Saturday, 8 October 2016

Konflik India-Pakistan

          


  Gambaran peta konflik India-Pakistan di wilayah Kashmir serta presentasi kekuatan militer di perbatasan. Kashmir ditunjukkan dengan wilayah berwarna merah (dimana tensi sering memanas), serta wilayah berwarna merah muda dimana bagian utara ditempati pasukan Pakistan, serta bagian timur Kashmir yang diklaim oleh Cina. Konflik perbatasan dua negara India-Pakistan dan aksi inflitrasi sering dilakukan, terutama oleh militer pakistan serta pasukan sipil pemberontak anti-india yang disebut juga pasukan paramiliter sipil.




            India dan Pakistan adalah dua negara yang dari dulu hingga sekarang selalu terlibat konflik bersenjata, terutama di perbatasan. Sejak kesepakatan partisi British India tahun 1947 serta pembentukan negara India dan Pakistan, kedua negara di Asia Selatan ini hingga sekarang sudah terlibat dalam empat kali perang, termasuk satu perang tak resmi (undeclared war), berbagai aksi baku tembak yang terjadi random di perbatasan, serta penyusupan dan penyerangan markas-markas militer, baik yang dilakukan India, maupun Pakistan.



Juli 1997, Srinagar, Kashmir. Dalam foto terlihat para anggota pasukan khusus India "Victor Force" menunjukkan tujuh jasad para militan Pakistan yang berhasil mereka tumbangkan saat terjadi baku tembak di pegunungan Pir Panjal yang memisahkan wilayah India dan Pakistan. Tiga militan yang tewas berasal dari Pakistan, 3 lainnya Afghanistan, serta satu orang diketahui adalah penduduk lokal Kashmir. Aksi infiltrasi sering dilakukan Pakistan di wilayah Kashmir sebagai upaya melawan dominasi India.




Dalam foto terlihat tentara India menembakkan artileri medan kaliber 155mm untuk menghalau pergerakan besar-besaran dari para infiltran Pakistan.  Insiden ini adalah bagian dari Perang Kargil tahun 1999 dimana terjadi di garis LOC (Line of Control) India. Saat itu banyak dari tentara Pakistan melakukan penyusupan terhadap posisi-posisi militer India di Kashmir, dengan dibantu para militan lokal Kashmir. Walaupun Pakistan menyalahkan insiden kepada militan Kashmir, namun dokumen-dokumen para penyusup di lapangan membuktikan bahwa Pakistan sangat terlibat dalam infiltrasi serta merupakan dalang dibalik insiden tersebut.




