.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Monday, 28 May 2012

Prisoner of war (Tawanan perang)


Rumah khusus tawanan perang Astro-Hungaria di Rusia - 1915




Tawanan Perang (Prisoner of war) atau yang biasa disingkat POW atau juga disebut (EPW – Enemy Prisoner of war), merupakan seseorang yang, baik itu warga sipil ataupun militan/kombatan, yang menjalani hukuman kurungan atau ditawan pihak musuh disepanjang berlangsungnya perang atau konflik antara kedua belah pihak yang berseteru. Penggunaan istilah “POW” tercatat pernah digunakan di era 1660-an.
Negara-negara yang menawan “POW” (tawanan perang), baik itu warga sipil biasa maupun militan/kombatan, cenderung melanjutkan penawanan tersebut dalam jangka waktu lama untuk beberapa tujuan tertentu, baik itu untuk alasan legitimasi maupun alasan di luar kepentingan hukum. Ada banyak alasan dan tujuan mereka (tawanan perang) ditawan, seperti untuk mengisolasi mereka dari dunia luar, memisahkan mereka dari para kombatan yang sedang bertempur di lapangan, menukarkan mereka dengan tuntunan pembebasan sandera lain, untuk mendeklarasikan kemenangan perang, untuk memaksa mereka kerja paksa, untuk mengumpulkan informasi intelijen baik politik maupun militer, untuk memaksa mereka menjadi bagian dari pasukan kombatan pihak musuh, atau untuk menghukum mereka karena kejahatan perang atau dengan tuduhan-tuduhan lain yang sejenis.
            Berikut ini adalah beberapa kisah atau catatan historis mengenai POW (Tawanan Perang) yang kisahnya tercantum baik di PD-I maupun pada PD-II, bahkan di era Perang Dingin dan di era modern, POW masih dijadikan atau dimanfaatkan sebagai sebuah sarana untuk mengancam pihak musuh, atau untuk menukarkan tawanan dengan tawanan, dan banyak alasan-alasan lain yang dimiliki dari melakukan aksi penyekapan para POW.


World War II (Perang Dunia II)

Treatment of POWs by the Axis (Ancaman POW oleh blok-Axis)

 

 

 

 

 

 

Empire of Japan (Kekuasaan Imperium Jepang)

Pada waktu kekuasaan imperium Jepang, yang tidak pernah di setujui didalam Konvensi Jenewa ke-2 tahun 1929, Jepang juga tidak memperlakukan POW sesuai dengan aturan Persetujuan Internasional. POW dari Cina, Amerika, Australia, Inggris, Kanada, India, Belanda, Selandia Baru, dan Filipina, ditawan oleh Tentara Jepang dan kemudian dijadikan subjek percobaan seperti pembunuhan melalui penyiksaan, penganiayaan, diperlakukan secara biadab dan brutal, disuruh kerja paksa, mengalami eksperimen medis dan biologis, dan penyiksaan-penyiksaan lainnya seperti dibiarkan kelaparan dan sengaja dibiarkan sakit. Kasus POW yang sangat buruk adalah ketika mereka dipaksa kerja buruh untuk pembuatan konstruksi jalan kereta api di Burma-Thailand.


 Tawanan perang Australia yang tertangkap oleh Jepang, Sersan Leonard Siffleet, detik-detik ketika eksekusi pemenggalan kepala berlangsung dengan menggunakan pedang shingunto




Menurut Jepang, tingkat rata-rata kematian tawanan perang Barat adalah sebesar 27.1%, tujuh kali lebih banyak dari jumlah POW asal Jerman dan Italia. Kematian tawanan perang Cina juga jauh lebih banyak. Dan sementara itu, 37.583 POW asal Inggris dan 28.500 POW asal Belanda, dan 14.473 POW asal Amerika kemudian dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, jumlah POW asal Cina pun menyusut hanya 56 orang. Setelah berakhirnya perang, konon, masih tersisa pemimpin-pemimpin tertinggi militer Jepang, yang kemudian membunuh semua tawanan-tawanan perang yang masih tersisa.



Ancaman POW oleh Jerman

 

 

