Tawanan
Perang (Prisoner of war) atau yang biasa disingkat POW atau juga disebut (EPW –
Enemy Prisoner of war), merupakan seseorang yang, baik itu warga sipil ataupun
militan/kombatan, yang menjalani hukuman kurungan atau ditawan pihak musuh
disepanjang berlangsungnya perang atau konflik antara kedua belah pihak yang
berseteru. Penggunaan istilah “POW” tercatat pernah digunakan di era 1660-an.
Negara-negara
yang menawan “POW” (tawanan perang), baik itu warga sipil biasa maupun
militan/kombatan, cenderung melanjutkan penawanan tersebut dalam jangka waktu
lama untuk beberapa tujuan tertentu, baik itu untuk alasan legitimasi maupun
alasan di luar kepentingan hukum. Ada banyak alasan dan tujuan mereka (tawanan
perang) ditawan, seperti untuk mengisolasi mereka dari dunia luar, memisahkan
mereka dari para kombatan yang sedang bertempur di lapangan, menukarkan mereka
dengan tuntunan pembebasan sandera lain, untuk mendeklarasikan kemenangan
perang, untuk memaksa mereka kerja paksa, untuk mengumpulkan informasi
intelijen baik politik maupun militer, untuk memaksa mereka menjadi bagian dari
pasukan kombatan pihak musuh, atau untuk menghukum mereka karena kejahatan
perang atau dengan tuduhan-tuduhan lain yang sejenis.
Berikut ini adalah beberapa kisah atau catatan historis
mengenai POW (Tawanan Perang) yang kisahnya tercantum baik di PD-I maupun pada
PD-II, bahkan di era Perang Dingin dan di era modern, POW masih dijadikan atau
dimanfaatkan sebagai sebuah sarana untuk mengancam pihak musuh, atau untuk
menukarkan tawanan dengan tawanan, dan banyak alasan-alasan lain yang dimiliki
dari melakukan aksi penyekapan para POW.
World War II
(Perang Dunia II)
Treatment of POWs by the Axis (Ancaman POW oleh blok-Axis)
Empire of Japan (Kekuasaan
Imperium Jepang)
Pada
waktu kekuasaan imperium Jepang, yang tidak pernah di setujui didalam Konvensi
Jenewa ke-2 tahun 1929, Jepang juga tidak memperlakukan POW sesuai dengan
aturan Persetujuan Internasional. POW dari Cina, Amerika, Australia, Inggris,
Kanada, India, Belanda, Selandia Baru, dan Filipina, ditawan oleh Tentara
Jepang dan kemudian dijadikan subjek percobaan seperti pembunuhan melalui
penyiksaan, penganiayaan, diperlakukan secara biadab dan brutal, disuruh kerja
paksa, mengalami eksperimen medis dan biologis, dan penyiksaan-penyiksaan
lainnya seperti dibiarkan kelaparan dan sengaja dibiarkan sakit. Kasus POW yang
sangat buruk adalah ketika mereka dipaksa kerja buruh untuk pembuatan
konstruksi jalan kereta api di Burma-Thailand.
Tawanan perang Australia yang tertangkap oleh Jepang, Sersan Leonard Siffleet, detik-detik ketika eksekusi pemenggalan kepala berlangsung dengan menggunakan pedang shingunto
Menurut
Jepang, tingkat rata-rata kematian tawanan perang Barat adalah sebesar 27.1%,
tujuh kali lebih banyak dari jumlah POW asal Jerman dan Italia. Kematian
tawanan perang Cina juga jauh lebih banyak. Dan sementara itu, 37.583 POW asal
Inggris dan 28.500 POW asal Belanda, dan 14.473 POW asal Amerika kemudian
dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, jumlah POW asal Cina pun
menyusut hanya 56 orang. Setelah berakhirnya perang, konon, masih tersisa
pemimpin-pemimpin tertinggi militer Jepang, yang kemudian membunuh semua
tawanan-tawanan perang yang masih tersisa.
Ancaman POW oleh Jerman
Jerman dan Itali secara umum memperlakukan para tawanan
perang dari Persemakmuran Inggris, Perancis, Amerika dan Negara-negara sekutu
Barat dengan persetujuan melalui Konvensi Jenewa (1929), yang telah disepakati
oleh Negara-negara tersebut. Oleh karena itu, Para opsir Sekutu Barat biasanya
tidak disuruh untuk bekerja dan tentara dengan pangkat terendah biasanya diberi
keringanan untuk tidak bekerja. Keluhan utama yang datang dari para tawanan
Barat di kamp-kamp POW militer Jerman adalah, khususnya disepanjang dua tahun
terakhir perang, adalah masalah kekurangan makanan, walaupun makanan telah
dibagi diantara para tentara Jerman dan Tawanan Perang, namun mereka masih
tetap sengsara dikarenakan kondisi blokade wilayah sewaktu perang.
