Falklands
War (Perang Falklands)
2 April 1982 – 14 Juni 1982
Perang Falklands, juga dikenal dengan sebutan
“Konflik Falklands” atau “Krisis Falklands”,
merupakan konflik yang berlangsung pada 1982 antara Argentina dan
Inggris. Konflik itu sendiri pecah dari perselisihan atas kekuasaan
pulau-pulau Falkland dan pulau-pulau Georgia Selatan dan pulau-pulau
Sandwich Selatan, yang terletak di Atlantik Selatan, sebelah timur
Negara Argentina.
Kepulaun British Falkland terletak di Atlantik
Selatan dan terdiri dari dua pulau utama Falklands Barat dan Timur, dan
terdapat lebih dari 100 pulau-pulau yang lebih kecil. Lebih ke arah Selatan
terdapat pulau Georgia Selatan, salah satu pulau lain milik Inggris. Perang
pecah ketika Argentina mencoba menginvansi dan menduduki pulau Georgia Selatan
pada 19 Maret 1982, dan pada 2 April di tahun yang sama, menduduki pulau
Falkland.
Perang pun pecah pada jumat 2 April 1982, ketika
militer Argentina menyerbu dan menduduki pulau-pulau Falkland dan
Georgia Selatan. Untuk merespon pendudukan tersebut, Pemerintah
Inggris memberangkatkan dan mengirim satuan naval (Angkatan Laut)
untuk terlibat dalam pertempuran melawan Angkatan Laut dan Udara
Argentina, dan mengambil alih kembali pulau-pulau yang direbut
Argentina melalui penyerangan Amfibi. Perang berlangsung selama 74
hari dan berakhir atas menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, yang
akhirnya mengembalikan pulau-pulau kepada kendali Inggris. 649
personel militer Argentina tewas, 255 prajurit Inggris tewas dan 3
orang penduduk pulai Falkland tewas ketika konflik berlangsung.
Konflik tersebut menyisakan konflik eksternal terkini antara Inggris
tanpa adanya bantuan Negara sekutu yang berlangsung sejak tahun
1880-an.
Penyebab konflik yang pecah antara Inggris dan
Argentina adalah berawal dari konfrontasi sejarah yang panjang
mengenai kekuasaan atas pulau-pulau tersebut. Argentina menyatakan
bahwa pulau-pulau Falkland masuk kedalam wilayah teritori Argentina
sejak abad ke-19 dan, sampai saat ini pun, tidak ada tanda-tanda bagi
Argentina untuk melepaskan klaim kekuasaan atas pulau-pulau tersebut. Bahkan
klaim kepemilikan pulau-pulau tersebut kemudian dituangkan kedalam Konstitusi
Argentina setelah reformasi nya pada tahun 1994. Seperti contohnya,
Argentina mengganggap bahwa pendudukan mereka dipulau adalah
perebutan ulang atas wilayah teritori mereka sendiri, sementara
Pemerintah Inggris melihatnya sebagai sebuah ancaman dan pendudukan
atas wilayah teritori Inggris. Bagaimanapun, tidak ada satu pun negara yang mendeklarasikan perang, walaupun memang pada akhirnya perang, dan perseteruan di antara keduanya
dibatasi hanya pada wilayah dan pulau-pulau yang menjadi sengketa.
Peta wilayah yang menjadi sengketa antara Inggris - Argentina
Konflik itu sendiri menciptakan dampak yang kuat
baik di Argentina maupun di Inggris. Di Argentina, rasa patriotik dan
nasionalisme berkembang, namun akibat protes-protes berskala besar
yang menentang Kebijakan Militer Pemerintah Argentina, dengan segera
menyebabkan kebimbangan di dalam kebijakan militer Argentina dan pada
akhirnya mengalami kegagalan. Di Inggris, Perdana Menteri Margaret
Thatcher cukup puas dengan hasil ketika konflik berlangsung, walaupun
dukungan untuk Kebijakan Militer Inggris melemah tahun 1983 dalam
Pemilihan Umum. Perang itu sendiri telah memainkan peranan penting
dalam budaya diantara kedua Negara, dan telah menjadi beberapa subjek
dalam buku-buku, film dan lagu. Topik-topik pembicaraan mengenai
budaya dan politik di Inggris yang merupakan dampak perang, memang
tidak seheboh di Argentina, yang masih merupakan topik diskusi publik yang
populer.
