Memasuki
bulan Agustus 1939, konflik antara Jerman dengan Polandia makin
memanas, dan cepat atau lambat akan segera memicu pecahnya Perang
besar di Benua Eropa. Sebagai Persiapan untuk menghadapi Perang,
Markas Besar Armada Kapal U-Boat Jerman (BdU), mengirim 14 unit Kapal
U-Boat Tipe VII dan Tipe IX ke Lautan Atlantik, menyusul 14 U-Boat
lain yang berukuran lebih kecil, yaitu dari Tipe II, yang telah
dikirim ke Laut Utara.
Walaupun
pihak Jerman telah menyebarkan armada Kapal U-Boat mereka, namun
pihak Jerman sama sekali tidak memiliki rencana antisipasi untuk
berperang dengan Inggris. Hitler memang belum menginginkan untuk
berperang dengan Inggris dan Perancis pada saat itu. Alasannya
sederhana saja, yaitu karena Hitler merasa belum siap. Kriegsmarine
sendiri pada waktu itu dapat dipastikan tidak memiliki kemampuan
untuk menantang Angkatan Laut Inggris, sementara armada-armada U-Boat
Jerman masih terlalu sedikit untuk dapat menjalankan misi melawan
armada AL Inggris. Padahal konsep dasar dari pembangunan kekuatan
armada AL Jerman selama ini adalah agar dapat menantang superioritas
Inggris di Lautan.
Ketika
akhirnya Inggris dan Perancis menyatakan Perang dengan Jerman, tak
lama setelah Jerman menyerbu Polandia pada 1 September 1939, kabar
itu segera mengejutkan Laksamana Doenitz. Bagaimana tidak, Doenitz
hanya memiliki 57 armada U-Boat, jauh dari 300 unit U-Boat yang
mereka butuhkan. Bahkan dari jumlah itu hanya 38 Unit U-Boat yang
dapat beroperasi di Laut Atlantik. Sepertiganya sedang diperbaiki
atau mengisi suplai di Pangkalan nya, dan sepertiga lainnya sedang
dalam perjalanan menuju atau kembali dari wilayah patrolinya. Ini
artinya, U-Boat yang tengah beroperasi di Lautan tak lebih dari
selusin jumlahnya. Dengan kekuatan sekecil itu, jelas sangatlah sulit
bagi Jerman untuk mendominasi kekuatan AL Inggris. Sementara Inggris
dan Perancis memiliki jumlah Kapal Perang sepuluh kali lipat dari
Armada U-Boat Jerman.
TENGGELAMNYA
SS ATHENIA
Tembakan
pertama dari U-Boat dalam The Battle of the Atlantic, terjadi pada 3
September 1939 oleh Fritz Julius Lemp, Komandan U-30, sebuah kapal
U-Boat berjenis VIIA, ketika tengah berpatroli di Barat Laut sektor
perairan Irlandia. Insiden ini tak disengaja, karena ketika Perancis
dan Inggris menyatakan Perang dengan Jerman, Hitler masih berharap
adanya jalan diplomatik sebagai solusi masalah yang semakin memanas
di daratan Eropa. Hitler sadar bahwa ia belum mampu untuk melawan dan
mengalahkan kekuatan armada Angkatan Laut Inggris melalui peperangan,
sehingga ia pun membatasi pengerahan Armada U-Boatnya dengan setiap
operasi-operasi mereka di Lautan. Dibawah ketentuan ini, serangan
U-Boat di jalur pelayaran kapal penumpang sipil dilarang oleh Hitler,
namun ironisnya, kapal pertama yang ditenggelamkan oleh U-Boat Jerman
adalah kapal berpenumpang sipil.
Kapal SS Athenia
Pada
sore hari tanggal 3 September 1939, Oberleutnant (Letnan Satu) Fritz
Lemp, Komandan U-30, sedang berpatroli sekitar 250mil sebelah Barat
Laut Irlandia, atau sekitar 60mil sebelah selatan karang Rockall.
U-30, salah satu dari 14 Unit U-Boat Tipe VIIA produksi Angkatan
Pertama, telah berlayar meninggalkan pelabuhannya di Jerman sejak
pertengahan bulan Agustus lalu, ketika krisis antara Jerman dan
Polandia makin memanas. Beberapa jam sebelumnya, pihak BdU
mengirimkan pesan penting kepada sejumlah U-boat nya dilautan,
termasuk kepada Lemp, yang isinya; “Permusuhan dengan Inggris
segera dimulai.” Berikut perintah untuk menyergap dan
menenggelamkan kapal-kapal dagang Sekutu yang mereka temui di wilayah
patroli mereka. Karena pada tanggal itu, Inggris dan Perancis
mengumumkan pernyataan Perang terhadap Jerman dimanapun mereka
berada, tepatnya dua hari setelah pasukan Jerman menyerbu Polandia.