Jerman dan Itali secara umum memperlakukan para tawanan perang dari Persemakmuran Inggris, Perancis, Amerika dan Negara-negara sekutu Barat dengan persetujuan melalui Konvensi Jenewa (1929), yang telah disepakati oleh Negara-negara tersebut. Oleh karena itu, Para opsir Sekutu Barat biasanya tidak disuruh untuk bekerja dan tentara dengan pangkat terendah biasanya diberi keringanan untuk tidak bekerja. Keluhan utama yang datang dari para tawanan Barat di kamp-kamp POW militer Jerman adalah, khususnya disepanjang dua tahun terakhir perang, adalah masalah kekurangan makanan, walaupun makanan telah dibagi diantara para tentara Jerman dan Tawanan Perang, namun mereka masih tetap sengsara dikarenakan kondisi blokade wilayah sewaktu perang.
            Hanya beberapa saja dari tawanan perang blok-sekutu Barat yang merupakan Yahudi- atau yang merupakan Nazi yang dipercaya sebagai Yahudi- dibunuh pada waktu Holocaust berlangsung, atau dijadikan subjek bagi kebijakan anti-semitisme (paham yang menguntungkan orang Yahudi). Sebagai contoh, Mayor Yitzhak Ben-Aharon, seorang Yahudi berkebangsaan Palestina yang mendaftar sebagai AD Inggris, dan akhirnya tertangkap oleh Jerman di Yunani pada 1941, mengalami hukuman 4 tahun kurungan/isolasi dalam kondisi normal sebagaimana seharusnya POW diperlakukan. Namun ada juga banyak kasus dimana para tawanan perang yang tertangkap dikirim ke kamp-kamp konsentrasi Jerman dan diperlakukan secara tidak layak.



 Tawanan perang AS yang tertangkap di Jerman - 1917







 Sejumlah Tawanan asal Soviet yang di tangkap oleh Jerman diperlakukan secara biadab
dan dalam kondisi yang memprihatinkan- di Kamp konsentrasi Mauthausen Jerman





            Bagaimanapun juga, ada beberapa dari para personel sekutu yang ditangkap lalu dikirim ke kamp-kamp konsentrasi Jerman, untuk beberapa alasan, termasuk dugaan sebagai orang Yahudi. Sebagai contohnya kasus tawanan perang di Berga an der Elster- Arbeitskommando 625 (juga dikenal sebagai Stalag IX-B). Berga, merupakan detasemen khusus untuk memantau para POW asal Amerika yang tertangkap di Jerman. Dan 80 dari 350 para tawanan perang adalah orang Yahudi. Contoh lainnya adalah grup 168 Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru dan para pilot AS, yang mendekam di kamp konsentrasi Buchenwald Jerman selama dua bulan, dua dari para tawanan tersebut akhirnya tewas di Buchenwald. Ada dua kemungkinan dari tewasnya para pilot penerbang ini; yang pertama: Otoritas Jerman ingin membuat suatu contoh dari Terrorflieger (Terrorist Aviator) atau “Para penerbang teroris”, yaitu sebutan untuk para pilot yang dikategorikan sebagai mata-mata, karena mereka menyamar sebagai warga sipil ketika mereka tertangkap.


Treatment of POWs by the Soviet Union (Ancaman POW oleh Soviet)

 



 Tawanan perang asal Jerman yang ditawan Soviet di Stalingrad

 

 

POW asal Jerman, Rumania, Itali, Hungaria, Finns

Menurut beberapa sumber, Soviet menangkap sekitar 3.5 Juta POW dari blok Axis (termasuk Jepang) yang mana lebih dari satu juta POW kemudian tewas dalam masa penyekapan. Satu contoh yang tragis dari POW asal Jerman yang tertangkap Soviet setelah Pertempuran Stalingrad (Battle of Stalingrad), ketika itu Soviet menangkap 91.000 Tentara Jerman, banyak diantara mereka yang sakit dan  menderita kelaparan, yang akhirnya banyak yang tewas, dan hanya tersisa 5.000 orang saja yang berhasil bertahan hidup.
Tawanan Perang asal Jerman yang ditawan Soviet, kemudian dipekerjakan paksa sebagai buruh. Para tawanan Perang Jerman lainnya (yang dihukum atas kejahatan perang) kemudian dibebaskan oleh Soviet pada tahun 1955, hanya setelah Joseph Stalian meninggal dunia. Dan kurang lebih terdapat sekitar 54.000 POW asal Italia yang tewas di Rusia, dengan angka kematian sebesar 84.5%.

POW Jepang

            Ketika invansi Soviet di Manchuria pada 1945, Banyak tentara Jepang menjadi tawanan perang di Soviet, dan seperti kebanyakan tawanan perang lainnya, mereka dipekerjakan paksa sebagai buruh selama bertahun-tahun.

POW Polandia

            Sebagai akibat dari Invansi Soviet atas Polandia tahun 1939, ratusan ribu tentara Polandia dijadikan POW (tawanan perang) oleh Soviet. Ratusan dari mereka dieksekusi, dan lebih dari 20.000 Personel militer Polandia dan warga sipil kemudian dieksekusi dalam Pembunuhan massal Katyn. Diluar dari total 230.000 POW asal Polandia yang ditawan oleh Soviet, hanya 82.000 yang dapat bertahan hidup.



