Gambar ilustrasi diatas dibuat untuk memperingati 30 tahun invansi Soviet atas Afghanistan (1979-2009)
gambar tersebut menggambarkan situasi di Afghanistan ketika pendudukan Soviet berlangsung
gambar tersebut menggambarkan situasi di Afghanistan ketika pendudukan Soviet berlangsung
LATAR BELAKANG
Pada April 1978 Mohammad
Daoud, Presiden Afghanistan terbunuh dalam kudeta berdarah. Ia
mencoba menjaga Afghanistan tetap netral di antara blok kekuatan AS
dan Soviet sambil mencari bantuan dari keduanya. Presiden yang baru,
Mohammad Taraki, sangat pro Soviet. Ia mencoba reformasi ala Soviet
dalam masyarakat Afghanistan yang tradisional. Hal ini menimbulkan
pemberontakan di seluruh populasi muslim. Situasinya bertambah pelik
oleh kebijakan anti-Islam Perdana Menteri Hafizullah Amin (mulai
Maret 1979). Mendengar bahwa Soviet ingin menyingkirkannya, ia pun
membunuh Taraki di istananya (14 September 1979). Amin lalu
mengangkat dirinya sebagai Presiden. Dengan kelompok-kelompok
pemberontak menguasai sebagian besar Afghanistan, dan takut bahwa
rezim Afghan akan meletuskan revolusi di negara-negara Islam
satelitnya. Pasukan Soviet mulai turun tangan melakukan invansi untuk
rencana pendudukan 10 tahun kedepan.
Spetsnaz memainkan
peranan kunci dalam invansi dan pendudukan Uni Soviet atas
Afghanistan antara tahun 1979 dan 1989. Walaupun 10 tahun perlawanan
gerilya Afghanistan akhirnya memaksa penarikan mundur Soviet, namun
Operasi Spetsnaz merupakan elemen tersukses dari upaya militer
Soviet.
Keterlibatan Spetsnaz di
Afghanistan dimulai dengan penggelaran pasukan pada 10 Desember 1979
ke Bagram, kota penting dan strategis di dekat sisi utara Ibukota
Afghan, Kabul. Para prajurit khusus ini, dan juga prajurit dari
Soviet 105th Guardis Airbone Division, merebut Bagram
dalam dua minggu, sambil tetap bergerak ke selatan untuk merebut dan
menduduki Bandara Internasional Kabul pada 24 Desember.
Tanggal itu menandai
awal invansi Soviet. Pasukan khusus Spetsnaz melakukan serbuan kilat
atas instalasi-instalasi kunci, seperti pangkalan udara strategis di
Shind dan Kandahar, sebagai pendahulu pasukan invansi darat utama
Soviet. Kekejaman-kekejaman Spetsnaz ditunjukkan pada 25 Desember
melalui aksi pembunuhan Presiden Afghan Hafizullah Amin. Ia
dieksekusi bersama dengan anggota keluarga dan para stafnya.
PERANG GERILYA
Tank-tank Soviet menduduki Afghanistan - 1980
Pada pertengahan Januari
1980, Soviet telah mengambil alih Afghanistan. Namun perang gerilya
tetap berkecamuk, dikobarkan oleh semangat juang rakyat Afghan dan
faksi-faksi pendukung Mujahidin pro-Isam. Faksi-faksi ini memilih
menghantam iring-iringan dan pangkalan Soviet melalui penjebakan,
lalu menghilang ke pengunungan Afghan sebelum Pasukan Soviet dapat
membalas serangan. Seperti yang dialami AS dalam Perang Vietnam
(1965-1975), angka kematian dari aksi penjebakan semacam ini memang
kecil, namun bila diakumulasikan keseluruhannya maka jumlahnya
menjadi signifikan. Taktik militer konvensional Soviet gagal dalam
menghadapi serangan para gerilyawan Afghan. Pada 1983, Pasukan
Spetsnaz ditugaskan mengembangkan cara peperangan yang lebih efektif.
Para pejuang Afghan, yang terlihat sedang menyiapkan
rencana penjebakan terhadap konvoi kendaraan Soviet
STRATEGI PERTEMPURAN
SOVIET
Peran utama Spetsnaz
adalah menghancurkan markas dan pertahanan Mujahidin di pegunungan,
mengganggu konvoi perbekalan dan melaksanakan misi pengintaian.
Peran pertama memerlukan
keahlian panjat gunung, sesuatu yang pada awalnya tidak ada dalam
program pendidikan Spetsnaz karena mereka memang dikhususkan untuk
melaksanakan perang di medan Eropa yang datar. Kemudian Spetsnaz pun
mulai ahli dalam kemampuan panjat gunung. Heli akan melakukan
beberapa pendaratan 3-5 km (2-3 mil) dari target, namun hanya
menurunkan prajurit di salah satu pendaratan untuk membingungkan
musuh.
Unit Spetsnaz lalu
bergerak maju dibawah lindungan kegelapan untuk membasmi seluruh
desa. Heli bersenjata dipersiapkan untuk membantu dukungan udara.
Namun korban jiwa di pihak Soviet pun besar. Penyiksaan, mutilasi,
dan eksekusi menunggu mereka yang tertangkap hidup-hidup oleh para
pejuang Afghan.
Serangan ke
iring-iringan perbekalan gerilyawan yang menggunakan heli, jebakan,
dan pemasangan ranjau, atau bahkan ketiganya sekaligus. Penjebakan
sangat berbahaya, terutama karena ancaman ledakan besar yang
dihasilkan bahan peledak gerilyawan saat terkena tembakan Soviet.
Hanya para prajurit Spetsnaz dengan keahlian panjat gunung sempurna
yang mampu melaksanakan pengintaian rahasia. Prajurit mendirikan
pos-pos pengamatan tersembunyi di pegunungan. Dari sana mereka
mengirim pesan berkode ke markas untuk mengatur jebakan, serangan
udara, atau operasi pemasangan ranjau.
Tank-tank Soviet yang bergerak di sekitar wilayah Pegunungan Afghanistan,
Saat perang berkecamuk,
Spetsnaz seringkali digunakan sebagai unit pendahulu dalam manuver
infanteri berskala besar. Pada akhir era 1980-an, ketersediaan rudal
darat-ke-udara Stinger bagi para pejuang Mujahidin membuat
penggelaran Heli semakin berbahaya.
Dan pada 1989 unit
Pasukan khusus Spetsnaz bertempur dalam perang yang tidak berpihak
pada mereka, yaitu melawan musuh yang sangat termotivasi di
Afghanistan. Pada masa itu juga Soviet menarik mundur pasukannya dari
perangnya yang tidak populer.
No comments:
Post a Comment