Namun
Hitler ternyata melarang keras Armadanya untuk menyerang kapal musuh,
karena ia tidak ingin dianggap terlalu agresif dan antagonis yang
nantinya akan berakibat buruk terhadap jalannya negosiasi dengan
pihak Sekutu. Yakin bahwa Perancis, lawan yang paling lemah di antara
negara-negara Sekutu, akan segera dapat didepak dengan sebuah
serangan kilat, Hitler juga melarang serangan terhadap kapal-kapal
Perang Perancis, kecuali apabila untuk mempertahankan diri.
Pada
pukul 19.00 malam, Lemp, melalui periskopnya, mengamati dengan
seksama situasi di permukaan lautan. Dibawah cahaya langit sore musim
panas yang mulai meredup, Lemp mengamati Kapal sasarannya di
kegelapan dan Kapal tersebut melakukan gerakan zig-zag dengan
kecepatan tinggi, tepat didepan U-Boatnya. Dan Kapal yang ditemui itu
cukup besar bagi ukuran sebuah kapal penumpang biasa, dan Kapal
penumpang tidaklah lazim dan tidak seharusnya bersembunyi di
kegelapan serta melakukan gerakan zig-zag semacam itu, kecuali jika
mereka adalah Kapal Perang Pengawal. Berdasarkan pengamatan ini, juga
rute yang tidak biasa dilalui oleh Kapal Sipil, Lemp berkesimpulan
bahwa Kapal tersebut pastilah Kapal Penjelajah milik Angkatan
Bersenjata Inggris yang telah diubah dengan kedok sebagai Kapal
Berpenumpang Sipil, namun masih dilengkapi dengan Meriam dek dan
tengah bermain-main dibawah Perlindungan Perjanjian Prize
Regulations.
Lemp
pun dengan segera memerintahkan para awaknya dalam posisi siaga
Perang di tempat mereka masing-masing, dan menyiapkan dua buah Tabung
Torpedo untuk segera diluncurkan. Pukul 19.40, dalam posisi yang
masih menyelam, Lemp menembakkan tembakan pertama dalam Pertempuran
Atlantik ini. Torpedo pertama ini menghantam target dengan telak dan
langsung menghentikan Kapal itu dari jalurnya dalam keadaan sekarat.
Torpedo kedua mengalami malfungsi dan bergerak liar tak terkendali.
Takut apabila Torpedo tersebut mungkin akan berputar balik dan
membahayakan Kapal Selamnya, maka Lemp segera memberi perintah untuk
menyelam lebih dalam lagi demi menghindari resiko hantaman Torpedo,
dan muncul lagi ke permukaan setelah di rasa aman.
Pada
saat itu, langit tengah gelap. Ketika muncul kembali ke permukaan,
Lemp segera keluar dari Kapal Selamnya. Dari atas menara U-30, Lemp
mengamati wilayah target penembakannya dengan menggunakna teropong
binokuler. Ia tidak melihat adanya ancaman bahaya dalam posisi
penenggelaman itu sehingga Lemp kembali memerintahkan pada awaknya
untuk menembakkan Torpedo ketiga. Ternyata Torpedo ini mengalami
gagal fungsi dan bergerak liar tak tentu arah. Jengkel dengan
kegagalan Torpedonya, Lemp membawa kapal Selamnya mendekati Kapal
Target. Ia ingin segera menghabisi Meriam Dek.
Dengan
hati-hati sambil membelakangi rembulan, dimana dengan posisi itu
membantu penampakan U-Boatnya menjadi tersamar, Lemp bergerak
mendekat. Kini ia dapat melihat dengan jelas sebuah siluet Kapal di
kegelapan. Ia memeriksa Kapal tersebut dan mencocokkannya dengan
sebuah buku Katalog kapal yang dibuat Lloyd's Register, dan apa yang
ia temukan kemudian sungguh amat menakutkannya. Seakan kembali
terdengar dan terbayang semua peringatan keras dan larangan dari
Fuhrer untuk tidak menyerang Kapal Berpenumpang Sipil, dan apa yang
dilihatnya kini telah menyadarkannya bahwa ia telah melakukan
kesalahan fatal.
Ia
baru saja menorpedo SS Athenia, sebuah Kapal penumpang Sipil Inggris
yang berbobot 13.580ton. Semua keraguan tentang identitas Kapal
tersebut kini terjawab sudah ketika operator radio kapal SS Athenia
melaporkan panggilan bahaya ke daratan Inggris, berupa identitas
penyamaran, posisinya, dan kode tripel “S” sebagai tanda bahwa
yang menyerangnya adalah sebuah kapal selam. Kapal penumpang sipil
yang sedianya akan menuju ke Kanada ini membawa 1.100 penumpang.
Termasuk wanita dan anak-anak. Sebanyak 311 orang diantaranya adalah
Warga Negara Amerika yang hendak mengungsi keluar dari Inggris,
menghindari Perang yang mulai memanas di Eropa.
