Normandy landings
Pendaratan di Normandy, Perancis,
merupakan sebuah operasi militer
yang bersandi “Operation Neptune”, merupakan operasi pendaratan militer
Pasukan Sekutu pada Invansi Normandy, dalam Operation-Overlord, yang terjadi
ketika Perang Dunia ke-2 Berlangsung. Pendaratan terjadi pada Selasa 6 Juni
1944, Pukul 6:30 dini hari waktu Setempat (British Double Summer Time (GMT+2). Sebagai
perancanaan sebelumnya, Istilah D-Day yakni merupakan istilah yang digunakan
ketika aksi pendaratan berlangsung di hari itu, yang mana sebelumnya bergantung
pada persetujuan akhir komandan militer tertinggi.
Pendaratan terbagi dalam dua fase,
yang pertama: Pendaratan Pasukan parasut yang terdiri dari 24,000 pasukan Inggris,
Amerika, Kanada dan pasukan terjun payung Perancis yang dilaksanakan pada
tengah malam. Dan fase yang kedua, yakni Pendaratan amfibi dilakukan oleh
Pasukan Sekutu dan Divisi lapis baja pada pesisir pantai Perancis pukul 06:30
dini hari. Selain itu juga terdapat Operasi-operasi militer lain yang
dilaksanakan bersamaan dengan Operation Neptune, yakni Operasi militer Glimmer
dan Operasi Taxable yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian Pasukan Jerman dari
pendaratan D-Day.
Komandan militer tertinggi Pasukan
sekutu saat itu, Jenderal Dwight Eisenhower. Dan komando Angkatan Darat (Grup
AD ke-21) diambil alih oleh Jenderal Bernard Montgomery. Operasi, direncanakan
oleh sebuah tim dibawah komando Letjen Frederick Morgan, yang merupakan invansi
pasukan amfibi terbesar sepanjang sejarah, yang dilaksanakan oleh elemen-elemen
AD, AU, dan Angkatan Udara. Lebih dari 160.000 Prajurit mendarat pada 6 Juni
1944, 73.000 Prajurit AS, 61.715 Prajurit Inggris dan 21.400 Prajurit Kanada
tergabung dalam operasi militer gabungan pasukan sekutu. Angkatan Laut Sekutu
dan Personel dari Merchant Navy di lebih dari 5000 kapal dilibatkan. Invansi
itu sendiri membutuhkan transport pasukan dan material perang dari Inggris yang
terdiri dari: Kapal perang dan Pesawat tempur, Pendaratan pasukan infanteri,
Dukungan serangan udara, Pencegatan AL dari Inggris dan Dukungan serangan
Angkatan Laut. Pendaratan bertempat di 50 mil (80km) dari pantai Normandy yang
dibagi kedalam lima sektor; Utah, Omaha, Gold, Juno dan Sword.
PERTAHANAN JERMAN
Kekuatan Pasukan militer Jerman Nazi
mencapai jumlah tertinggi ketika tahun 1944. Ketika D-Day berlangsung,
Divisi-divisi jerman ditempatkan di Uni Soviet, 6 Divisi di Finlandia, 12 di
Norwegia, 6 di Denmark, 9 di Jerman, 21 di Balkans, 26 di Itali dan 59 Divisi
lainnya ditempatkan di Perancis, Belgia, dan Belanda.
Jerman menggunakan pertahanan gaya penembakan
yang saling terkoneksi (an interlocking firing style), supaya mereka dapat
melindungi area yang dijadikan sasaran tembakan artileri pasukan sekutu. Mereka
juga menggunakan bunker-bunker perlindungan besar, kadang-kadang didalamnya
ditempatkan senjata machine-gun dan senjata-senjata kaliber besar lainnya.
Pertahanan mereka juga ditempatkan di tebing-tebing dan perbukitan, sehingga
mereka mampu melihat dengan jelas kearah pantai tempat pendaratan pasukan Sekutu.
Pertahanan mereka yang kokoh itu dibangun dalam kurun waktu empat
tahun.
OPERASI UDARA AIRBONE
Kesuksesan pendaratan amfibi
bergantung pada pendirian tempat yang aman yang menyebar di bibir pantai untuk
membangun dukungan suplai yang baik. Serangan amfibi sebenarnya mudah terkena
serangan balik musuh sebelum mereka dapat benar-benar mendarat. Untuk
memperlambat kekuatan organisasi musuh dan meluncurkan serangan balasan ketika
periode invansi berlangsung, Operasi Airbone (Pasukan parasut) pun juga turut
digunakan. Operasi Airbone dipakai untuk mengambil alih tempat-tempat vital
seperti jembatan, jalan penyebrangan, dan pendaratan di tempat-tempat yang
sesuai, seperti di bagian lambung timur dan barat dari sisi area pendaratan.
