun fungsi
utamanya tetaplah untuk bertempur di udara (melawan pesawat musuh). Jadi hal itu
jelas berbeda dengan jenis pesawat pembom yang sejak awal memang sudah didesain
untuk menyerang sasaran darat (terutama dengan menjatuhkan bom).
Di
era modern saat ini, istilah fighter masih ada saja yang terkaburkan untuk
beberapa kasus. Pesawat tempur multi-peran (multirole) memang sah-sah
saja jika disebut sebagai pesawat tempur. Tapi dalam beberapa kasus pesawat
militer serang darat yang bukan pesawat pembom pun kerap dilabeli sebagai
pesawat tempur. Sebut saja A-10 Thunderbolt II, SEPECAT Jaguar, MiG-27, Tornado
GR.4 hingga pesawat serang siluman F-117A Nighthawk. Meski untuk pesawat
yang disebut terakhir alasan pengelabuhan intelijen dan politislah yang lebih
pegang peranan.
F117 - Sebuah pesawat tempur pembom berkonsep siluman (stealth).
Diproduksi oleh Lockheed dan diperkenalkan pada Oktober 1983.
F117 memakai teknologi berkonsep "Have Blue", eksistensi
F117 awalnya dirahasiakan pemerintah hingga secara resmi
diungkap ke publik pada 1988
Sebutan
Nighthawk sebagai jet tempur siluman adalah kesengajaan Angkatan Udara
Amerika Serikat yang memberikan kode desainasi keliru, yaitu prefiks F
(fighter) yang sejatinya adalah kode bagi pesawat tempur, bukan prefiks A
(attack) untuk pesawat serang. Tujuan dari kesengajaan tersebut adalah untuk
mengecoh pihak luar kalau sampai ada kebocoran mengenai eksistensinya yang
semula memang ditutup rapat-rapat. Meski eksistensi F-117A resmi dibuka ke
publik tahun 1988, hingga pensiunnya Nighthawk pun kode desainasi nya
(yakni fighter) tetap dipertahankan.
Lantas
apa sebenarnya ciri sejati jet fighter? Kalau mau ditilik sampai ke akarnya,
ada tiga aspek yang senantiasa ada mulai dari pesawat tempur generasi awal
hingga generasi anyar saat ini. Ketiganya ialah kemampuan manuver, kecepatan
tinggi, dan dimensi yang kecil.
Dua
aspek yang disebut terakhir tadi bersifat relatif teradap pesawat jenis lain di
era yang sama. Jadi jangan meledek penempur P-51 Mustang (era PD-II) yang
kecepatan maksimumnya 700-an km/jam kala membandingkannya dengan jet tempur F16
Fighting Falcon yang mampu melesat hingga 2 kali lipat kecepatan suara
alias sekitar 2.400 km/jam. Di zamannya, Mustang termasuk pesawat militer
tercepat. Gampangnya, bandingkan dengan pesawat angkut C-47 Skytrain (DC-3
Dakota) yang sezamannya, yang kecepatan maksimumnya bertengger di sekitar angka
365km/jam.
Begitu
pun perihal dimensi, relatif pula komparasinya. Di satu sisi F16 jelas-jelas
lebih besar ketimbang P-51, namun terhadap sesama pesawat militer lain di era
yang sama (terutama pesawat angkut), biarpun transport kelas medium semacam
CN-295), F16 jelas berdimensi lebih kecil. Bagaimanapun perkembangan fungsi dan
kecanggihannya, pesawat tempur diakui sebagai salah satu alutsista penting,
kalau bukan disebut sebagai yang utama di matra udara. Pesawat tempur telah
banyak berubah semenjak era baru tahun 1903 di era Kitty Hawk, kala pesawat
terbang bermesin pertama di dunia diterbangkan Wright bersaudara.
Belum
jauh dari seabad tonggak perjalanan tersebut, kini kian jelas bahwa era baru
telah siap menanti. Pesawat terbang berkemampuan tempur tanpa awak (tanpa
pilot) telah banyak dikembangkan dan bermunculan, dan bukannya tidak mungkin
pesawat tempur tanpa pilot kelak akan menggantikan pesawat tempur konvensional.
Pesawat tempur generasi ke 4,5 (4+) hingga generasi terbaru saat ini (generasi ke-5)
kelihatannya ikut menemani kita menyongsong era baru pesawat tempur modern yang
semakin mematikan.
