Pesawat
U-2 memiliki kemampuan untuk melayang sekaligus meredam kelemahan
mesin pesawat ini ketika beroperasi di atas batas ketinggian
jelajahnya. Pesawat ini dirancang untuk melakukan misi pengintaian di
atas ketinggian 70.000 kaki atau sekitar 21 km di atas permukaan
laut. Mesin manapun tentu akan ngadat jika berada di ketinggian
tersebut, karena kerapatan gas – oksigen yang penting untuk
pembakaran mesin- sudah amat rendah.
Lalu,
kenapa harus di ketinggian 70.000 kaki? Jawabannya simpel saja,
menurut engineer Lockheed, itu karena rudal udara-kedarat, yang
menjadi ancaman utama pesawat terbang, tak bisa melesat melebihi
ketinggian 60.000 kaki. Dengan demikian, jika U-2 menjelajah di
ketinggian 70.000 kaki, ia praktis akan selamat dari kejaran
rudal-rudal pelahap pesawat. Apalagi diantaranya masih ada jarak aman
10.000 kaki.
“Ini
artinya, U-2 memang benar-benar a new kind of aircraft.
Ia merupakan hibrida glider
dengan pesawat jet.” ujar Graham Yost.
Tapi
itu baru sebagian dari keunggulannya. Keunggulan yang paling utama
dari pesawat ini adalah pada kamera elektro-optik resolusi tinggi
yang ditaruh di bagian perut, atau yang dikenal dengan istilah Q-Bay.
U-2 memiliki bermacam-macam kamera untuk berbagai keperluan, namun
versi orisinil dari deretan kamera ini adalah B-Camera, yang
dirancang khusus oleh Dr Edwin Land, penemu kamera polaroid dan bos
Polaroid Corporation. Prof Edward Purcell, guru besar Harvard dan
pemenang Nobel Fisika 1952; serta Dr. James Baker, astronom Harvard,
pencipta lensa supersensitif. Selain itu, Lockheed menghadirkan juga
kamera SYERS, yang dipasang di bagian hidung namun dapat berputar.
SYERS memungkinkan awak U-2 memotret sambil sementara pesawat
bergerak maju.
Proyek
pembuatan U-2 dan instalasi kelengkapan kameranya dikerjakan sangat
rahasia di hangar Lockheed di Burbank, dengan kode sandi Aquanote.
Pesawatnya sendiri ketika itu diberi kode The Angel. Kelly Johnson
mempercayakan proyek ini pada tim yang terdiri dari 23 orang teknisi
kepercayaannya. Tim yang diotaki Benyamin Rich ini selanjutnya
dikenal dengan nama Skunk Works.
Singkat
cerita, pesawat diterbangkan pertama kali pada Agustus 1955, dan CIA
telah menyiapkan grup pertama penerbang yang terdiri dari delapan
pilot berpengalaman. Pesawat-pesawat ini ditempatkan tak jauh dari
tempat dimana Tony LeVier menguji prototipe U-2, yakni di Lapangan
Terbang Watertown. Sebuah tempat yang sepi dan dirahasiakan, yang
sama-sama berada di gurun Nevada, Arizona.
PERANG
DINGIN DI UDARA
Pesawat
U-2 dapat menjelajah udara pada ketinggian ekstrim 70.000 kaki, dan
dapat terbang dengan kecepatan 373 knot atau 690 km/jam. Meski
dirahasiakan, publik akhirnya toh mengetahui keberadaan pesawat ini.
Untuk itu lewat tangan NASA (Badan Ruang Angkasa AS), CIA menjelaskan
bahwa AS telah merancang pesawat khusus untuk penelitian atmosfer
atas.
Presiden AS Dwight D. Eisenhower
Di
pentas internasional, Presiden Eisenhower memberi keterangan yang
lain menyangkut misi penerbangan U-2. Untuk jaga-jaga jika suatu saat
ketauan sedang melakukan misi pengintaian, dalam Geneva
Summit Conference pada Juli
1955, ia menyatakan bahwa dunia memerlukan kebijakan Open
Skies dan sebuah sistem untuk
mencegah perang nuklir. Kebijakan Open Skies memberi kemungkinan
kepada AS dan Uni Soviet untuk saling melihat fasilitas nuklir
masing-masing melalui udara. Banyak negara memuji inisiatif ini,
namun tidak demikian dengan Uni-Soviet. Khrushchev mencium adanya
agenda tersembunyi di balik kebijakan tersebut. Nalurinya menuntun
pada dugaan bahwa Amerika tengah menyiapkan operasi intelijen dari
udara. Prasangka itu akhirnya terjawab pada 4 Juli 1956, justru
ketika penerbangan U-2 baru saja melenggang memotret berbagai sasaran
dari atas wilayah udara Soviet. Hal ini pun sebetulnya disadari betul
oleh CIA, dan ketika itu, sebuah radar canggih Soviet berhasil
melacak dan mengikuti penerbangan pesawat mata-mata tersebut.