Treatment of POWs by the Allies (Ancaman POW oleh pihak Sekutu- AS)

 

 

            Pada tahun 1946, Inggris menahan lebih dari 400.000 tentara Jerman yang dijadikan tawanan perang, banyak dari mereka kemudian dipindahkan ke kamp-kamp di Amerika dan Kanada. Banyak dari mereka, setelah Jerman menyerah kepada sekutu, selama 3 tahun mereka dipekerjakan sebagai buruh, sebagai bentuk “pemulihan” atau “perbaikan pembangunan”. POW menganggap diri mereka sebagai “buruh yang diperbudak” dengan beberapa perlakuan yang layak. Debat publik pun kemudian mencuat di Inggris, dimana istilah “kerja paksa”, “budak yang dipekerjakan”, “budak” mulai meningkat dan diperbincangkan di media massa dan juga di House of Common.

POW asal Jepang

 

  Para tawanan perang Jepang yang ditawan Amerika

pasca pertempuran Okinawa (Battle of Okinawa)


 

            Walaupun ribuan tentara Jepang dijadikan tawanan, kebanyakan mereka bertempur sampai titik darah penghabisan atau hingga mereka bunuh diri. Dari 22.000 Tentara Jepang yang bertempur pada permulaan Battle of Iwo Jima, lebih dari 20.000 tentara tewas dan hanya 216 tentara yang dijadikan sebagai tawanan perang. POW asal Jepang dikirim ke kamp secara layak. Ada juga beberapa kasus, beberapa tentara Jepang dibunuh ketika mereka mencoba menyerang atau mereka melakukan percobaan pembunuhan. Beberapa tawanan Jepang di kamp tewas akibat ulah mereka sendiri, ketika mereka berusaha untuk menyerang penjaga kamp. POW Jepang disiksa dengan berbagai macam metode penyiksaan, seperti bentuk penyiksaan yang dilakukan Tentara Pembebasan Nasional Cina (NRA), termasuk mengalungkan kurungan kayu di leher mereka hingga mereka tewas. Pada beberapa kasus, beberapa kepala para tawanan dipenggal menggunakan pedang, kepala yang terjatuh kemudian di sepak dan dijadikan bola oleh Tentara Cina NRA.


Pasca-PD II

 

 Tentara AS dari Resimen Infanteri ke-21, yang dieksekusi

Korea Utara pada 9 Juli 1950

 


Korea Utara memiliki reputasi sebagai negara yang sering menyiksa dan menganiaya para tawanan perang secara biadab. Sekitar 16.500 Tentara Perancis yang bertempur di Dien Bien Phu di Indocina, lebih dari 3.000 tentaranya terbunuh dalam perang, sementara hampir 11.721 orang yang dijadikan POW, kemudian mati ditangan Viet Minh, ketika mereka melakukan “death march” (istilah untuk perjalanan jauh yang menyebabkan POW banyak yang mati kelelahan atau dehidrasi)  mereka bergerak ke kamp-kamp POW yang jaraknya cukup jauh.
Vietkong dan Tentara Vietnam Utara juga menangkap banyak tentara Amerika yang dijadikan tawanan perang ketika Perang Vietnam berlangsung, mereka menderita dari penyiksaan-penyiksaan dan kesengsaraan yang dihadapi disepanjang penawanan tersebut. Beberapa POW asal Amerika yang ditawan di penjara menyebut tempat tersebut sebagai Hanoi Hilton. Namun banyak juga para Komunis Vietnam yang dihukum oleh Tentara Vietnam Selatan, Amerika mengklaim bahwa mereka juga diperlakukan secara tidak layak
Menurut aturan kebijakan penentuan ancaman terhadap para Tawanan Perang, kekerasan terhadap POW juga masih terus terjadi hingga era modern saat ini. Banyak Kasus pembunuhan POWs yang dilaporkan saat ini, termasuk Pembunuhan massal 13 Oktober di Lebanon yang dilakukan Tentara Syria dan Pembunuhan massal pada bulan Juni 1990 di Sri Lanka
Ketika Perang Gulf pecah pada 1991, Para tawanan perang asal Amerika, Inggris, dan Kuwait (yang kebanyakan merupakan pasukan khusus dan juga pilot yang terjatuh akibat heli nya tertembak), disiksa oleh Polisi Rahasia Irak. Dokter Militer AS, Major Rhonda Cornum, seorang ahli pilot penerbangan yang berusia 37 tahun, ia pun ditangkap ketika Heli Blackhawk UH-60 nya tertembak jatuh, ia kemudian dijadikan pelampiasan hasrat atau mengalami kekerasan seksual ketika berada dalam masa tahanan.



 Kondisi memprihatinkan Tentara AS (Union Army)
yang dibebaskan dari penjara Andersonville pada bulan Mei, 1865







Pengeditan dan penyusunan tulisan struktur kalimat disesuaikan
Sumber-sumber bacaan disadur dari wikipedia Ing: http://en.wikipedia.org/wiki/Prisoner_of_war


3 comments: