.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Saturday, 12 May 2012

Nasib Gary Powers

Sebelum membaca artikel dibawah ini, ada baiknya anda membaca artikel sebelumnya: Black Jet U2 - Part 2




Francis Gary Powers (1929 - 1977)



Francis Gary Powers, Pilot U-2 yang ditembak jatuh oleh rudal SA-2 Soviet pada 1 Mei 1960, namun berhasil menyelamatkan diri dan ditawan, nasibnya sungguh malang. Bukannya dianggap dan dipuja-puja sebagai pahlawan Amerika, namun oleh sebagian rekan dan atasannya, ia malah dicap sebagai pengecut, bahkan ada yang menyebutnya sebagai pengkhianat. Menurut mereka, dia sebaiknya bunuh diri saja dengan meminum kapsul khusus berisi racun sianida yang telah disediakan, daripada mempermalukan Negara dan Presidennya sendiri.

Anggapan ekstrim seperti itu tidaklah terlepas dari situasi yang membuat AS tersudut, tatkala PM Soviet Nikita Khruschev benar-benar menelanjangi AS dan Presiden Dwight Eisenhower dalam KTT di Paris antara AS dengan Uni Soviet. Dengan pintarnya Khruschev memainkan kartu atas insiden penembakan pesawat mata-mata U-2 dan juga peristiwa tertangkapnya pilotnya, sementara Presiden AS Eisenhower secara terbuka terlanjur membantah semua tuduhan yang dituduhkan Khuschev. Tatkala semua bukti-bukti dibeberkan, maka AS pun tak dapat mengelak lagi. Eisenhower pun akhirnya terpaksa mengakui penerbangan mata-mata tersebut dan berjanji tidak akan mengulanginya demi terselamatkannya KTT dan hubungan antara AS dan Soviet.

Namun ketika PM Khuschev juga menuntut AS meminta maaf, maka Eisenhower pun tak tahan lagi dan memilih pulang ke Washington. KTT, yang pada awalnya adalah sebuah pertemuan untuk mencari perdamaian dalam koeksistensi antara Blok Barat dengan Blok Timur pun jadi berantakan, gagal gara-gara sebuah pesawat U-2. Dunia pun tersentak dengan terungkapnya pengoperasian pesawat mata-mata U-2 yang begitu dirahasiakan. Akibat kekacauan dan kekalahan AS di KTT Paris itulah, maka kemarahan pun ditujukan kepada Gary Powers, dia dijadikan kambing hitam oleh para pejabat CIA, Skunk Works, politisi, dan pejabat-pejabat pemerintahan lainnya.

Dipertanyakan mengapa dia tidak menyuntikkan diri saja dengan racun yang telah disediakan di dalam kit pilot U-2, sebagai pengganti pil sianida. Mengapa dia bersikap chicken, penakut, pengecut. Begitulah semangat penuh emosional “para patriot” Amerika terhadap Powers. Padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya dialami Powers, yang selama berbulan-bulan diisolasi, dan dilarang berkomunikasi dengan siapa pun didalam penjara Lubianka yang terkenal bengis itu.




Oleh pengadian Soviet, Gary Powers dijatuhi hukuman kerja paksa selama 10 tahun. Namun baru dua tahun menjalaninya, pada Februari 1962 ia bebas karena dipertukarkan dengan Rudolph Abel, mata-mata ulung Soviet yang tertangkap oleh AS. Dia dipulangkan ke AS tanpa sambutan apa pun, bahkan dalam kerahasiaannya ia langsung dibawa ke sebuah wisma khusus CIA di Virginia. Disini selama berhari-hari dia terus diinterogasi oleh CIA tanpa henti lengenai apa yang dialaminya di penjara Soviet. Pimpinan Skunk Works, Kelly Jonhson diundang ikut mendengarkan keterangan Gary Powers, khusus untuk sekitar insiden tertembaknya pesawat U-2. Kelly lega dan puas karena pilot ikut menerangkan secara benar apa yang terjadi.

Gary Powers adalah salah seorang dari kelompok pertama dari enam pilot yang direkrut dari skuadron tempur Komando Udara Strategis (SAC). Ketika pertama kali melapor, mereka sudah menjadi orang sipil dengan identitas baru. Kelly Johnson yang merasa iba terhadap Gary Powers, kemudian menawarinya pekerjaan sebagai flight test engineer di Skunk Works, yang diterima oleh Gary Powers dengan sukacita. Dia bekerja disana selama 8 tahun, dan pada tahun 1970-an ia pindah kerja sebagai reporter TV dengan tugas utama melaporkan lalu lintas helikopter. Namun lalu Powers tewas dalam tugasnya ketika helikopternya mengalami kecelakaan pada 1 Agustus 1977. Baru 10 tahun kemudian, USAF mengakui jasanya dengan menganugerahi nya medali penghargaan Distinguished Flying Cross (DFC) secara anumerta. Dia memang pantas mendapatkannya, namun sayangnya, penghargaan DFC itu sudah terlambat baginya.

1 comment: