Thursday, 27 February 2020

Kontribusi SDF atas kekalahan ISIS di Suriah



Logo Syrian Democratic Forces



            Kekalahan ISIS di Suriah yang saat ini terjadi sebenarnya tidak terlepas dari perjuangan dan kerja keras SDF (Syrian Democratic Forces) yang merupakan organisasi paramiliter multi-ras dimana tujuan akhir mereka ialah merebut wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS, menegakkan kembali demokrasi di tanah Suriah, serta meraih kemerdekaan independen bagi etnis Kurdi di Suriah. SDF adalah unit paramiliter yang mendapat dukungan politik dari Amerika Serikat dimana para anggotanya terdiri dari gabungan etnis Kurdi, Arab, serta beberapa milisi Assiria. SDF bukanlah merupakan Tentara Nasional Suriah maupun bukanlah kekuatan militer yang didukung secara resmi oleh Presiden Assad. Meskipun tujuan utama pembentukan SDF adalah untuk menghancurkan ISIS, namun SDF juga sering berkonflik dengan milisi-milisi seperti FSA (milisi yang didukung Turki), milisi-milisi yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, para pemberontak Arab Nasionalis, maupun unsur-unsur dari militer Turki itu sendiri.



Unit YPJ diisi oleh para milisi perempuan dan merupakan salah satu kekuatan 
penting bagi SDF secara keseluruhan. Gambar diatas merupakan
milisi perempuan yang sedang latihan menembak di Kota Qamishli pada 2014





          SDF berhasil memukul mundur ISIS dari kota-kota strategis Suriah seperti Al-Hawl, Shaddadi, Shaddadi, Tishrin Dam, Manbij, Al-Tabqah, Tabqa Dam, Baath Dam, serta kota yang dulu sempat menjadi basis pertahanan ISIS yakni Raqqa. Sejak bulan Maret 2019, SDF secara resmi mengumumkan kepada publik bahwa ISIS telah kalah secara telak dan beberapa kota-kota yang dulunya pernah dikuasai ISIS kini diambil alih oleh mereka. Kota terakhir yang berhasil diambil alih SDF ialah Baghuz. Meskipun demikian SDF juga paham bahwa kekalahan telak ISIS di Suriah bukanlah semata-mata kontribusi mereka, tapi juga berkat bantuan gempuran dari Tentara Nasional Suriah (SAA), bantuan gempuran udara Rusia, maupun keterlibatan intelijen terbatas dari Amerika Serikat, serta beberapa kelompok milisi lokal yang memang dibentuk untuk menggempur ISIS.

          Apakah dengan kekalahan ISIS, SDF sekarang dapat bernafas lega? Tampaknya tidak. Ancaman sesungguhnya bagi SDF ialah Turki. Turki dianggap adalah musuh terbesar SDF. Sejak pembentukan SDF pada 11 Oktober 2015, SDF bertekad untuk benar-benar menghapuskan pengaruh politik dan milisi-milisi lokal yang didukung Turki di Suriah. Sejak SDF merupakan unit militer dengan mayoritas etnis Kurdi, dan fakta historis bahwa Turki sangat membenci etnis Kurdi dan bahkan menyebut mereka sebagai teroris, membukakan mata kita bahwa unit ini dibentuk memang untuk  menetralisir kekuatan-kekuatan Turki di Suriah, baik secara politik maupun militer.

          SDF beroperasi di sekitar wilayah otonomi di bagian Utara maupun Timur Suriah. Didalam SDF sendiri terbagi dua aliansi yakni YPG yang merupakan unit utama yang dibentuk di tahun 2011 dan dikenal sebagai unit yang bertempur dan mengalahkan ISIS dalam Pertempuran Kobani tahun 2015, serta unsur YPJ (Women’s Defense Units) yang mana anggotanya merupakan milisi wanita yang diperkirakan saat ini memiliki kekuatan sekitar 24.000 personel (statistik Agustus 2017). Baik unit YPG maupun YPJ sudah menorehkan banyak keberhasilan di medan pertempuran Suriah, bergabungnya dua kekuatan tersebut memberikan kekuatan personel yang besar atas SDF. Kedua unit yang saat ini melebur ke dalam SDF itu juga telah banyak menerima milisi sukarelawan yang berasal dari luar wilayahnya seperti Eropa bahkan AS. Unsur-unsur lain yang ada didalam SDF ialah milisi Al-Sanadid, MFS (organisasi militer etnis Assiria/Syriac), Liwa Tuwwar Ar-Raqqa (milisi lokal Raqqa), Jaysh Al-Thuwar (Army of Revolutionaries), dan beberapa brigade Al-Jazira.



