Dibuntuti
15 MiG Soviet
Marty Knutson
Marty
Knutson adalah pilot pertama yang terpilih untuk menerbangkan pesawat
stealth U-2. Pada 8 Juli 1956 untuk ketiga kalinya ia bertugas
menyusup dan melintasi wilayah udara Uni Soviet yang membentang luas,
melebihi wilayah negara manapun di dunia. Begitu tingginya dia
terbang dengan pesawat yang bentangan sayapnya dia sebut sebagai
“sepanjang jembatan Brooklyn”.
Knutson
sejak kecil sering mendengar Uni Soviet sebagai negara komunis,
merupakan “an evil empire”, wilayah terlarang, dan musuh
utama demokrasi. Maka dia terbang dengan sebuah pemikiran, kalau pun
terpaksa, dia tidak akan pernah mau sampai mendarat darurat di
wilayah Rusia. Setiap kali sebelum ia terbang, ia terlebih dulu
sarapan pagi dengan protein tinggi, yaitu steak dan telur, lalu
mengenakan pakaian terbangnya serta bernafas dengan oksigen murni
guna mengeluarkan nitrogen dari tubuhnya, sehingga mengurangi efek
buruk manakala pesawatnya harus turun cepat dari ketinggian ekstrim.
Sewaktu
lepas landas, dia pun menyadari di wilayah udara Soviet mungkin ia
akan menemui banyak kegiatan udara dari pesawat musuh. Radar Soviet
rupanya mulai mampu mengikuti pergerakannya tak lama sejak pesawat
mulai mengudara. Baginya, ini merupakan surprise yang tidak nyaman.
Namun, Soviet pasti tak mampu mendeteksi pesawat yang ia terbangkan
pada ketinggian seperti yang ditempuh U-2.
Gambar desain pesawat stealth (siluman) U-2, pesawat pengintai
warisan era Perang Dingin
Dua
orang rekannya yang belum lama menyusup di atas wilayah Soviet
mengingatkan bahwa pesawat pemburu Soviet akan membayangi
penerbangannya. Bahkan Carmen Vito yang sehari sebelumnya masuk
wilayah Soviet dan terbang mengikuti jalur rel kereta api yang menuju
Moskwa, nyaris mengalami bencana ketika 2 pesawat MiG Soviet berusaha
menanjak mendekati ketinggian pesawatnya. Benar saja, kedua MiG itu
menjadi kurang stabil dan malah saling bersenggolan. Kedua MiG itu
pun jatuh ke bumi akibat tubrukan.
Bagi
Vito, kejadian yang merupakan bahaya nyata tadi membuatnya begitu
tegang sehingga mulutnya pun terasa kering. Karena itu, ketika
pesawatnya mendekati Moskwa, dia pun merogoh saku kanan coverallsnya
yang ia pikir berisi permen rasa lemon kesukaannya. Namun yang ia
masukkan ke mulutnya ternyata kapsul racun sianida karena sebelumnya
awak darat rupanya keliru memasukkan. Ia mulai menghisap, tapi tak
ada rasa karena itu kapsul, Vito tersentak sadar dan buru-buru
memuntahkannya. Untung ia tak sampai menggigitnya. Kalau kapsul itu
sampai pecah, tamatlah hidupnya dan pesawatnya, siapa tahu, bisa-bisa
aka jatuh di tengah Lapangan Merah Moskwa.
Knutson
sendiri di tengah lintasannya di atas Soviet, juga sempat melihat dan
menghitung tak kurang dari 15 MiG Rusia membuntuti arah terbang
pesawatnya. Namun dari jarak sekitar 15.000 kaki dibawahnya. Rupanya
kelompok MiG itu tidak mau nekat untuk mendekat ke ketinggian U-2
tersebut. Sekalipun begitu, Knutson ingat benar akan kapsul yang
diberikan kepadanya, dan kepada masing-masing pilot yang menerbangkan
pesawat mata-mata. Dia sempat memikirkan kapsul sianida bukan karena
diikuti oleh MiG, tetapi lebih disebabkan kekhawatiran kalau misalkan
mesin pesawatnya sampai ngadat, sehingga ia terpaksa menurunkan
ketinggiannya. Nah, jika itu terjadi, disitulah kemungkinan ia
berurusan langsung dengan pesawat-pesawat tempur MiG Soviet yang
tinggal menunggu waktu untuk melesatkan rudal pengejar mereka.
Ketika
rudal darat-ke-udara Soviet belum mampu menembak U-2, mereka sempat
menggunakan MiG-21 mereka untuk dijadikan “misil hidup”,
dengan mencoba menabrak pesawat mata-mata Amerika. Laporan
menyebutkan, mereka hanya mampu membuat lengkungan dan kemudian turun
kembali tatkala mesinnya mati pada ketinggian 68.000 kaki.
Kemungkinan mesin itu baru hidup yakni ketika turun pada ketinggian
35.000 kaki atau lebih rendah lagi. “Saya yakin Soviet tentu
pernah kehilangan beberapa MiG dan pilot mereka ketika berusaha
menjadikan pesawat mereka menjadi rudal Kamikaze.” kata Marty
Knutson.
Artikel Rekomendasi lainnya: kisah dibalik pembuatan pesawat stealth U-2
Disadur
dari Majalah Angkasa Edisi Koleksi No.79 tahun 2012- Black
Jet: Cold War Special Weapon's (Book of One). April 2012
No comments:
Post a Comment