.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Monday, 7 May 2012

Kisah di balik pembuatan “Black Jet” U-2 - Part 2

Sebelum anda membaca artikel dibawah ini, ada baiknya anda membaca artikel sebelumnya: Black Jet U2 - Part 1






Pesawat U-2 memiliki kemampuan untuk melayang sekaligus meredam kelemahan mesin pesawat ini ketika beroperasi di atas batas ketinggian jelajahnya. Pesawat ini dirancang untuk melakukan misi pengintaian di atas ketinggian 70.000 kaki atau sekitar 21 km di atas permukaan laut. Mesin manapun tentu akan ngadat jika berada di ketinggian tersebut, karena kerapatan gas – oksigen yang penting untuk pembakaran mesin- sudah amat rendah.


Lalu, kenapa harus di ketinggian 70.000 kaki? Jawabannya simpel saja, menurut engineer Lockheed, itu karena rudal udara-kedarat, yang menjadi ancaman utama pesawat terbang, tak bisa melesat melebihi ketinggian 60.000 kaki. Dengan demikian, jika U-2 menjelajah di ketinggian 70.000 kaki, ia praktis akan selamat dari kejaran rudal-rudal pelahap pesawat. Apalagi diantaranya masih ada jarak aman 10.000 kaki.

“Ini artinya, U-2 memang benar-benar a new kind of aircraft. Ia merupakan hibrida glider dengan pesawat jet.” ujar Graham Yost.

Tapi itu baru sebagian dari keunggulannya. Keunggulan yang paling utama dari pesawat ini adalah pada kamera elektro-optik resolusi tinggi yang ditaruh di bagian perut, atau yang dikenal dengan istilah Q-Bay. U-2 memiliki bermacam-macam kamera untuk berbagai keperluan, namun versi orisinil dari deretan kamera ini adalah B-Camera, yang dirancang khusus oleh Dr Edwin Land, penemu kamera polaroid dan bos Polaroid Corporation. Prof Edward Purcell, guru besar Harvard dan pemenang Nobel Fisika 1952; serta Dr. James Baker, astronom Harvard, pencipta lensa supersensitif. Selain itu, Lockheed menghadirkan juga kamera SYERS, yang dipasang di bagian hidung namun dapat berputar. SYERS memungkinkan awak U-2 memotret sambil sementara pesawat bergerak maju.

Proyek pembuatan U-2 dan instalasi kelengkapan kameranya dikerjakan sangat rahasia di hangar Lockheed di Burbank, dengan kode sandi Aquanote. Pesawatnya sendiri ketika itu diberi kode The Angel. Kelly Johnson mempercayakan proyek ini pada tim yang terdiri dari 23 orang teknisi kepercayaannya. Tim yang diotaki Benyamin Rich ini selanjutnya dikenal dengan nama Skunk Works.

Singkat cerita, pesawat diterbangkan pertama kali pada Agustus 1955, dan CIA telah menyiapkan grup pertama penerbang yang terdiri dari delapan pilot berpengalaman. Pesawat-pesawat ini ditempatkan tak jauh dari tempat dimana Tony LeVier menguji prototipe U-2, yakni di Lapangan Terbang Watertown. Sebuah tempat yang sepi dan dirahasiakan, yang sama-sama berada di gurun Nevada, Arizona.



PERANG DINGIN DI UDARA

Pesawat U-2 dapat menjelajah udara pada ketinggian ekstrim 70.000 kaki, dan dapat terbang dengan kecepatan 373 knot atau 690 km/jam. Meski dirahasiakan, publik akhirnya toh mengetahui keberadaan pesawat ini. Untuk itu lewat tangan NASA (Badan Ruang Angkasa AS), CIA menjelaskan bahwa AS telah merancang pesawat khusus untuk penelitian atmosfer atas.