British Task Force
Pemerintah Inggris memang memiliki kemungkinan
rencana untuk sebuah penyerangan ke pulau pulau sengketa, dan pasukan Angkatan Laut Task Force pun dikirim dengan segera. Kapal selam nuklir
Conqueror bergerak dari Perancis pada 4 April, sementara dua
Kapal pengangkut pesawat Invicible dan Hermes, untuk
dukungan dan pengawalan terhadap kapal Selam, meninggalkan Portsmouth
hanya sehari setelahnya. Setelah kembalinya Kapal Pesiar Canberra
ke Southampton melakukan pelayaran dunia, Canberra pun
diambil alih dan berlayar dua hari setelahnya dengan para prajurit
dari 3 Commando Brigade didalamnya. Kapal Pesiar Queen Elizabeth 2 yang seharusnya dipakai untuk tujuan pelayaran sipil dan komersial, juga di ambil alih dan meninggalkan Southampton pada 12 Mei dengan
mengangkut para prajurit dari 5th Infantry Brigade. Total
kapal yang dilibatkan Inggris dalam konflik ini berjumlah 127 kapal,
43 kapal boat Royal Navy, 22 kapal pendukung Angkatan Laut, dan 62
Kapal komersial.
Bagi Inggris, mengambil alih kembali atas
pulau-pulau Falkland bukanlah perkara mudah. Mereka harus menghadapi
serangan-serangan militer Argentina dari darat, laut, dan udara.
Inggris memiliki 28 Sea Harrier, 14 Harrier GR.3s yang disiapkan
untuk operasi perang udara, melawan Angkatan Udara Argentina yang
memiliki sekitar 122 Jet tempur, 55 diantaranya digunakan oleh
pilot-pilot handal dan merupakan ancaman yang nyata bagi Inggris.
Para prajurit Argentina dan sebuah Tank LVTP-7
terlihat berpatroli di Stanley
Pada pertengahan April, British Royal Air Force
telah menyiapkan base di sebuah pulau yang berlokasi di Pertengahan
Laut Atlantic yang merupakan Wideawake Airfield USA. Inggris
menyiapkan dukungan besar untuk antisipasi atas serangan terhadap
base tersebut dengan menyiapkan pesawat bomber Avro Vulcan B Mk 2,
Pesawat Handley Page Victor K Mk 2, dan jet tempur McDonnell Douglas Phantom FGR Mk 2. Sementara itu British Naval Force yang tiba di base
dipersiapkan untuk melakukan penyerangan amfibi. Beberapa pasukan
dengan jumlah yang sedikit juga dikirim ke Selatan untuk menduduki
dan mengambil alih Georgia Selatan.
Pertemuan di udara terjadi pada bulan April, ketika
British Task Force dibuntuti oleh Pesawat Boeing 707 milik
Angkatan Udara Argentina ketika Inggris berusaha menuju ke Selatan.
Beberapa pesawat-pesawat ini dicegat oleh Sea Harriers diluar
zona ekslusif Inggris; pesawat sipil Boeing 707 yang tidak bersenjata
tidak diserang Inggris karena usaha-usaha diplomatik antara kedua
Pemerintah masih terus diusahakan dan Inggris pun belum memutuskan
untuk menyerang pesawat Argentina. Pada 23 April, pesawat komersial
Brazil Douglas DC-10 dari Perusahaan Penerbangan VARHG yang akan
terbang menuju Afrika Selatan dicegat oleh pesawat British
Harriers yang secara visual diidentifikasi sebagai pesawat sipil.
Operasi SAS
Pasukan marinir Inggris yang baru tiba di pulau Falkland. pulau yang
menjadi wilayah sengketa kedua negara.
Operasi Paraquet
Operasi Paraquet, yaitu operasi untuk merebut
Georgia Selatan, dipimpin oleh Mayor Guy Sheridan, melibatkan
Prajurit marinir dari 42 Commando, para personel dari Special Air
Service (SAS) dan Special Boat Service (SBS). Mereka dirancang untuk
mendarat di pulau sebagai bagian dari pasukan awal pengintai dan
mata-mata untuk membuka serangan bagi British Royal Marines. Mereka
diterjunkan dari pesawat Ridespring. Yang pertama tiba di
pulau adalah Kapal Selam Churchill-class Conqueror pada 19
April, dan dengan cepat seluruh pulau dilindungi oleh radar-mapping
Handley Page Victor pada 20 April.
Para prajurit khusus Inggris (SAS), dikirim dan
diterjunkan pertama kali ke Georgia Selatan pada 21 April, akan
tetapi, musim gugur dibelahan bumi Selatan membuat mereka kesulitan
beradaptasi. Cuaca disana sangatlah buruk untuk pendaratan Pesawat
dan pesawat yang lainnya pun menunggu beberapa hari untuk mendarat
setelah 2 helikopter bertabrakan dalam kabut yang tebal. Pada 24
April, Pasukan AB Inggris dikumpulkan kembali dan bersiap-siap untuk
menyerang.