Hanya beberapa saja dari tawanan perang blok-sekutu Barat
yang merupakan Yahudi- atau yang merupakan Nazi yang dipercaya sebagai Yahudi-
dibunuh pada waktu Holocaust berlangsung, atau dijadikan subjek bagi kebijakan
anti-semitisme (paham yang menguntungkan orang Yahudi). Sebagai contoh, Mayor
Yitzhak Ben-Aharon, seorang Yahudi berkebangsaan Palestina yang mendaftar
sebagai AD Inggris, dan akhirnya tertangkap oleh Jerman di Yunani pada 1941,
mengalami hukuman 4 tahun kurungan/isolasi dalam kondisi normal sebagaimana
seharusnya POW diperlakukan. Namun ada juga banyak kasus dimana para tawanan perang yang tertangkap dikirim ke kamp-kamp konsentrasi Jerman dan diperlakukan secara tidak layak.
Tawanan perang AS yang tertangkap di Jerman - 1917
Sejumlah Tawanan asal Soviet yang di tangkap oleh Jerman diperlakukan secara biadab
dan dalam kondisi yang memprihatinkan- di Kamp konsentrasi Mauthausen Jerman
Sejumlah Tawanan asal Soviet yang di tangkap oleh Jerman diperlakukan secara biadab
dan dalam kondisi yang memprihatinkan- di Kamp konsentrasi Mauthausen Jerman
Bagaimanapun juga, ada beberapa dari para personel sekutu
yang ditangkap lalu dikirim ke kamp-kamp konsentrasi Jerman, untuk beberapa
alasan, termasuk dugaan sebagai orang Yahudi. Sebagai contohnya kasus tawanan
perang di Berga an der Elster- Arbeitskommando 625 (juga dikenal sebagai Stalag
IX-B). Berga, merupakan detasemen khusus untuk memantau para POW asal Amerika
yang tertangkap di Jerman. Dan 80 dari 350 para tawanan perang adalah orang
Yahudi. Contoh lainnya adalah grup 168 Australia, Inggris, Kanada, Selandia
Baru dan para pilot AS, yang mendekam di kamp konsentrasi Buchenwald Jerman
selama dua bulan, dua dari para tawanan tersebut akhirnya tewas di Buchenwald.
Ada dua kemungkinan dari tewasnya para pilot penerbang ini; yang pertama:
Otoritas Jerman ingin membuat suatu contoh dari Terrorflieger (Terrorist
Aviator) atau “Para penerbang teroris”, yaitu sebutan untuk para pilot yang
dikategorikan sebagai mata-mata, karena mereka menyamar sebagai warga sipil
ketika mereka tertangkap.
Treatment of POWs by the Soviet Union (Ancaman POW oleh Soviet)
Tawanan perang asal Jerman yang ditawan Soviet di Stalingrad
POW asal Jerman,
Rumania, Itali, Hungaria, Finns
Menurut
beberapa sumber, Soviet menangkap sekitar 3.5 Juta POW dari blok Axis (termasuk
Jepang) yang mana lebih dari satu juta POW kemudian tewas dalam masa penyekapan.
Satu contoh yang tragis dari POW asal Jerman yang tertangkap Soviet setelah
Pertempuran Stalingrad (Battle of
Stalingrad), ketika itu Soviet menangkap 91.000 Tentara Jerman, banyak
diantara mereka yang sakit dan menderita kelaparan, yang akhirnya banyak yang tewas, dan
hanya tersisa 5.000 orang saja yang berhasil bertahan hidup.
Tawanan
Perang asal Jerman yang ditawan Soviet, kemudian dipekerjakan paksa sebagai
buruh. Para tawanan Perang Jerman lainnya (yang dihukum atas kejahatan perang)
kemudian dibebaskan oleh Soviet pada tahun 1955, hanya setelah Joseph Stalian
meninggal dunia. Dan kurang lebih terdapat sekitar 54.000 POW asal Italia yang
tewas di Rusia, dengan angka kematian sebesar 84.5%.
POW Jepang
Ketika invansi Soviet di Manchuria pada 1945, Banyak
tentara Jepang menjadi tawanan perang di Soviet, dan seperti kebanyakan tawanan
perang lainnya, mereka dipekerjakan paksa sebagai buruh selama bertahun-tahun.
POW Polandia
Sebagai akibat dari Invansi Soviet atas Polandia tahun
1939, ratusan ribu tentara Polandia dijadikan POW (tawanan perang) oleh Soviet.
Ratusan dari mereka dieksekusi, dan lebih dari 20.000 Personel militer Polandia
dan warga sipil kemudian dieksekusi dalam Pembunuhan massal Katyn. Diluar dari total
230.000 POW asal Polandia yang ditawan oleh Soviet, hanya 82.000 yang dapat
bertahan hidup.