Namun
Soviet tidak pernah mengambil tindakan apa-apa walaupun pesawat
mata-mata AS seringkali melakukan pengintaian di atas wilayah udara
Soviet, tidak hingga pada saat 1 Mei 1960, ketika sebuah rudal
darat-ke-udara Soviet menembakkan misilnya mengenai pesawat yang
diterbangkan Francis Gary Powers jatuh di wilayah Sverdlovsk. Ketika
itu Powers rupanya tengah memacu pesawat di bawah ketinggian amannya.
Peristiwa jatuhnya pesawat tersebut membuat petinggi militer Soviet
Nikita Khrushchev berang, terutama karena insiden tersebut terjadi
tepat ketika AS dan Soviet tengah bersama-sama hadir di Paris Summit
Conference, Perancis.
Saat
itu AS masih sempat berkilah bahwa U-2 yang tertembak tengah
melakukan kegiatan penelitian atmosfer atas. Namun bantahan tersebut
segera dimentahkan militer Soviet setelah tahu bahwa dari reruntuhan
pesawat tersebut ditemukan berbagai peralatan mata-mata dan kemera
foto udara. Gedung Putih lagi-lagi dibuat jengkel oleh ulah CIA,
karena penerbangannya tidak mengikuti prosedur penerbangan standar
untuk misi pesawat mata-mata, yakni terbang pada ketinggian 70.000
kaki dan meledakkan pesawat intai jika pesawatnya tertembak.
CIA
juga telah membekali setiap pilot pesawat U-2 dengan benda sebesar
koin dolar, yang berisi pin berlapis racun untuk bunuh diri. Pin ini
hanyalah alternatif untuk “keluar dari penderitaan”,
karena santer terdengar bahwa seorang perwira mata-mata yang
tertawan, mereka akan menjalani cuci otak dan disiksa secara sadis.
Namun, militer Soviet tidak cukup bodoh untuk memperlakukan Powers
dengan cara seperti itu. Mereka memanfaatkannya untuk ditukar dengan
mata-mata Soviet yang tertangkap di New York pada 1957, Kolonel
Rudolph Abel.
Puing-puing dari Pesawat mata-mata U-2 yang jatuh di wilayah Soviet
Begitu
pun, peristiwa jatuhnya U-2 di Sverdlovsk tak membuat CIA jera.
Mereka tetap mengoperasikannya karena terlanjur menyakini bahwa
setiap foto U-2 setara dengan kerja 1.000 mata-mata. Apalagi karena
misi pengintaian U-2 di atas Kuba berhasil mengusir kekuatan rudal
Soviet dari negeri Fidel Castro. Peristiwa tersebut terjadi pada
1962, ketika secara diam-diam Soviet mendirikan stasiun-stasiun
peluncur rudal balistik jarak sedang untuk menghantam daratan Amerika
dari arah selatan. Kapal-kapal pembawa rudal dari Uni Soviet yang
berhasil di foto awak U-2 berhasil digunakan untuk mendesak Kremlin
untuk menarik kembali rudal-rudal itu dari Kuba. Di lain waktu,
operasi U-2 juga sangat berperan dalam operasi pembebasan sandera di
Grenada pada 1983. dan, yang tak kalah penting bagi sejarah
Indonesia, yaitu pesawat ini pernah dikerahkan untuk memotret
kekuatan militer Indonesia di era tahun 1960-an yang secara tak
langsung menggoyahkan niat Belanda untuk menguasai Irian Barat.
Baca juga Artikel rekomendasi: Nasib Gary Powers
Disadur
dari Majalah Angkasa Edisi Koleksi No.79 tahun 2012- Black
Jet: Cold War Special Weapon's (Book of One). April 2012
No comments:
Post a Comment