Frederick Russel Burnham, seorang
penjelajah dan petualang dari Amerika yang memandu pelacak (scout) Inggris
dalam Perang Boer, menggambarkan scout
Inggris sebagai “setengah srigala dan setengah jack-rabbit (sejenis kelinci bertelinga dan berkaki panjang, dan
dapat bergerak lincah)”.
Deskripsi tersebut memang cocok
untuk menunjukkan karakter seorang sniper di lapangan. Bagi Burnham, serdadu
pengintai paling andal adalah serdadu Inggris yang berasal dari Resimen
Skotlandia (Highland Regiment) yang
dikenal sebagai Lovat’s Scouts. Terbukti, 16 tahun kemudian, sosok “penebang pohon” fenomenal tersebut
menjadi prajurit sniper pertama AD Inggris.
Sniper memiliki bawaan emosi
cenderung nekat, namun di sisi lain, ia harus bijak dalam menilai dan mengambil
keputusan. Karakter kontradiktif ini jelas membuat pembentukan karakter seorang
sniper menjadi suatu hal yang susah-susah gampang. Yang jelas dalam
melaksanakan aksi nya, seorang sniper membutuhkan 3 keahlian, yakni; marksmanship (keahlian menembak jitu), fieldcraft (penguasaan medan), dan
taktik. Terlepas dari itu, untuk menyandang gelar sniper seseorang harus
betul-betul terlahir sebagai sniper secara alamiah dan insting
Bahkan sniper terlatih sekalipun,
belum dapat dikatakan sebagai seorang sniper sejati. Yang betul-betul seorang
sniper sejati adalah mereka yang memang terlahir sebagai seorang penembak jitu.
Ibaratnya, karakter sniper sudah menjadi bawaan dan ada di jiwa mereka. Untuk sekedar
menjadi “penembak jitu” itu gampang,
namun penembak jitu yang menjalankan misi layaknya sniper, itu adalah perkara
lain.
Tak heran jika proses seleksi
penembak jitu pun lebih cenderung kepada mengidentifikasi personel dengan
potensi terbaik. Terutama dalam aspek attitude
(sikap/perilaku) dan perspektif. Soal pengetahuan, dapat ditingkatkan dengan
latihan yang intens. Karakter penting yang diperlukan seorang sniper
diantaranya:
·
Markmanship.
Seseorang harus memiliki
kemampuan penembak tepat sasaran setingkat profesional. Entah itu ia dilatih
dalam pendidikan sniper ataupun bakat itu sudah melekat dalam jiwa seseorang. Yang
jelas, kemampuan ini merupakan pijakan untuk mencapai tingkat “seorang sniper”.
·
Fieldcraft
Kandidat harus memiliki kemampuan
menguasai medan. Sniper harus memperkirakan kemampuan pendukung seperti;
pergerakan arah angin, kamuflase, dan observasi. Pengalaman outbond seperti
berkemah, berburu, atau arung jeram merupakan pengalaman yang dapat mendukung
seseorang menjadi sniper. Terlebih lagi pengalaman berburu atau menambak tepat
sasaran, pengalaman ini terbukti merupakan bekal terbaik bagi seorang sniper.
·
Taktis
Perhatian terhadap sejarah
kemiliteran yang menggambarkan pentingnya menggunakan taktik dapat memberi keunggulan
dalam hal menjiwai hal-hal seperti; hubungan antara tembakan dan manuver,
perlindungan dan penyelubungan, serta pemusatan dengan penyebaran.
·
Kondisi
Fisik
Kandidat harus kuat dan fit
secara fisik, berdaya tahan tinggi dengan penglihatan dan pendengaran yang
peka, dan tajam, memiliki daya ingat kuat, serta cepat dalam bereaksi. Penembak
jitu yang fit, tentunya dapat lebih kuat memegang senjata, memiliki otot yang
kuat dalam menahan tolak balik senapan, dan dapat menahan beban tanpa kenal
lelah.
·
Kepandaian
dan Kepribadian
Seorang sniper membutuhkan
kepandaian tingkat tinggi untuk dapat mengerti dan menerapkan kerumitan dalam
hal balistik, seperti penyesuaian terhadap rifle
scope (pembidik senapan), merencanakan misi, ataupun mengecoh lawan. Selain
itu seseorang harus bijak dan tetap dingin meski terdesak dibawah tekanan, memiliki
pembawaan tenang, dan tidak mudah terpancing emosi.
·
Tidak
merokok
Ini merupakan nilai plus bagi
seorang sniper. Sama halnya seperti jika ia tidak meminum minuman beralkohol ataupun
terlalu sering mengkonsumsi kopi. Intinya, menjauhi semua yang bisa
mempengaruhi performa sniper pada kondisi tertentu di lapangan. Bayangkan jika
seorang sniper tak tahan untuk tidak merokok saat mengintai targetnya.
·
Kondisi
Psikologis
Kebanyakan seorang penembak jitu
menjadi sniper karena mereka percaya diri, bangga akan kemampuan mereka, dan
ingin menjadi yang terbaik. Mereka hanya ingin bertempur secara individu
sehingga hanya mengandalkan nasib mereka terhadap diri mereka sendiri. Dalam kasus
tertentu, misi sniper bisa membangkitkan pemikiran-pemikiran yang salah seperti
membunuh untuk kesenangan. Karenanya, dibutuhkan kondisi psikologis yang stabil
untuk menjadi seorang sniper.
·
Rela
berkorban dan Tidak mengeluh
Seorang sniper harus rela
menjalankan misi-misi yang sulit, dan menjalankan misi-misi yang tidak nyaman. Seperti
menjalankan misi di lingkungan yang becek atau berlumpur, menjalankan misi dibawah
guyuran hujan lebat, ataupun menjalankan misi di atas panasnya terik matahari yang
menyengat. Intinya, mereka tidak mengeluh dalam melaksanakan tugasnya dimanapun
dan kapanpun mereka ditugaskan. Selain itu, mereka juga dituntut untuk rela
berkorban.
No comments:
Post a Comment