Treatment of POWs by the Allies (Ancaman POW oleh pihak Sekutu- AS)
Pada tahun 1946, Inggris menahan lebih dari 400.000 tentara
Jerman yang dijadikan tawanan perang, banyak dari mereka kemudian dipindahkan
ke kamp-kamp di Amerika dan Kanada. Banyak dari mereka, setelah Jerman menyerah
kepada sekutu, selama 3 tahun mereka dipekerjakan sebagai buruh, sebagai bentuk
“pemulihan” atau “perbaikan pembangunan”. POW menganggap diri mereka sebagai
“buruh yang diperbudak” dengan beberapa perlakuan yang layak. Debat publik pun
kemudian mencuat di Inggris, dimana istilah “kerja paksa”, “budak yang
dipekerjakan”, “budak” mulai meningkat dan diperbincangkan di media massa dan
juga di House of Common.
POW asal Jepang
Para tawanan perang Jepang yang ditawan Amerika
pasca pertempuran Okinawa (Battle of Okinawa)
Walaupun ribuan tentara Jepang dijadikan tawanan,
kebanyakan mereka bertempur sampai titik darah penghabisan atau hingga mereka
bunuh diri. Dari 22.000 Tentara Jepang yang bertempur pada permulaan Battle of
Iwo Jima, lebih dari 20.000 tentara tewas dan hanya 216 tentara yang dijadikan
sebagai tawanan perang. POW asal Jepang dikirim ke kamp secara layak. Ada juga
beberapa kasus, beberapa tentara Jepang dibunuh ketika mereka mencoba menyerang
atau mereka melakukan percobaan pembunuhan. Beberapa tawanan Jepang di kamp
tewas akibat ulah mereka sendiri, ketika mereka berusaha untuk menyerang
penjaga kamp. POW Jepang disiksa dengan berbagai macam metode penyiksaan,
seperti bentuk penyiksaan yang dilakukan Tentara Pembebasan Nasional Cina
(NRA), termasuk mengalungkan kurungan kayu di leher mereka hingga mereka tewas.
Pada beberapa kasus, beberapa kepala para tawanan dipenggal menggunakan pedang,
kepala yang terjatuh kemudian di sepak dan dijadikan bola oleh Tentara Cina
NRA.
Pasca-PD II
Tentara AS dari Resimen Infanteri ke-21, yang dieksekusi
Korea Utara pada 9 Juli 1950
Korea
Utara memiliki reputasi sebagai negara yang sering menyiksa dan menganiaya para
tawanan perang secara biadab. Sekitar 16.500 Tentara Perancis yang bertempur di
Dien Bien Phu di Indocina, lebih dari 3.000 tentaranya terbunuh dalam perang,
sementara hampir 11.721 orang yang dijadikan POW, kemudian mati ditangan Viet
Minh, ketika mereka melakukan “death march” (istilah untuk perjalanan jauh yang
menyebabkan POW banyak yang mati kelelahan atau dehidrasi) mereka bergerak ke kamp-kamp POW
yang jaraknya cukup jauh.
Vietkong
dan Tentara Vietnam Utara juga menangkap banyak tentara Amerika yang dijadikan
tawanan perang ketika Perang Vietnam berlangsung, mereka menderita dari
penyiksaan-penyiksaan dan kesengsaraan yang dihadapi disepanjang penawanan
tersebut. Beberapa POW asal Amerika yang ditawan di penjara menyebut tempat
tersebut sebagai Hanoi Hilton. Namun banyak juga para Komunis Vietnam yang
dihukum oleh Tentara Vietnam Selatan, Amerika mengklaim bahwa mereka juga
diperlakukan secara tidak layak
Menurut
aturan kebijakan penentuan ancaman terhadap para Tawanan Perang, kekerasan
terhadap POW juga masih terus terjadi hingga era modern saat ini. Banyak Kasus
pembunuhan POWs yang dilaporkan saat ini, termasuk Pembunuhan massal 13 Oktober
di Lebanon yang dilakukan Tentara Syria dan Pembunuhan massal pada bulan Juni
1990 di Sri Lanka
Ketika
Perang Gulf pecah pada 1991, Para tawanan perang asal Amerika, Inggris, dan
Kuwait (yang kebanyakan merupakan pasukan khusus dan juga pilot yang terjatuh
akibat heli nya tertembak), disiksa oleh Polisi Rahasia Irak. Dokter Militer
AS, Major Rhonda Cornum, seorang ahli pilot penerbangan yang berusia 37 tahun,
ia pun ditangkap ketika Heli Blackhawk UH-60 nya tertembak jatuh, ia kemudian
dijadikan pelampiasan hasrat atau mengalami kekerasan seksual ketika berada dalam
masa tahanan.
Pengeditan dan penyusunan tulisan struktur kalimat disesuaikan
Sumber-sumber bacaan disadur dari wikipedia Ing: http://en.wikipedia.org/wiki/Prisoner_of_war
Kondisi memprihatinkan Tentara AS (Union Army)
yang dibebaskan dari penjara Andersonville pada bulan Mei, 1865
Pengeditan dan penyusunan tulisan struktur kalimat disesuaikan
Sumber-sumber bacaan disadur dari wikipedia Ing: http://en.wikipedia.org/wiki/Prisoner_of_war
Wow, sangat menakutkan
ReplyDeleteWow, sangat menakutkan
ReplyDeletemana nih POW vietnam yg diperlakukan brutal oleh US, kok ga ada?
ReplyDelete