Jika melihat ke belakang, isu Kashmir adalah salah satu penyebab utama mengapa kedua negara ini sering tak akur, sampai saat ini, secara langsung atau tidak langsung, isu Kashmir ini menjadi penyebab terjadinya banyak aksi konflik antara kedua negara. Kashmir merupakan wilayah kontroversial bagi kedua negara sejak 1947. Cina pada waktu itu pun tidak memiliki pengaruh kuat atas wilayah tersebut. Di wilayah Kashmir, India dan Pakistan tercatat pernah berkonflik tiga kali yakni pada Perang India-Pakistani 1947 dan 1965, termasuk Perang Kargil. India sendiri pada tahun 2010 lalu, mengklaim bahwa mereka memiliki 43% hak wilayah atas Jammu-Kashmir. Pakistan juga mengklaim bahwa mereka berhak atas 37% wilayah Kashmir, yang mereka sebut Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan.
            Menarik mencermati konflik India-Pakistan. Sebelum pecah konflik 1965, Pakistan terlebih dulu berbuat ulah dengan melancarkan Operasi Gibraltar, yakni suatu operasi militer senyap Pakistan yang dilancarkan untuk menyusup ke wilayah Jammu-Kashmir. Operasi bertujuan untuk membuat kekacauan dan melawan dominasi India terhadap wilayah tersebut. Pakistan berharap operasi berjalan lancar, tetapi operasi militer itu mengalami kegagalan. Saat itu, Agustus 1965, sekitar 26.000 hingga 33.000 Pasukan tentara Pakistan Azad-Kashmir, menyamar sebagai warga lokal Kashmir, kemudian menyusup ke Jammu-Kashmir dengan tujuan membuat pemberontakan terhadap India. Hal itu dilakukan seolah-olah agar tampak seperti warga lokal Kashmir lah yang memang menentang dominasi India, padahal ada aktor lain didalamnya. Namun akibat dari koordinasi yang buruk, belum sempat melancarkan aksi propagandanya, para penyusup yang berasal dari Pakistan itu pun dengan cepat diketahui. 
            Akibatnya, India marah bukan main dan dengan segera melancarkan perang skala-penuh di wilayah Pakistan Barat. Perang 17 hari itu menyebabkan ratusan nyawa melayang di kedua pihak dan menjadi perang terbesar antara India-Pakistan yang menggunakan kendaraan armor serta tank-tank besar yang terjadi sejak Perang Dunia II. Konflik kedua negara berhenti setelah keluarnya mandat PBB yang disusul oleh gencatan senjata yang diusulkan baik oleh Uni Soviet maupun Amerika Serikat. Perang singkat itu menjadi perang terbesar, setelah perang modern terbaru India-Pakistan di tahun 2001-2002.
Bagaimanapun juga, perang sengit di perbatasan India-Pakistan tahun 1965 membuat India mengetahui bahwa kekuatan militer Pakistan sangat rapuh. Standar kecakapan militer Pakistan jauh dari standar militer, petinggi-petinggi militer Pakistan kurang berpengalaman dan kurang terlatih, rantai komando kurang baik dan pembinaan prajurit kurang profesional, serta militer Pakistan kurang mumpuni dalam hal intelijen serta lemahnya prosedur pengumpulan informasi lawan. Itulah mengapa karena kurang koordinasi dan tidak paham taktik penyusupan yang benar, maka berakibat fatal dengan Pakistan yang mengalami kegagalan pertama dalam Operasi Gibraltar.
            Setelah perang berakhir kedua negara ngotot mengklaim kemenangan. Tapi dari operasi penyusupan Pakistan ke Kashmir hingga pertempuran awal di perbatasan Barat Pakistan, dengan mudah kita dapat menyimpulkan bahwa India lah pemenangnya yang disebabkan dua hal; operasi senyap yang gagal, yang mengindikasikan bahwa Pakistan kalah sebelum berperang. Yang kedua, kalah dalam perang 17 hari dimana India lebih unggul diatas Pakistan. Dunia kemudian dapat melihat bahwa Pakistan mengalami kekalahan telak baik kekalahan politik maupun kekalahan taktik militer. Dalam ranah internasional, Pakistan juga gagal atau tidak memiliki pengaruh kuat di berbagai lobi internasional, maupun tidak juga mendapat dukungan atau berusaha mencari dukungan dari banyak negara.





Ritual berdoa yang dilakukan tentara Pakistan yang mayoritas adalah muslim, detik-detik sebelum mereka melakukan infiltrasi terhadap wilayah Kashmir Selatan yang diduduki India. Biasanya mereka melakukan baku tembak terhadap tentara India, atau menghancurkan pos-pos dan markas militer India. 





Militer India juga berusaha meningkatkan kemampuan tempur prajuritnya dalam melawan infiltrasi tentara atau militan Pakistan untuk menjaga dominasi mereka terhadap wilayah Kashmir Selatan. Foto ini menunjukkan tentara AD India usai sesi latihan di base kamp Siachen pada 19 Juli 2011. Dimana sebagian besar pegunungan dan medan disana dingin dan bersalju. India meningkatkan kemampuan survival combat militer mereka di hawa ekstrem bersalju. Latihan diajarkan mulai dari mendaki medan terjal, memanjat tebing tinggi glacier es, latihan menembak, dan bertahan hidup dalam cuaca ekstrem.




