Densus 88 (Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Indonesia)
Densus 88, atau Detasemen khusus 88 (bahasa inggris; Special Detachment 88 – Delta 88),
merupakan Pasukan Khusus kepolisian Republik Indonesia dalam penanganan
Aksi terorisme, dan merupakan bagian dari Kepolisian Nasional Republik
Indonesia. Dibentuk pada 30 Juni 2003, setelah pemboman Bali tahun 2002,
semuanya didanai, dipersenjatai, dan dilatih oleh Amerika Serikat dan
Australia.
Pasukan Elite ini didanai oleh Pemerintah AS melalui hubungan diplomatik keamanan antar negara (State Department’s Diplomatic Security Service).
Pasukan ini saat ini dilatih di Megamendung, 50 km arah selatan dari
Ibukota Jakarta, dilatih oleh CIA, FBI dan US Secret Service. Banyak
dari Instruktur pelatih Densus 88 merupakan mantan personil Pasukan
Khusus Amerika Serikat. Pelatihan juga didanai dan didukung oleh Pasukan
Khusus Australia dan agen-agen Intelijen asing.
Densus 88 didesain untuk menjadi sebuah unit
Anti-Teror yang mampu menangani berbagai ancaman teroris yang beragam,
dari ancaman bom hingga situasi pembebasan sandera. 400 Personil Pasukan
ini diterjunkan dalam operasi penuh pada tahun 2005. Mereka terdiri
dari investigator, ahli bahan peledak, dan Unit penyerangan yang
didalamnya terdapat pasukan penembak jitu.
Barisan Personil Densus 88- Pasukan Anti-Teror
Unit ini bekerja dengan sangat giat, meraih banyak
kesuksesan dalam memberantas teroris beraliran Jihad di Indonesia, yang
terhubung dengan pergerakan islam radikal; Jemaah Islamiyah di Jawa
Tengah.
Densus 88 dibentuk setelah peristiwa berdarah, bom
bali 2002 dan Pasukan ini diaktifkan dan dioperasikan pada tahun 2003.
Nama organisasi ini adalah hasil dari dengar pendapat Pejabat tinggi
Kepolisian Indonesia, yakni; ATA. ATA (Anti-Teror Assistance),
dalam gugus tugas program bantuan Anti-Teror Departemen AS, dikenal
dengan; 88. Menurut Brigjen Jenderal Pranowo, Kepala Kepolisian Republik
Indoneisa, angka ’88′ diambil dari jumlah korban tewas dari warga
negara Australia pada pemboman bali tahun 2002. Densus 88 telah
mengganggu pergerakan Jemaah Islamiyah dan banyak dari teroris yang
telah terbunuh, maupun tertangkap. Abu Dujana, Pemimpin JI yang diduga
sebagai sayap militer teroris dan ditangkap pada 9 Juni 2007. Azahari
Husin telah ditembak mati pada tahun 2005. Kelompok teroris Indonesia
menderita banyak kemalangan saat kehilangan banyak pemimpin pergerakan
tersebut. Noordin M. Top, tewas tertembak saat baku tembak dengan Densus
88 pada 17 September 2009, di Solo, Jawa Tengah.
Pasukan Densus 88 saat melakukan penangkapan terhadap tersangka
teroris
Densus 88 dibantu oleh agen-agen Intelijen asing,
termasuk Polisi Federal Australia, dalam dukungan kegiatan forensik,
seperti; analisis DNA, dan pemantauan atau pengawasan komunikasi.
Operator Densus 88 juga ditempatkan di Poso, dimana
10 orang, termasuk seorang polisi, terbunuh dalam baku tembak
disepanjang proses operasi penangkapan beresiko tinggi yang terjadi pada
22 Januari 2007 silam.
Penangkapan tersangka yang diduga teroris
oleh Densus 88
Pada 2007, Densus 88 menangkap dan menginterogasi
Pengacara HAM Papua Barat, Iwangin Sabar Olif, dan mendakwa nya atas
tuduhan provokasi dan penghinaan terhadap kepala negara, karena dia
telah mengirimkan sms kepada militer Indonesia dan Presiden, yang
didalamnya berisi penghinaan. Operasi Densus 88 juga menggunakan Agen
Intelijen AS di markas nya di Jakarta, untuk menyadap dan membaca sms
dari seluruh warga negara Indonesia yang dicurigai terkait jaringan
teroris Jihad Indonesia. Dan Mereka berwenang melakukannya. Juga mereka
melakukan sejumlah operasi pemberantasan kelompok pemberontak negara di
wilayah Papua.
Pic 1 – Penggrebekan dan penangkapan terhadap sejumlah orang
yang diduga merupakan kelompok pemberontak negara
Detasemen 88 dirancang sebagai unit Anti-Teror yang
memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom
hingga penyanderaan. Densus 88 berpusat (Mabes Polri) berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri dari tim ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom),
dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain
itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit anti teror yang
disebut Densus 88, beranggotakan 45 – 75 orang, namun dengan fasilitas
dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsi Densus 88 Polda adalah
memeriksa laporan aktivitas teror di daerah. Melakukan penangkapan
kepada personil atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan
merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan
keamanan negara R.I.