Presiden AS Dwight D. Eisenhower


Di pentas internasional, Presiden Eisenhower memberi keterangan yang lain menyangkut misi penerbangan U-2. Untuk jaga-jaga jika suatu saat ketauan sedang melakukan misi pengintaian, dalam Geneva Summit Conference pada Juli 1955, ia menyatakan bahwa dunia memerlukan kebijakan Open Skies dan sebuah sistem untuk mencegah perang nuklir. Kebijakan Open Skies memberi kemungkinan kepada AS dan Uni Soviet untuk saling melihat fasilitas nuklir masing-masing melalui udara. Banyak negara memuji inisiatif ini, namun tidak demikian dengan Uni-Soviet. Khrushchev mencium adanya agenda tersembunyi di balik kebijakan tersebut. Nalurinya menuntun pada dugaan bahwa Amerika tengah menyiapkan operasi intelijen dari udara. Prasangka itu akhirnya terjawab pada 4 Juli 1956, justru ketika penerbangan U-2 baru saja melenggang memotret berbagai sasaran dari atas wilayah udara Soviet. Hal ini pun sebetulnya disadari betul oleh CIA, dan ketika itu, sebuah radar canggih Soviet berhasil melacak dan mengikuti penerbangan pesawat mata-mata tersebut.

Namun Soviet tidak pernah mengambil tindakan apa-apa walaupun pesawat mata-mata AS seringkali melakukan pengintaian di atas wilayah udara Soviet, tidak hingga pada saat 1 Mei 1960, ketika sebuah rudal darat-ke-udara Soviet menembakkan misilnya mengenai pesawat yang diterbangkan Francis Gary Powers jatuh di wilayah Sverdlovsk. Ketika itu Powers rupanya tengah memacu pesawat di bawah ketinggian amannya. Peristiwa jatuhnya pesawat tersebut membuat petinggi militer Soviet Nikita Khrushchev berang, terutama karena insiden tersebut terjadi tepat ketika AS dan Soviet tengah bersama-sama hadir di Paris Summit Conference, Perancis.

Saat itu AS masih sempat berkilah bahwa U-2 yang tertembak tengah melakukan kegiatan penelitian atmosfer atas. Namun bantahan tersebut segera dimentahkan militer Soviet setelah tahu bahwa dari reruntuhan pesawat tersebut ditemukan berbagai peralatan mata-mata dan kemera foto udara. Gedung Putih lagi-lagi dibuat jengkel oleh ulah CIA, karena penerbangannya tidak mengikuti prosedur penerbangan standar untuk misi pesawat mata-mata, yakni terbang pada ketinggian 70.000 kaki dan meledakkan pesawat intai jika pesawatnya tertembak.

CIA juga telah membekali setiap pilot pesawat U-2 dengan benda sebesar koin dolar, yang berisi pin berlapis racun untuk bunuh diri. Pin ini hanyalah alternatif untuk “keluar dari penderitaan”, karena santer terdengar bahwa seorang perwira mata-mata yang tertawan, mereka akan menjalani cuci otak dan disiksa secara sadis. Namun, militer Soviet tidak cukup bodoh untuk memperlakukan Powers dengan cara seperti itu. Mereka memanfaatkannya untuk ditukar dengan mata-mata Soviet yang tertangkap di New York pada 1957, Kolonel Rudolph Abel.


 Puing-puing dari Pesawat mata-mata U-2 yang jatuh di wilayah Soviet



Begitu pun, peristiwa jatuhnya U-2 di Sverdlovsk tak membuat CIA jera. Mereka tetap mengoperasikannya karena terlanjur menyakini bahwa setiap foto U-2 setara dengan kerja 1.000 mata-mata. Apalagi karena misi pengintaian U-2 di atas Kuba berhasil mengusir kekuatan rudal Soviet dari negeri Fidel Castro. Peristiwa tersebut terjadi pada 1962, ketika secara diam-diam Soviet mendirikan stasiun-stasiun peluncur rudal balistik jarak sedang untuk menghantam daratan Amerika dari arah selatan. Kapal-kapal pembawa rudal dari Uni Soviet yang berhasil di foto awak U-2 berhasil digunakan untuk mendesak Kremlin untuk menarik kembali rudal-rudal itu dari Kuba. Di lain waktu, operasi U-2 juga sangat berperan dalam operasi pembebasan sandera di Grenada pada 1983. dan, yang tak kalah penting bagi sejarah Indonesia, yaitu pesawat ini pernah dikerahkan untuk memotret kekuatan militer Indonesia di era tahun 1960-an yang secara tak langsung menggoyahkan niat Belanda untuk menguasai Irian Barat.






Baca juga Artikel rekomendasi: Nasib Gary Powers


Disadur dari Majalah Angkasa Edisi Koleksi No.79 tahun 2012- Black Jet: Cold War Special Weapon's (Book of One). April 2012

No comments:

Post a Comment