            Jika membandingkan kekuatan India-Pakistan secara head-to-head, maka, menurut situs Global Military Power, India jelas unggul dengan menempati peringkat 4 militer terbaik di dunia, sedangkan Pakistan di peringkat 13 (data tahun 2016). Dalam segi kuantitas, India menang segalanya, memiliki personel militer aktif sebanyak 1.325.000 dibandingkan Pakistan yang hanya 620.000. India juga menang dalam kuantitas pesawat fighter (679), tank (6.464), Artileri medan jenis Towed Artillery (7.414), Artileri MLRS (292), kapal selam (14), dan Kapal Induk Aircraft Carrier (2). Sedangkan Pakistan memiliki pesawat fighter sebanyak 304 unit, tank 2.924 unit, Towed artileri 3.278, MLRS 134 unit, kapal selam 5, serta tidak memiliki Kapal Induk Aircraft Carrier.
Meskipun India begitu di atas angin, Pakistan sangat serius menggunakan senjata andalan mereka, yakni senjata nuklir apabila memang India bersikeras masuk ke wilayah Pakistan dan menguasai wilayah mereka. Pakistan menganggap bahwa India boleh saja kuat di darat, laut, dan udara, tetapi jika India sudah masuk dan menguasai lebih dari 50% wilayah Pakistan, maka Pakistan tidak akan segan untuk meluncurkan perangkat nuklir mereka dan meluluhlantahkan 1 milyar lebih penduduk India yang tentu akan memakan korban jiwa puluhan kali lipat dibandingkan korban jiwa di pihak Pakistan. Ibaratnya korban jiwa akibat nuklir Pakistan itu tentu akan meruntuhkan moral India sekaligus membuat India harus segera angkat kaki dari Pakistan. Apalagi di kota-kota India penduduknya terkonsentrasi, padat, dan merupakan kawasan kumuh perkotaan, yang tentu akan membawa dampak kehancuran yang signifikan. Itu adalah skenario terburuk yang telah dipikirkan matang-matang oleh Pakistan. jika India yang menang dalam taktik dan kuantitas, memaksa masuk dan menginvasi Pakistan, agar tidak kehilangan muka akibat, Pakistan harus memastikan bahwa India harus membayar mahal invasi tersebut. Caranya? Menghancurkan India melalui senjata nuklir. Negara Pakistan boleh saja kalah dalam invasi besar India, tetapi dalam pandangan Pakistan, India juga harus kalah, tetapi melalui senjata nuklir. Oleh sebab itu India kini menghadapi dilema dan lebih beroperasi melalui taktik infiltrasi dan sabotase senyap ke dalam wilayah Pakistan, dibandingkan memaksa memakai perang terbuka secara langsung yang tidak menutup kemungkinan akan pecahnya perang nuklir. Perang Kargil tahun 1999 adalah salah satu contoh perang India-Pakistan yang berdarah-darah yang sangat dekat ke arah perang nuklir.




Tidak semua warga lokal Kashmir  mendukung India. Banyak dari mereka menolak pendudukan dan keberadaan  polisi/tentara India di Kashmir. Mereka yang menentang India, tidak terlibat dalam pemilu, atau mereka yang bersekutu dengan Pakistan, biasanya mendapatkan "Street Justice" (keadian jalanan/aksi main hakim) yang dilakukan oleh polisi India. Bahkan jika warga lokal Kashmir teridentifikasi sebagai mata-mata Pakistan, maka akan menjalani sanksi yang cukup berat.