Densus 88 melakukan pengamanan lokasi setelah peristiwa
penggrebekan dan penangkapan teroris
Teroris yang dikawal dua anggota Densus 88
Sejumlah personil Densus 88 melakukan penjagaan
disekitar Tempat Kejadian Perkara
Pasukan Elite bentukan AS dan Australia ini terbilang
sangat sukses dalam menumpas dan membunuh banyak teroris beraliran
Jihad di Indonesia. Ratusan lebih teroris yang tertangkap, mereka tak
berkutik ditangan Densus 88, dan banyak dari teroris lainnya harus
menghembuskan nafas terakhir saat baku tembak dengan Densus 88. Densus
88 banyak melumpuhkan atau menewaskan sejumlah orang yang diduga teroris
bersenjata, yang dianggap berbahaya dan meresahkan masyarakat.
Operasi yang diketahui Publik;
-
9 November 2005 – Densus 88 Mabes Polri menyerbu kediaman buronan teroris; Dr. Azahari di kota Batu, Malang, Jawa Timur, yang menyebabkan tewasnya buronan nomor satu tersebut. Buronan tersebut adalah buronan yang paling di cari oleh Indonesia dan juga Malaysia.
-
2 Januari 2007 – Densus 88 diterjunkan dalam operasi penangkapan 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam daftar buronan polisi, di Kecamatan Poso Kota. Sempat terjadi baku tembak antara kelompok bersenjata dan Densus 88, yang menewaskan seorang polisi dan juga sembilan warga sipil
-
9 Juni 2007 – Yusron Al-Mahfud, tersangka jaringan teroris kelompok Abu Dujana, ditangkap di desa Kebarongan, Kemrajan, Banyumas, Jateng.
-
8 Agustus 2009 – Melakukan penggrebekan dan mengepung sebuah rumah yang didalamnya diduga terdapat teroris. Menewaskan tersangka teroris, di Temanggung.
-
17 September 2009 – Pengepungan teroris di solo dan menewaskan 4 teroris, salah satu teroris yang tewas adalah Noordin Mohammed Top
Densus 88 berseragam lengkap- Setelah peristiwa penggrebekan dan
penangkapan teroris
Pic 1- Densus 88- mengenakan kaos oblong dan
penutup kepala, pada saat turun ke lapangan
Pic 2- Sejumlah anggota Densus 88 yang
berjaga-jaga disekitar lokasi
Satuan Pasukan Elite Kepolisian ini dipersenjatai
dengan senjata modern yang diimpor dari berbagai negara, seperti;
senapan serbu Colt M4, senapan serbu Steyr AUG, HK- MP5, sniper Armalite
AR-10, dan juga Shotgun Remington 870. Bahkan dikabarkan, Satuan Khusus
ini memiliki pesawat C-130 Hercules, untuk meningkatkan mobilitasnya di
lapangan.
Gambar- senapan serbu Colt M4
Senapan serbu Steyr Aug
HK- MP5
Dua Personil Densus 88- menyisir area persawahan untuk mencari jejak
pergerakan kelompok teroris
Penggrebekan tempat yang diduga merupakan sarang teroris
Barisan Pasukan elite kepolisian- Densus 88 berseragam lengkap
Pasukan khusus kepolisian ini bentukan dan insiatif
dari Amerika Serikat dan Australia. Dan didanai sepenuhnya oleh kedua
negara tersebut, untuk mengatasi aksi-aksi teror yang marak terjadi di
Indonesia. Alasan Amerika dan Australia dalam pembentukan dan pendanaan
sepenuhnya Pasukan khusus ini adalah, memberantas jaringan teroris Jihad
Indonesia sampai ke akar-akarnya. Walaupun bukan merupakan unit
bentukan murni dari kepolisian Republik Indonesia, namun sepak terjang
Pasukan khusus ini patut diacungi jempol.
Mereka sudah banyak bertugas di lapangan dalam
menghadapi berbagai macam ancaman dan serangan teroris, menambah
pengalaman mereka untuk kedepannya, dalam menanggulangi dan memberantas
kelompok teroris Jihad Indonesia. Dibandingkan dengan Pasukan-pasukan
elite kepolisian lain di dunia, Pasukan Khusus ini tergolong muda dan
merupakan bentukan Pasukan elite baru. Namun daya serang dan sepak
terjang Pasukan ini cukup handal untuk tugas-tugas di lapangan, Tentunya
terlepas dari semua ketidakpuasan, cacian dan hinaan yang mereka
dapatkan selama bertugas. Kita harus bangga memiliki Pasukan Khusus ini !
ATC anti teror
ReplyDeleteATC pasukan intelijen Densus 88
ReplyDelete