Satu tim pengintai SAS dipersiapkan untuk operasi
penyusupan dan infiltrasi laut. Sebuah Heli Westland Sea King membawa
tim pengintai yang rebelumnya lepas landas dari Kapal Invicible di
malam hari pada 17 Mei, namun lagi-lagi cuaca buruk memaksa mereka
mendarat sekitar 50 mil (80km) dari target mereka, dan misi pun
dibatalkan. Pesawat lalu terbang ke Chili dan mendaratkan tim SAS,
namun mereka tidak dapat berbuat banyak karena mereka masuk kedalam
wilayah otoritas Chili. Penemuan-penemuan pesawat yang terbakar,
jatuh, dan tertembak pun dengan segera menjadi perhatian dunia
Internasional pada waktu itu.
Pada 14 Mei, SAS mengemban operasi penyerbuan di
Pulau Pebble di Falklands, dimana Angkatan Laut Argentina telah
bersiap-siap menunggu. Bagaimanapun, SAS telah berhasil melakukan
penyerbuan dan meledakkan pesawat-pesaw`t Argentina di pangkalan
udara di Pebble.
Pertempuran di pulau-pulau Falkland dan Perang Kapal Perang
Disepanjang malam pada 21 Mei, Pasukan Amfibi
Inggris Task Force dibawah komando Commodore Michael Clapp
(Commodore, Amphibious Warfare- COMAW) mengeluarkan Operasi Sutton,
yaitu pendaratan amfibi di pantai di sekitar San Carlos di garis
pantai Utara dari arah Timur Falkland. Teluk di dekat sisi Timur
Falkland, yang disebut oleh Inggris sebagai “Bomb Alley”,
merupakan skema dari serangan militer Inggris yang intens yang
menggunakan jet-jet tempur milik AB Argentina yang terbang rendah dan
hanya menunggu perintah untuk menyerang dan membom.
Kapal perang Inggris Antelope yang meledak setelah
diserang pesawat tempur Argentina
diserang pesawat tempur Argentina
Di laut, kekurangan kapal-kapal anti-pesawat Inggris untuk mendeteksi
dan menghancurkan pesawat tempur Argentina, menyebabkan tenggelamnya
Kapal Perang Ardent akibat terjangan bom pesawat tempur pada
21 Mei, lalu pada 24 Mei, lagi-lagi kapal Perang Antelope
tenggelam, dan Kapal Conveyor Atlantic, juga yang dihantam
oleh serangan udara AM39 Exocets milik AU Argentina.
Untuk memecah konsentrasi tinggi dari pertahanan
udara Inggris, pilot-pilot Argentina pun memilih terbang rendah dan
menjatuhkan perbekalan militer dari ketinggian yang rendah.
Beberapa bom-bom yang dijatuhkan dari pesawat Argentina juga memiliki
parasut kecil untuk memperlambat pergerakan jatuhnya bom. Bom-bom
parasut memiliki waktu yang sedikit untuk membuka parasutnya.
Pilot-pilot memang telah sadar akan hal ini, namun mereka juga harus
waspada terhadap konsentrasi tinggi dari tembakan akurat rudal
anti-pesawat SAM dan juga terhadap serangan dari AAA (Artileri
Anti-pesawat).
Kapal Perang Argentina Belgrano, tenggelam setelah
terkena hantaman serangan udara Inggris
Dibawah ini merupakan rincian akibat dari perang
yang ditimbulkan oleh kedua belah pihak yang berseteru:
Total 907 jiwa
terbunuh dalam perang yang berlangsung selama 74 hari:- Argentina – 649 korban jiwa
- Personel AD – 194 tewas (16 opsir, 35 NCO and 143 sukarelawan wajib militer)
- Personel AL– 341 tewas (termasuk 321 personel di Belgrano and 4 orang kru AL)
- IMARA ( Pasukan Marinir) – 34 personel tewas
- Angkatan Udara – 55 tewas (termasuk 31 pilot and 14 orang kru darat)
- Pasukan Nasional Penjaga Perbatasan – 7 orang tewas
- Pasukan Penjaga Pantai – 2 orang tewas
- Nelayan
berkebangsaan Argentina– 16 orang tewas
- Inggris (UK) –Total kerugian korban jiwa di pihak Inggris adalah 255 personel militer inggris dan 3 wanita penduduk sipil Falkland tewas ketika Perang Falkland berlangsung.