Jika perang terjadi lagi di masa depan, bisa jadi perang yang terbatas (Limited War) atau operasi senyap (Covert Ops). Karena perang banyak menguras tenaga, anggaran, serta bahan bakar, dan amunisi. Jika perang berlangsung lama, India jelas lebih diunggulkan terutama jika perang terjadi di lautan karena India sewaktu-waktu dapat memblokade pelabuhan-pelabuhan laut Pakistan. Pakistan juga tidak memiliki pasokan energi yang cukup untuk meladeni perang berlarut dengan India dimana Pakistan mengimpor 83% kebutuhan bahan bakar konsumsi minyak. Perang sekecil apapun bagi Pakistan, sangat berdampak pada kehancuran ekonomi negara itu. Kemenangan sumber daya energi dan sumber daya manusia jelas membuat India menang. Kemenangan ketahanan ekonomi dan energi jelas merupakan suatu jenis cara kemenangan yang ampuh untuk mengakhiri perang tanpa kedua pihak menggunakan senjata nuklir.
India juga memiliki dua Kapal Induk. Diresmikan pada November 2013, INS Vikramaditya merupakan kapal induk modern terbaru milik AL India. Jika sewaktu-waktu terjadi perang lagi, Vikramaditya dapat memimpin suatu operasi maritim “pembersihan” terhadap kapal-kapal Angkatan Laut Pakistan. Bagi Pakistan, mimpi buruknya adalah jika Kapal Induk Vikramaditya kemudian diparkir di pelabuhan Karachi, yaitu pelabuhan besar Pakistan, yang membuat Pakistan tidak berdaya dalam pasokan atau transportasi lautnya.
Vikramaditya sejatinya merupakan Cruiser pesawat anti-kapal selam milik AL Soviet. Setelah Uni Soviet tidak mampu mengoperasikannya di tahun 1996 pasca Perang Dingin, pada tahun 2004 India kemudian membeli kapal tersebut. Setelah dibeli, para teknisi kapal Rusia melakukan upgrade terhadap kapal lalu membuatnya menjadi kapal induk Aircraft Carrier, lengkap dengan dek landasan bagi pesawat tempur. Upgrade itu sendiri termasuk menghapus semua elemen cruiser, termasuk dua senjata-dek caliber 100mm, 192 SA-N-9 misil permukaan-ke-udara, dan 12 unit SS-N-12 misil anti-kapal permukaan. Vikramaditya memiliki panjang 282 meter dan berbobot 44.000 ton. Vikramaditya juga dilengkapi kemampuan dominasi anti-perang udara, anti-permukaan, anti-kapal, dan anti-kapal selam. Kapal Induk dapat mengangkut 24 unit Mig-29K atau bisa juga diisi pesawat multi-role Tejas, serta dapat mengangkut 10 heli anti-kapal selam. India juga telah memesan 45 MiG-29Ks, dengan Skuadron pertama 303 Black Panthers Squadron, yang diresmikan pada Mei 2013 silam. Lain lagi dengan saudaranya, INS Chakra. Jika INS Vikramaditya dianggap sebagai simbol keunggulan taktik blokade laut AL India, Chakra merupakan “petarung laut sejati” India yang merupakan bagian dari 14 unit kapal selam serang milik India. Jika INS Vikramaditya adalah Kapal Induk, INS Chakra merupakan kapal selam besar bertenaga nuklir Akula kelas II. Dari 14 kapal selam yang dimiliki India, INS Chakra merupakan “Mothership of All Submarines”. INS Chakra dapat melakukan beragam operasi maritim. Chakra jelas merupakan mimpi buruk bagi AL Pakistan karena ia dapat juga melakukan aktivitas pengintaian atau operasi senyap, serta dapat digunakan untuk menempatkan ranjau laut di sekitar perairan Pakistan yang merupakan ancaman bagi kapal-kapal yang lalu-lalang di sekitar pelabuhan.
Terkait masalah operasi inflitrasi dan sabotase, Pakistan pernah melalukannya pada 7 September 1965 setelah insiden tertangkap basahnya sekitar 30.000 penyusup asal Pakistan di Kashmir. Saat itu, Pakistan langsung menerjunkan SSG (Special Services Group), sebuah pasukan elite Pakistan, diterjunkan sekaligus melalui parasut ke dalam wilayah musuh. Sebanyak 135 pasukan komando SSG diterunkan di tiga lokasi markas militer AU India yakni Halwara, Pathankot, dan Adampur. Meski Pakistan mengaku bahwa mereka menerjunkan pasukan elite terhebat mereka, tetap saja, penerjunan tanpa taktik lanjutan itu menjadi bencana bagi Pakistan. Dari sebanyak 135 pasukan yang disusupkan di wilayah musuh, hanya 22 prajurit komando yang berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke Pakistan, 93 lainnya tertangkap musuh, termasuk komandan operasi Mayor Khalid Butt. Sedangkan 20 prajurit komando SSG lainnya tewas dalam baku tembak dengan tentara, maupun polisi India. Lagi-lagi, Pakistan tidak pernah mau belajar dari kesalahan Operasi Gibraltar dimana koordinasi dan taktik di lapangan tidak pernah berjalan sempurna. Faktor kegagalan misi pasukan komando Pakistan yakni kegagalan mereka dalam membaca dan menganalisa peta dengan baik, briefing yang sangat buruk, serta persiapan yang asal jadi. Padahal pasukan elite yang berkualifikasi komando sejatinya sudah dapat melahap habis musuh dengan taktik dan koordinasi yang baik, senyap dan mematikan, mampu membaca map dengan baik, dan dapat melakukan infiltrasi serta sabotase di dalam wilayah musuh. Entah apa yang ada di benak mereka, dimana Pakistan selalu mengalami kegagalan dalam setiap operasi militer mereka. Meski operasi penyusupan pasukan komando gagal total, Pakistan lagi-lagi mengklaim bahwa mereka lah yang menang. Sumber-sumber dari otoritas Pakistan mengatakan bahwa misi komando mereka telah menghancurkan beberapa rencana operasi militer India, dalam hal ini menghancurkan mobil-mobil militer India.