Perbandingan
pesawat tempur generasi terkini (generasi 5) dengan generasi awal sudah
bagaikan langit dan bumi. Kecanggihan, letalitas, sampai harganya pun sudah
sangat berbeda jauh. Faktor yang terakhir inilah yang membuat populasi pesawat
tempur dunia kian menurun.Tak percaya? Simak jumlah pesawat tempur garis depan
AS dari era Perang Dunia ke-2, di akhir era Perang Dingin, dan data terkini di
tahun 2011 lalu. Kuantitasnya menunjukkan suatu tren yang kian menurun. Tidak
bisa tidak, faktor harga memang pegang peranan yang dominan.
Seperti
halnya alutsista lain, harga pesawat tempur hanya mencerminkan sebagian kecil
biaya total yang harus dikeluarkan pihak operator selama usia pakai pesawat.
Jika ditelaah secara menyeluruh, meliputi harga beli, biaya operasi, biaya
pelatihan pilot dan kru darat, biaya pemeliharaan, dan biaya peningkatan
kemampuan seiring perkembangan teknologi, Anda boleh saja geleng-geleng kepala
memikirkan total biaya yang harus dikeluarkan.
Jangan
lantas menuding bahwa pesawat tempur merupakan alutsista penyedot anggaran
saja. Secara obyektif, besarnya total cost tersebut lebih banyak disebabkan
karena sifat alutsista ini yang memang tergolong beresiko tinggi, bahkan diluar
kondisi perang sekalipun.
Tanpa
bermaksud merendahkan, katakanlah tank atau kapal perang, nyata sekali
perbedaan resiko antara alutsista matra darat dan laut itu, jika dibandingkan
dengan pesawat tempur. Dalam setiap kondisi mulai dari non-perang hingga
operasi militer, resiko kehilangan pesawat tempur masih tinggi. Dalam latihan
rutin (kondisi damai), sangat jarang ada berita tank yang meledak atau hancur
saat latihan sehingga dinyatakan total lost (rusak parah sehingga tak dapat
diperbaiki dan harus diganti baru). Begitu pula dengan kapal perang, bukan
berarti tak pernah ada kecelakaan atau kerusakan saat latihan, namun kecelakaan
dalam latihan yang berbuntut total lost masih tergolong kejadian langka.
Berbeda
dengan pesawat tempur yang dalam latihan rutin saja bisa celaka dan jatuh.
Kalau jatuh, ya otomatis sudah pasti total lost. Jangankan jatuh dalam keadaan
terbang, pendaratan darurat pun, bagi pesawat tempur, bisa juga berujung pada
total lost. Selain itu perkembangan spectrum kemampuan pesawat tempur lebih
drastis ketimbang alutsista matra lainnya. Sekali lagi tanpa bermaksud
merendahkan, ambil perbandingan dengan tank dan kapal perang lagi. Sejak PD-II,
sampai saat ini, perkembangan kecanggihan tank dan kapal perang memang pesat
dan mengagumkan. Tapi toh fungsi dan misi yang diemban kedua alutsista itu
sejatinya tidak banyak perubahan seperti yang terjadi dalam teknologi dan
cakupan misi pesawat tempur.
Berbeda
dengan pesawat tempur. Perkembangan senjata (rudal dan bom berpresisi) untuk
pesawat tempur membuat alutsista yang satu ini memiliki perkembangan spectrum
kapabilitas yang fantastis ketimbang pendahulunya di era PD-II. Mulai dari
fungsi utama sebagai penjagal pesawat musuh maupun sebagai penghancur sasaran darat
hingga dalam PD II tak terbayangkan misalnya melumpuhkan situs radar lawan dari
jarak jauh (misi SEAD) atau peperangan elektronik untuk mengacaukan deteksi dan
komunikasi lawan.
Hebatnya,
kemampuan melakoni sekian banyak misi sekaligus dalam sekali terbang sudah
bukan hal aneh lagi bagi pesawat tempur generasi ke 4,5 (4+) atau generasi
ke-5. Jet tempur F-15E Strike Eagle andalan AS dan Rafale
kebanggaan Perancis merupakan dua dari jet tempur era terkini yang diklaim
mampu menjalani berbagai misi berbeda sekaligus dalam satu sorti penerbangan.
No comments:
Post a Comment