FAKTA FAKTA TERKAIT SDF:
·       (2014) Rehana, seorang milisi perempuan di unit militer YPJ, menjadi bahan perbincangan di internet karena memposting gambar dirinya mengumumkan kemenangan di Twitter. Di postingan itu Rehana mengklaim bahwa dirinya telah membunuh lebih dari seratus teroris ISIS seorang diri.

·   Pada 12 Oktober 2015, Pentagon mengkonfirmasi kebenaran tentang pesawat AS C-17 yang membawa bantuan melalui udara berupa 45 ton persenjataan dan amunisi yang disebar di wilayah yang dikuasai SDF. Juru bicara SDF menyatakan bahwa bantuan tersebut berupa senapan tempur, mortar, dan amunisi, namun tidak ada senjata Anti-Tank maupun Anti-pesawat

·     Turki pada 2016, telah diketahui mencoba menciptakan kegaduhan didalam internal SDF dengan memprovokasi isu-isu antar etnis di antara sesama personel SDF. Namun bentuk-bentuk provokasi Turki tersebut gagal karena banyak anggota SDF yang tidak keberatan dengan keberagaman etnis yang ada didalam SDF.

·      Pada pertempuran tahun 2016 di Raqqa Utara dimana banyak kelompok milisi bergabung dengan SDF menjadi satu aliansi demi menggempur ISIS, Pasukan khusus AS tertangkap kamera kedapatan bertempur bersama SDF. Mereka membantu mengkoordinasi titik sasaran serangan pesawat tempur. Mereka juga mengenakan logo YPG sebagai kamuflase

·   Pada akhir Januari 2017, SDF menerima kendaraan tempur APC yang diproduksi oleh pabrikan militer Inggris ArmorGroup serta bantuan suplai dari AS

·   Pada 15 November 2017, Talal Silo, Juru bicara SDF, menyerahkan diri dan bergabung dengan militer Turki. Alasan kepergiannya hingga sekarang masih misterius

·  Pada 20 Desember 2017, Hussam Awak, mantan Komandan SDF, mengumumkan pengunduran dirinya melalui halaman Facebook tanpa alasan yang jelas

·     Pada 13 Januari 2018, Koalisi Gabungan AS melatih grup yang bernama BSF (Syrian Border Security Force). AS menyatakan akan membesarkan kekuatan BSF hingga mencapai 30.000 personel. Setengah dari kekuatan tersebut berasal dari personel SDF

·    Pada awal Juni 2018, Brigade Pembebasan Idlib-Afrin dibentuk, bersama dengan Brigade Revolutionaries Idlib

·   Pada 23 Maret 2019, SDG mengumumkan telah menguasai kota terakhir yang dikuasai ISIS, yakni Baghuz




Di dunia maya beredar foto dan video Pasukan Khusus AS sedang bertempur
bersama SDF dalam operasi militer melawan ISIS dalam pertempuran Manbij
2016. Menteri Pertahanan AS kemudian mengkonfirmasi kebenaran foto tersebut
dan menyebut bahwa kehadiran pasukan AS disana juga untuk menangkal
serangan Turki terhadap SDF. Erdogan pun berang dengan keberadaan pasukan AS
disana apalagi mengenakan seragam dan logo YPG. Erdogan menyebut SDF
masih memiliki kaitan dengan PKK, kelompok militan Kurdi yang ia sebut
sebagai kelompok teroris

No comments:

Post a Comment