Pasukan SSG Pakistan adalah pasukan komando elite Pakistan berkekuatan 8 batalion (5.600 personel).  Dibentuk pada 23 Maret 1956 untuk mengisi kebutuhan pasukan khusus AD Pakistan.  Setiap batalion berkekuatan 700 personel yang dipecah menjadi 4 bagian. Setiap bagian dipecah lagi ke dalam platon-platon serta tim kecil lain yang berkekuatan 10 personel. Setiap batalion berada dibawah komando Letnan Kolonel.





Walaupun fakta di lapangan menunjukkan bahwa komando SSG Pakistan berhasil mengalihkan perhatian pasukan India dari Divisi Infanteri ke-14, saat tentara India Divisi ke-14 berhasil teralihkan, Pakistan melalui udara membombardir jalanan yang menghancurkan mobil-mobil transportasi, serta menghancurkan banyak mobil-mobil tentara India. Saat penyusupan pasukan komando Pakistan berlangsung, India mengumumkan kepada publik dengan segera bahwa pemerintah India akan memberikan hadiah bagi siapa saja yang menangkap mata-mata Pakistan, maupun menangkap pasukan komando SSG. Sedangkan pada saat bersamaan, rumor beredar di Pakistan bahwa India juga sedang melakukan operasi senyap mereka dengan menerjunkan pasukan khusus mereka ke dalam wilayah Pakistan. Walaupun rumor ini kemudian tidak terbukti kebenarannya.
Pada Mei 2002, Kamp militer di Kaluchack, lokasi dekat Jammu, juga diserang. Penyusup bersenjata menyerang kamp dan membunuh 31 orang, 18 diantaranya merupakan sanak keluarga dari anggota militer India. Gedung Parlemen India Kaluchak juga diserang kelompok bersenjata. Setelah serangan, India memperkuat keamanan perbatasan terhadap segala aksi penyusupan dan penyerangan Pakistan. India menempatkan banyak tentara mereka di sepanjang perbatasan dan garis LOC. Jumlah tentara India yang ditempatkan di perbatasan India-Pakistan meningkat drastis setelah insiden penyerangan pada Desember 2001 di Gedung Parlemen, serta insiden tahun 2002 saat penyerangan Kaluchak.
Yang terbaru adalah aksi penyusupan di J-K (Jammu-Kashmir) pada 18 September 2016 kemarin dimana 18 tentara India tewas dan sebanyak 20 tentara lainnya terluka dalam penyerangan di Kamp militer India di Uri. Kamp militer tersebut merupakan markas sementara tentara India dan lokasi kamp berdekatan dengan garis batas “aman” Line of Control (LOC) antara India dan Pakistan. Line of Control itu dibuat dalam rangka mencegah adanya aksi penyusupan dan sabotase dari kedua belah pihak, serta untuk mencegah agresi militer lanjutan. Tidak ada kelompok dari pihak Pakistan yang mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan tersebut. Namun militer India menduga bahwa serangan dilakukan oleh kelompok teroris Jaish-e-Mohammed Pakistan yang diketahui diketahui bahwa kelompok tersebut dibekingi oleh intelijen Pakistan ISI. Empat orang penyusup yang menyerang Kamp berhasil ditembak mati pasukan India. Empat orang itu juga membawa artikel dan persenjataan yang diketahui berasal dari Pakistan.















 Ilustrasi kartun  dari kartunis NEELABHTOONS yang menggambarkan  konflik India-Pakistan. Walaupun dalam foto ini tidak netral dan jelas terselip pesan  propaganda didalamnya.




Pakistan juga terkenal dengan banyaknya aksi serangan teror di sekolah-sekolah yang biasanya dilakukan teroris Taliban. Contohnya pada 16 Desember 2014, dimana 7 orang pelaku teror TTP (Tehrik-i-Taliban), kelompok teroris afiliasi Taliban, melakukan aksi teror di Army Public School, atau sekolah publik yang dikelola Angkatan Darat, di Kota Peshawar. Diantara para militan itu, ternyata kebanyakan berasal dari luar Pakistan, termasuk satu orang Chechnya, 3 orang Arab, serta 2 pelaku berasal dari Afghanistan. Mereka menggerebek sekolah dan membunuh 141 orang termasuk 132 anak sekolah yang berusia antara 8 hingga 18 tahun. Pasukan komando SSG kemudian berhasil melakukan operasi pembebasan yang berhasil membunuh semua teroris dan menyelamatkan 960 sandera.














No comments:

Post a Comment