- Royal Navy – 86 prajurit tewas
- Royal Marines – 27 tewas (2 opsir lapangan, 14 NCO and 11 prajurit marinir)
- Royal Fleet Auxiliary – 8 prajurit tewas
- Merchant Navy – 8 prajurit tewas (termasuk 4 orang berkewarganegara Hongkong)
- Satuan AD Inggris – 123 prajurit tewas (7 opsir lap`ngan, 40 NCO and 76 sukarelawan wajib militer)
- Royal Air Force – 1 opsir lapangan tewas
- Penduduk
sipil Falkland – 3 wanita terbunuh akibat tembakan salah sasaran
Pesawat pembom Argentina- A-4C Skyhawk yang dioperasikan
dalam Perang Falkland, membawa 494 kg bom yang siap untuk dijatuhkan
Peran Pasukan Khusus SAS di Falkland
Kesimpulan
Perang yang berlangsung diantara kedua belah pihak, antara Inggris dan Argentina, merupakan konflik sengketa wilayah teritorial yang diklaim kedua belah pihak yang berseteru memperebutkan wilayah yang diklaim. Walaupun perang tidak dideklarasikan secara terbuka, namun banyak konflik-konflik yang terjadi di sekitar wilayah Georgia Selatan dan disepanjang pulau-pulau Falkland. AB Inggris mengirimkan dan melancarkan operasi-operasi militer laut dan udara ke dua pulau yang diklaim. Begitupun Argentina, berusaha menduduki dan mengambil alih pulau-pulau Falkland dan Georgia Selatan, dan melakukan pertahanan darat, laut, dan udara dari ancaman serangan militer Inggris. Secara keseluruhan, Perang ini dimenangkan oleh Inggris walaupun sampai sekarang Argentina belum menarik klaim dan masih tetap bersikukuh atas kepemilikan pulau-pulau Falkland.
Pertempuran
Georgia Selatan, pada akhir April, murni operasi pasukan khusus. Akan
tetapi, operasi tersebut hampir berujung bencana ketika personel SAS
berupaya untuk mendarat di pulau tersebut, helikopter yang mendarat
di tebing es yang disapu badai, dan dengan menggunakan kapal serbu
Gemini. Dua helikopter jatuh, dan salah satu kapal nyaris hanyut.
Pada 25 April, pasukan gabungan dadakan antara Royal Marines Special
Boat Service (SBS), SAS, dan Regu Intai dari 3 Commando Brigade
mencoba merebut pelabuhan utama Georgia Selatan, Grytviken. Mereka
didukung tembakan kapal perang yang dipandu dua tim dari 148 Commando
Forward Observation Unit (148 FOU), dan Royal Marines.
Saat
Pasukan khusus SAS bergerak ke wilayah tengah Falkland Timur yang
tandus dan ke puncak tertinggi Mount Kent, tim SBS pun diam-diam
bergerak di sekitar alur perairan di teluk sebelah utara pulau. Tim
pengamat garis depan mengirim data intelijen posisi musuh. Tim-tim
ini meliputi posisi 148 FOU yang mengamati Port Stanley, ibukota
Falklands. Dalam dua minggu pertempuran, 148 FOU mengarahkan serangan
tembakan kapal pada radar musuh, artileri, dan helikopter yang sedang
terparkir di sekitar kota.
Tembakan
kapal perang ini menjatuhkan moral garnisum Argentina, dan
berkontribusi atas penyerahan musuh pada 14 Juni. Anggota 148 FOU
telah memainkan peran kunci dalam kemenangan Inggris dalam
pertempuran.
British Task Force - Pesawat tempur Inggris milik Royal Navy - Sea Harrier FRS1
Kesimpulan
Perang yang berlangsung diantara kedua belah pihak, antara Inggris dan Argentina, merupakan konflik sengketa wilayah teritorial yang diklaim kedua belah pihak yang berseteru memperebutkan wilayah yang diklaim. Walaupun perang tidak dideklarasikan secara terbuka, namun banyak konflik-konflik yang terjadi di sekitar wilayah Georgia Selatan dan disepanjang pulau-pulau Falkland. AB Inggris mengirimkan dan melancarkan operasi-operasi militer laut dan udara ke dua pulau yang diklaim. Begitupun Argentina, berusaha menduduki dan mengambil alih pulau-pulau Falkland dan Georgia Selatan, dan melakukan pertahanan darat, laut, dan udara dari ancaman serangan militer Inggris. Secara keseluruhan, Perang ini dimenangkan oleh Inggris walaupun sampai sekarang Argentina belum menarik klaim dan masih tetap bersikukuh atas kepemilikan pulau-pulau Falkland.
Majalah Perang terbitan Argentina yang terbit pada masa itu,
merupakan sarana yang efektif untuk membangkitkan "moral", psikologis,
merupakan sarana yang efektif untuk membangkitkan "moral", psikologis,
dan semangat tempur para prajurit Argentina dalam upaya mereka melawan Inggris
No comments:
Post a Comment