Pasukan Para Resimen Inggris Batalion ke-1
LATAR BELAKANG
Sierra Leone adalah
bekas koloni Inggris yang meraih kemerdekaan di tahun 1961.
pemerintahnya dipilih oleh rakyat sampai tahun 1967. saat
kediktatoran militer mengambil alih. Tahun-tahun berikutnya dipenuhi
kekerasan dan guncangan politik,
Tahun 1991, pecah perang
sipil antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak di seluruh
wilayah Sierra Leone. Perang berlangsung brutal dan berdarah-darah
selama delapan tahun. Kelompok pemberontak utama,Revolutionary
United Front (RUF), yang dipimpin Foday Sankoh, menandatangani
gencatan senjata dengan Presiden Ahmad Tejan Kabbah pada Mei 1999.
namun kekerasan masih saja berlangsung, dan pada 29 April 2000
pasukan PBB digelar dalam kapasitasnya sebagai pasukan penjaga
perdamaian. Pada awal Mei, gencatan senjata dibatalkan. RUF pimpinan
Sankoh menawan 500 pasukan penjaga perdamaian PBB dan mulai menyerang
ibukota, Freetown. Pasukan Inggris pun diturunkan, untuk membantu
militer Sierra Leone dalam mengusir dan menumpas para pemberontak dan
serta mengendalikan kota.
KERUSUHAN DI FREETOWN
Meskipun terdapat 2.000
Pasukan PBB, kekerasan yang meluas pecah di Sierra Leone pada 1999.
PENDAHULUAN
Pada Minggu 7 Mei 2000,
800 personel dari Batalion ke-1 Parachute Regiment diterjunkan di
Sierra Leone di Afrika untuk memperkuat pasukan PBB yang mulai
kewalahan. Walaupun tugas awal mereka adalah untuk mengevakuasi warga
sipil berkewarganegaraan asing, namun, Resimen pun terlibat dalam
pertempuran dengan para pemberontak, khususnya dalam misi
penyelamatan sandera beresiko tinggi, Operasi Barras.
SITUASI PENYANDERAAN
Tugas pertama Pasukan
Para di Sierra Leone adalah mengamankan bandara internasional Sierra
Leone di Lunghi, sebelah utara ibukota Freetown. Misi ini
diselesaikan tanpa insiden, namun situasinya tetap bergejolak. Selama
4 hari berikutnya, British Paras mendirikan pos-pos pertahanan di
sekitar bandara, menjaganya tetap terbuka agar evakuasi warga asing
dapat dilanjutkan. Pada 18 Mei, anggota Pathfinder Platoon menewaskan
empat pemberontak dalam aksi baku tembak di Freetown, pasca
penangkapan Foday Sankoh, pemimpin kelompok pemberontak utama Sierra
Leone, RUF.
Selama beberapa bulan
berikutnya, Pasukan Parasut Resimen Inggris menjaga stabilitas
wilayah yang rapuh dan tak terkendali. Kemudian, pada 25 Agustus
2000, kelompok geng milisi yang dikenal dengan sebutan “West
Side Boys” berhasil menyandera 11 Anggota Royal Irish Regiment
British Army. Lima orang segera dilepaskan sebagai ganti permintaan
telepon satelit. Para prajurit yang dibebaskan kembali dengan kisah
penyiksaan, eksekusi pura-pura dan perampasan air dan makanan.
Pemerintah Inggris menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat untuk
menyelamatkan sandera yang masih ditawan. Operasi penyelamatan, yang
diberi sandi “Operasi Barras” pun digelar pada 10
September 2000.
West Side Boys yang
berkekuatan 400 orang hanyalah salah satu dari banyak geng
pemberontak yang berkuasa di daerah tak berhukum di Sierra Leone.
Suplai minuman keras dan narkoba yang berlebihan membuat West Side
Boys sukar ditebak pergerakannya dan mereka sangatlah berbahaya. Geng
ini dipimpin “Brigadir” Foday Kallay, yang mendorong penyiksaan
dan pemerkosaan secara membabi-buta. “Boys” terdiri dari
banyak “prajurit” anak-anak dan wanita yang disiksa.
Walaupun tidak memiliki profesionalisme militer, gabungan dari rasa
tak kenal takut akibat mengkonsumsi narkoba dan pengalaman panjang
perang gerilya di daerah itu menjadikan mereka lawan berbahaya bagi
pasukan PBB.
OPERASI BARRAS
Satu unit Pasukan Khusus
SAS dan 150 prajurit Para Resimen lepas landas dari Freetown dengan
tiga helikopter Chinook. Dua heli Lynx menyediakan dukungan tembakan
melalui udara. Tujuan mereka adalah kamp West Side Boys, 80 km di
sisi timur Freetown, tiga desa di Rokel Creek River- Geri Bana,
Magbeni, dan Forodogu. Para sandera ada di Geri Bana.
Serangan dimulai pukul
06:40 saat heli bersenjata menghujani tembakan ke arah posisi
pemberontak. Satu Chinook pun mendarat ke Geri Bana dengan menurunkan
SAS dan satu unit Pasukan Para Resimen. Dua Chinook lainnya mendarat
di tepi seberang sungai. Sandera dengan cepat dibebaskan dan Foday
Kallay, pemimpin pemberontak, berhasil ditangkap.
Kontak tembak pun segera pecah, dan Pasukan Inggris berhasil mendominasi pertempuran dengan tembakan-tembakan yang akurat dari senapan serbu, gempuran senapan mesin, dan pelontar granat. Para sandera dan Kallay diterbangkan keluar dari zona pertempuran, namun pertempuran masih berlanjut hingga pukul 16:00. Saat kontak tembak mereda, seorang personel SAS gugur dan beberapa personel lainnya terluka, namun semua sandera berhasil diselamatkan. Situasi ini pun berbalik di pihak pemberontak, dengan 25 orang pemberontak tewas dan 18 lainnya tertangkap. Bisa dibilang, Operasi Barras merupakan salah satu kesuksesan militer Inggris dalam melaksanakan operasi penyelamatan dan pembebasan sandera, yang dilakukan diluar wilayah Inggris. Dan sekali lagi, Pasukan Para Resimen Inggris membuktikan kemampuan dan profesionalisme mereka di lapangan dengan bukti kesuksesan operasi penyelamatan “Barras”.
No comments:
Post a Comment