Pendaratan Airbone berjarak beberapa
meter dibelakang pantai juga cenderung mempermudah jalan keluar dari pasukan
amfibi di pantai, dan juga dalam beberapa kasus, untuk menetralisir pertahanan
pantai Jerman dan lebih cepat menyebar ke area bibir pantai. Divisi Airbone AS
ke-82 dan 101st pun diterjunkan, dengan misi penerjunan di bagian
barat Pantai Utah. Divisi Airbone British 6th juga turut membantu
dalam aksi penerjunan bersama. 530 prajurit Perancis, yang berasal dari Brigade
Special Air Service Inggris, juga diposisikan di Britanny dari 5 Juni hingga
Agustus. Pasukan tersebut tergabung dalam Operasi Dingson, Operasi Samwest, dan
Operasi Cooney.
Pendaratan Pasukan Airbone British
Para Pasukan Parasut Inggris yang berhasil mendarat, terlihat rongsokan pesawat Inggris yang sengaja dihancurkan setelah pendaratan
Operasi pertama pasukan Sekutu pada
D-Day yakni Operasi Deadstick yang dilaksanakan pada pukul 00:16 di pantai
sekitar Kanal Caen dan Sungai Orne. Tempat-tempat tersebut merupakan
penyeberangan sungai dan sisi kanal utara dari Kaen yang berjarak 7km dari
pantai, yang berdekatan dengan daerah Benouville dan Ranville. Bagi Jerman, tempat penyeberangan tersebut berfungsi
hanya sebagai rute untuk serangan anti-pesawat (flanking attack) di pantai dari
sisi timur. Namun bagi pasukan Sekutu, area penyeberangan tersebut merupakan
tempat strategis bagi penyerangan di Caen dari arah timur.
Divisi
Airbone British 6th pun diterjunkan. Misi mereka ada 4, yaitu: (1)
Mengambil alih secara utuh jembatan penyeberangan Benouville-Ranville, (2)
untuk mempertahankan area penyeberangan dari serangan balik artileri musuh, (3)
untuk menghancurkan artileri Jerman di Merville, yang mengancam Pantai Sword,
dan yang ke (4) untuk menghancurkan 5 jembatan di sekitar Sungai Dives untuk
pergerakan lanjutan bagi pasukan infanteri darat dari sisi timur.
Pasukan
terjun payung pun disiapkan, terdiri dari 3rd dan 5th
Parachute Brigade, termasuk 1st Canadian Parachute Battalion, yang
memulai penerjunan pada 6 Juni tengah malam, dan dengan cepat mengeliminasi
elemen Divisi pasukan Jerman 716th Infantry. Pada waktu fajar, Grup
serangan Von Luck dari Divisi Panzer ke-21 melakukan serangan balik dari arah
selatan terhadap sungai Orne. Dan seketika itu, Mereka membangun wilayah
perimeter pertahanan yang mengelilingi jembatan. Korban jiwa berjatuhan di
kedua belah pihak, namun Pasukan Airbone tetap di gelar. Pada siang hari,
mereka diperkuat oleh 1st Special Service Brigade. Pada akhir D-Day,
Kekuatan dari 6th Airbone pada Operasi Mallard telah sukses dalam
melaksanakan semua misi mereka. Dalam beberapa hari, Inggris dan Jerman
sama-sama kerugian banyak pasukan yang tewas dalam pertempuran ketika mereka
berjuang mempertahankan posisi di sekitar jembatan Orne.
Pendaratan Pasukan Airbone AS
Pasukan AS dari 3rd Armoured Division yang sedang memperhatikan Tank StuG III Jerman, dan juga mayat pasukan Jerman yang terlihat menggantung di depan laras Tank.
Pasukan
AS dari US 82nd dan 101st Airbone Divisions, yang
berjumlah 13.000 Pasukan parasut, diterjunkan dari 12 grup penerjunan, mereka
kurang beruntung dalam menyelesaikan misi utama mereka. Untuk mengejutkan
lawan, mereka menerjunkan pasukan dari sisi barat untuk mencapai Normandy.
