LATAR BELAKANG
Groupe Islamique Arme
(GIA) atau kelompok Islam bersenjata adalah bagian dari kelompok
teroris Islam yang paling kejam. GIA memilih jalan kekerasan setelah
kemenangan Front Islamique de Salut (FIS) dalam pemilu
legislatif Aljazair pada Desember 1991 yang kemudian dinyatakan tidak
sah oleh Pemerintah. Rezim juga menolak pemilu yang akan
diselenggarakan pada 1992. Selain melancarkan perang terhadap
Pemerintah, GIA juga menganggap Perancis, mantan kekuatan kolonial,
sebagai musuh utama. Mereka menyalahkan Perancis yang mendukung
Pemerintahan Liamine Feroual yang semakin anti-Islam, yang berkuasa
pada 1994 dan juga karena mendukung Pemerintahan Aljazair dalam
perang saudara yang pecah di negara itu pada 1992. Tuduhan-tuduhan
tersebut memang ada benarnya, Perancis menyediakan peralatan militer
untuk digunakan melawan pemberontakan Islam. Sebagai balasan, GIA
memutuskan menyerang Perancis secara langsung dengan cara membajak
pesawat komersial dan menerbangkannya ke Paris, Perancis. Kelompok
ini berharap agar tindakannya ini dapat menarik perhatian publik
Internasional di seluruh dunia, melihat akan perjuagan mereka. Namun
di sisi lain, mereka harus siap berhadapan dengan Pasukan elite GIGN.
Pada 1994, empat orang
pembajak Aljazair yang sangat terlatih mendaratkan Air France Flight
8969 di Bandara Marseilles di bagian Selatan Perancis. Grup elite
GIGN pun segera diterjunkan untuk menyelesaikan situasi yang sangat
berbahaya dan beresiko tinggi. Misi mereka yakni menyelamatkan
seluruh penumpang serta kru yang berada didalam pesawat, serta
menumpaskan para pembajak pesawat. Kesuksesan misi ini pun
mengibarkan profil GIGN ke seluruh dunia.
Pada 24 Desember 1994,
empat orang teroris GIA Aljazair yang menentang Pemerintahan militer
Aljazair dan juga Perancis, memilih membajak pesawat Airbus Air
France di Bandara Boumediene, Algiers. Mereka menyamar sebagai
petugas keamanan bandara. Dengan 230 penumpang dan kru didalamnya,
pesawat sedang menunggu giliran lepas landas saat para teroris
mengeluarkan senapan serbu AK-47 dan menuntut agar pesawat
diterbangkan ke Paris, Perancis. Untuk menunjukkan bahwa mereka
serius, mereka menambak seorang Polisi Aljazair dan Diplomat Vietnam
di Tarmac di depan pesawat.
RENCANA SERBUAN
Pasukan elite Anti-teror
GIGN segera dipanggil dan mulai mensimulasikan strategi penyelamatan
menggunakan miniatur Airbus Air France yang serupa, bermaksud
melaksanakan penyelamatan di Aljazair. Akan tetapi Pasukan Komando AD
Aljazair hendak melaksanakan serbuan frontal ke pesawat tanpa
mempedulikan keselamatan para sandera. Dengan kata lain, GIGN tidak
mendapatkan izin atau kesempatan untuk terlibat.
Sementara itu, teroris
melepaskan 63 sandera, namun marah karena mereka ditolak terbang ke
Paris. Mereka juga membunuh seorang juru masak muda
berkewarganegaraan Perancis. Akhirnya Pemerintah Aljazair melunak,
membiarkan Pesawat untuk diterbangkan ke Paris. Pada pukul 02.00
tanggal 26 Desember, pesawat lepas landas menuju Perancis dengan para
pembajak dan sandera didalamnya.
Ketika pesawat mendarat
untuk mengisi bahan bakar di Bandara Marseilles sebelum melanjutkan
perjalanan ke Paris, unit GIGN sudah berada di posisi. Penembak
runduk ditempatkan di sekitar bandara dan juga di atas puncak menara
kontrol. Pasukan Para dari Escadron Parachutiste d'Intervention de
la Gendarmerie Nationale (EPIGN) bersembunyi di rerumputan tinggi
yang ada di sisi landasan pacu. Tim penyerbu GIGN berkekuatan 8
personel, dengan 3 truk yang dilengkapi tangga bergerak maju untuk
naik ke dalam pesawat. Seorang perwira Polisi di menara kontrol
Bandara siap melakukan negosiasi. Laporan menyatakan bahwa para
teroris berniat meledakkan pesawat di atas Ibukota, laporan lain lalu
muncul, mengkonfirmasikan bahwa teroris memang sebelumnya telah
memasang bom di dalam pesawat. Mereka juga meminta bahan bakar lebih
banyak untuk mencapai Paris.
SERBUAN
Aksi dimulai dengan
penembak runduk yang berada di atas menara kontrol. Penembak runduk
tersebut menembakkan peluru kaliber besar dari senapan yang
berperedam ke arah kokpit untuk membingungkan pembajak. Tim penyerbu
kecil GIGN bergerak memasuki pesawat dari tangga setelah melemparkan
granat kejut. Satu teroris tewas, namun tembakan gencar dari para
teroris lainnya di arah kokpit melukai 6 personel GIGN. Delapan
personel GIGN lainnya lalu menyerbu pesawat yang berasap, menembak
dengan cepat ke arah kokpit.
upaya penyelamatan sandera yang dilakukan personel GIGN
Pada waktu yang bersamaan, tim lain
bergerak ke arah belakang pesawat dan mengevakuasi sandera melalui
pintu darurat. Navigator pesawat melompat dari jendela kokpit.
Setelah 10 menit terjadi baku tembak yang sengit, hebatnya, tidak ada
sandera yang terbunuh ketika aksi baku tembak berlangsung dan kru di
kokpit selamat. Seluruh teroris berhasil dilumpuhkan dan aksi
penyelamatan ini merupakan kesuksesan gemilang dan membuat Pasukan
elite Anti-teror GIGN Perancis menjadi sangat disegani di seluruh
dunia.
Terlihat seorang kru navigator pesawat mencoba keluar menyelamatkan diri
dari jendela kokpit pesawat sementara para personel GIGN mencoba
merangsek masuk melalui pintu samping untuk melumpuhkan teroris
No comments:
Post a Comment