.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Friday, 13 April 2012

Resimen Para Inggris- Sierra Leone, 2000



 Pasukan Para Resimen Inggris Batalion ke-1



LATAR BELAKANG
Sierra Leone adalah bekas koloni Inggris yang meraih kemerdekaan di tahun 1961. pemerintahnya dipilih oleh rakyat sampai tahun 1967. saat kediktatoran militer mengambil alih. Tahun-tahun berikutnya dipenuhi kekerasan dan guncangan politik,
Tahun 1991, pecah perang sipil antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak di seluruh wilayah Sierra Leone. Perang berlangsung brutal dan berdarah-darah selama delapan tahun. Kelompok pemberontak utama,Revolutionary United Front (RUF), yang dipimpin Foday Sankoh, menandatangani gencatan senjata dengan Presiden Ahmad Tejan Kabbah pada Mei 1999. namun kekerasan masih saja berlangsung, dan pada 29 April 2000 pasukan PBB digelar dalam kapasitasnya sebagai pasukan penjaga perdamaian. Pada awal Mei, gencatan senjata dibatalkan. RUF pimpinan Sankoh menawan 500 pasukan penjaga perdamaian PBB dan mulai menyerang ibukota, Freetown. Pasukan Inggris pun diturunkan, untuk membantu militer Sierra Leone dalam mengusir dan menumpas para pemberontak dan serta mengendalikan kota.



KERUSUHAN DI FREETOWN
Meskipun terdapat 2.000 Pasukan PBB, kekerasan yang meluas pecah di Sierra Leone pada 1999.



PENDAHULUAN
Pada Minggu 7 Mei 2000, 800 personel dari Batalion ke-1 Parachute Regiment diterjunkan di Sierra Leone di Afrika untuk memperkuat pasukan PBB yang mulai kewalahan. Walaupun tugas awal mereka adalah untuk mengevakuasi warga sipil berkewarganegaraan asing, namun, Resimen pun terlibat dalam pertempuran dengan para pemberontak, khususnya dalam misi penyelamatan sandera beresiko tinggi, Operasi Barras.


SITUASI PENYANDERAAN
Tugas pertama Pasukan Para di Sierra Leone adalah mengamankan bandara internasional Sierra Leone di Lunghi, sebelah utara ibukota Freetown. Misi ini diselesaikan tanpa insiden, namun situasinya tetap bergejolak. Selama 4 hari berikutnya, British Paras mendirikan pos-pos pertahanan di sekitar bandara, menjaganya tetap terbuka agar evakuasi warga asing dapat dilanjutkan. Pada 18 Mei, anggota Pathfinder Platoon menewaskan empat pemberontak dalam aksi baku tembak di Freetown, pasca penangkapan Foday Sankoh, pemimpin kelompok pemberontak utama Sierra Leone, RUF.

Selama beberapa bulan berikutnya, Pasukan Parasut Resimen Inggris menjaga stabilitas wilayah yang rapuh dan tak terkendali. Kemudian, pada 25 Agustus 2000, kelompok geng milisi yang dikenal dengan sebutan “West Side Boys” berhasil menyandera 11 Anggota Royal Irish Regiment British Army. Lima orang segera dilepaskan sebagai ganti permintaan telepon satelit. Para prajurit yang dibebaskan kembali dengan kisah penyiksaan, eksekusi pura-pura dan perampasan air dan makanan. Pemerintah Inggris menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat untuk menyelamatkan sandera yang masih ditawan. Operasi penyelamatan, yang diberi sandi “Operasi Barras” pun digelar pada 10 September 2000.




WEST SIDE BOYS
West Side Boys yang berkekuatan 400 orang hanyalah salah satu dari banyak geng pemberontak yang berkuasa di daerah tak berhukum di Sierra Leone. Suplai minuman keras dan narkoba yang berlebihan membuat West Side Boys sukar ditebak pergerakannya dan mereka sangatlah berbahaya. Geng ini dipimpin “Brigadir” Foday Kallay, yang mendorong penyiksaan dan pemerkosaan secara membabi-buta. “Boys” terdiri dari banyak “prajurit” anak-anak dan wanita yang disiksa. Walaupun tidak memiliki profesionalisme militer, gabungan dari rasa tak kenal takut akibat mengkonsumsi narkoba dan pengalaman panjang perang gerilya di daerah itu menjadikan mereka lawan berbahaya bagi pasukan PBB.




OPERASI BARRAS

Satu unit Pasukan Khusus SAS dan 150 prajurit Para Resimen lepas landas dari Freetown dengan tiga helikopter Chinook. Dua heli Lynx menyediakan dukungan tembakan melalui udara. Tujuan mereka adalah kamp West Side Boys, 80 km di sisi timur Freetown, tiga desa di Rokel Creek River- Geri Bana, Magbeni, dan Forodogu. Para sandera ada di Geri Bana.

Serangan dimulai pukul 06:40 saat heli bersenjata menghujani tembakan ke arah posisi pemberontak. Satu Chinook pun mendarat ke Geri Bana dengan menurunkan SAS dan satu unit Pasukan Para Resimen. Dua Chinook lainnya mendarat di tepi seberang sungai. Sandera dengan cepat dibebaskan dan Foday Kallay, pemimpin pemberontak, berhasil ditangkap.


Kontak tembak pun segera pecah, dan Pasukan Inggris berhasil mendominasi pertempuran dengan tembakan-tembakan yang akurat dari senapan serbu, gempuran senapan mesin, dan pelontar granat. Para sandera dan Kallay diterbangkan keluar dari zona pertempuran, namun pertempuran masih berlanjut hingga pukul 16:00. Saat kontak tembak mereda, seorang personel SAS gugur dan beberapa personel lainnya terluka, namun semua sandera berhasil diselamatkan. Situasi ini pun berbalik di pihak pemberontak, dengan 25 orang pemberontak tewas dan 18 lainnya tertangkap. Bisa dibilang, Operasi Barras merupakan salah satu kesuksesan militer Inggris dalam melaksanakan operasi penyelamatan dan pembebasan sandera, yang dilakukan diluar wilayah Inggris. Dan sekali lagi, Pasukan Para Resimen Inggris membuktikan kemampuan dan profesionalisme mereka di lapangan dengan bukti kesuksesan operasi penyelamatan “Barras”.

No comments:

Post a Comment