Banyak faktor yang mempengaruhi performa mereka, factor tersebut termasuk
pilihan untuk menerjunkan pasukan parasut besar-besaran pada malam hari (Sebuah
taktik yang tidak lagi digunakan di akhir-akhir perang). Akibatnya, 45%
unit-unit yang diterjunkan berantakan dan sulit untuk berkumpul kembali. Usaha
tim-tim pencari jejak untuk menandai zona pendaratan juga terbukti tidak
efektif, dan Radar transponding Rebecca/Eureka beacon digunakan untuk menuntun
laju pesawat C-47 Skytrains ke area penerjunan merupakan misi utama untuk sistem
penerjunan pasukan yang sebelumnya telah kacau berantakan.
Setelah 24 jam, hanya 2.500 Pasukan
AS dari Divisi 101st dan 2.000 Pasukan dari Divisi 82nd
yang berhasil dikumpulkan dibawah kendali komandao divisi mereka. Bercerai
berainya penerjunan Pasukan AS, bagaimanapun, telah membuat Jerman kebingungan
dan memecahkan konsentrasi Pasukan Jerman.
Pasukan AS yang
diterjunkan bertempur habis-habisan di belakang garis pertahanan musuh
sepanjang hari. Pasukan dari divisi 82nd pada akhirnya menduduki
kota Sainte-Mere-Eglise pada tanggal 6 Juni pada waktu dini hari, mereka mengklaim bahwa itu merupakan kota pertama yang berhasil diduduki.
Pendaratan di Pantai Omaha
Suasana di Pantai Omaha ketika D-Day berlangsung
Elemen 1st
Infantry Division dan 29th Infantry Division AS menghadapi serangan
352nd Infantry Division Jerman, sejumlah grup sukarelawan Rusia dan
pemuda-pemuda yang tergabung dalam divisi tersebut dibuat mati kutu dan seperti
terpaku terhadap perlawanan pasukan veteran dari sisi timur. Pantai Omaha,
merupakan salah satu pantai yang memiliki pertahanan yang kokoh, dengan
penempatan senjata-senjata bertahan seperti mortar, machine-gun, dan artileri.
Dengan pendaratan melalui penerjunan udara yang dilakukan pihak Sekutu, dan
juga Serangan-serangan AL terhadap bunker-bunker Jerman di sekitar pantai,
terbukti tidak efektif dalam menghancurkan pertahanan Jerman yang begitu kokoh
dan tersusun rapi. Kesulitan dalam hal navigasi juga turut menyebabkan
pendaratan terombang-ambing agak kearah timur, dan kehilangan sektor pendaratan
utama mereka. Gelombang serangan Tank-tank dan penggelaran Pasukan infanteri baik
melalui pantai maupun melalui penggelaran udara juga mengalami kerugian yang
besar. Dari 16 Tank yang diturunkan di pesisir pantai Omaha, hanya 2 Tank yang
berhasil selamat. Ada komandan militer
yang mengatakan seperti ini; “Dalam waktu
10 menit saja, Pergerakan pasukan menjadi membeku, Pemimpin tertinggi militer
seperti tidak dapat berkutik dan hampir putus asa. Setiap Pasukan dan para
Sersan terbunuh atau terluka dalam pertempuran […] itu telah menjadi sebuah
perjuangan untuk bertahan hidup dan menyelamatkan diri”.
Akhirnya pendaratan pasukan
selanjutnya telah mampu melakukan penetrasi dan korban jiwa di pihak Amerika di
Pantai Omaha sekitar 5.000 hingga 50.000 Prajurit yang gugur, sementara itu
Jerman kehilangan 1.200 prajurit yang tewas, terluka atau yang hilang. Di akhir
perang, para prajurit telah mampu menyebar ke area yang lebih luas dari pesisir
pantai, telah mampu mengeliminasi bunker-bunker pertahanan musuh, dan Pasukan
sekutu benar-benar telah sukses di hari ke-3 invansi D-Day. Dan Invansi D-Day pun dikenal sebagai Invansi amfibi terbesar dalam sejarah yang takkan pernah dapat terlupakan. Terlebih lagi kepada AS, pertempuran D-Day merupakan momen-momen heroik kisah para veteran perang terdahulu yang mengabdikan dirinya untuk negaranya. Dan peristiwa pendaratan dan invansi tersebut akan terus dikenang sepanjang masa.
keren mas
ReplyDelete