Karena
rasa takut akan kesalahannya itu, Lemp membiarkan radionya tetap
membisu. Sampai tanggal 14 September, atau sebelas hari setelah
menenggelamkan SS Athenia, ia melapor ke Markas Besar bahwa Kapal
Selamnya mengalami kerusakan setelah terlibat kontak dengan dua Kapal
Perusak yang mengawal Kapal Kargo Inggris, Fanad Head, yang berhasil
ia tenggelamkan. Ia juga meminta izin untuk mendaratkan awak pesawat
Inggris yang terluka, karena pesawatnya berhasil ia tembak jatuh, ke
Islandia, untuk mendapatkan perawatan medis. Lemp sama sekali tidak
menyinggung soal masalah tenggelamnya SS Athenia.
Lemp
memutuskan untuk sama sekali tidak menolong para Korban SS Athenia
seperti yang telah diatur dalam Perjanjian Prize Regulations,
kemungkinan karena sebelumnya ia telah melihat kapal kargo Norwegia,
Knut Nelson, berlayar di area tersebut pada sore harinya dan yakin
kapal itu akan segera menolong para penumpang SS Athenia. Dan benar,
kapal Knut Nelson segera datang bersama dua kapal dagangnya, yaitu
City of Flint dan Southern Cross, juga tak lama tiga Kapal Destroyer
Inggris Electra, Escort, dan Fame tiba, dan langsung melakukan
operasi penyelamatan.
Doenitz
pertama kali mendengar kapal perihal insiden itu dari siaran radio
BBC, berita itu sangat mengejutkan dan mengguncangya, terlebih lagi
kepada para staf AL Jerman, Laksamana Erich Raeder. Berlin sendiri
masih tidak tahu dan tidak dapat memastikan sebelum Lemp melaporkan
sendiri perihal kejadian tersebut. Tetapi setelah melihat kembali
wilayah patroli semua Armada U-Boat yang disebar di Lautan Atlantik,
Doenitz akhirnya membela Lemp dan membenarkan tindakannya sebagai
kapten U-30 menenggelamkan SS Athenia.
Kriegsmarine
pun dengan segera merespon dengan cepat dengan menebarkan propaganda
dan pembelaan untuk melindungi Jerman dari tuduhan sebagai pelanggar
Perjanjian Prize Regulations. Kebijakan ini menunjukkan bahwa Jerman
tampaknya bermaksud ingin memperluas Peperangan dengan cara yang sama
saat pecahnya PD I, yaitu tidak membatasi tindakan Kapal selamnya di
dalam Peperangan. Sejumlah negara langsung mengecam keras dan
menuding sikap Jerman yang melindungi tindakan barbar para awak kapal
selamnya yang telah menenggelamkan Athenia.
Hitler
sangat marah besar pada kejadian ini, namun ia memilih untuk tidak
menanggapinya secara serius perihal penenggelaman ini. Berlin justru
melancarkan propagandanya, Berlin menuduh Inggris memang telah
sengaja menyiapkan plot penenggelaman ini untuk mendeskreditkan
Jerman sehingga bisa mengambil keuntungan dengan memancing pihak
Amerika Serikat agar turut bergabung dengan Perang yang diumumkan
Inggris, untuk bersama-sama melawan Jerman. Menteri Propaganda
Jerman, Joseph Goebells telah menginstruksikan untuk menyiarkan bukti
bahwa tak ada satupun U-boat Jerman yang berada di lokasi tersebut
pada saat tenggelamnya Athenia, sehingga tak mungkin kapal U-boat
Jerman menorpedo Athenia. Berlin mengklaim bahwa SS Athenia tenggelam
oleh ulah kapal selam atau ranjau pihak Inggris sendiri.
Kapal SS Balirlogie- yang juga berhasil ditenggelamkan oleh Lemp,
Komandan U-30 Jerman.
Komandan U-30 Jerman.
Kapal
Selam Lemp akhirnya merapat di Pelabuhan pada 27 September 1939,
setelah baru saja mendaratkan awak yang terluka di Islandia pada 19
September. Berlin masih menyangkal peristiwa penenggelaman ini, namun
seluruh jajaran Armada U-boat telah siap menerima laporan bahwa Lemp
lah yang bertanggung jawab atas peristiwa penenggelaman SS Athenia
itu. Atas kesalahan fatalnya, Lemp dapat diberhentikan dari tugasnya
atau kemungkinan menghadapi pengadilan Militer.
Lemp
pun segera dikirim ke Berlin untuk dilakukan Investigasi lanjutan
oleh pihak AL Jerman. Namun sebelumnya, Doenitz melihat catatan
gemilang Lemp di lautan. Dimana ia telah berhasil menenggelamkan 3
Kapal (Dua diantaranya adalah Kapal dagang, yaitu SS Blairlogie dan
SS Fanad Head) termasuk SS Athenia, dan menembak jatuh dua pesawat
Inggris, namun memperlihatkan perilaku terpuji terhadap kemanusiaan
dengan menyelamatkan dua pilot Inggris itu dari laut dan membawa
mereka ke Islandia untuk mendapat perawatan medis, lalu
memperlihatkan kompetensinya sebagai Kapten kapal selam saat
menghadapi serangan bom dalam (Depth Charge Attack) dari 2 Kapal
Perusak yang mengawal SS Fanad Head, dengan membawa pulang kembali
awaknya dengan selamat, sekalipun kapal selamnya mengalami kerusakan.
Untuk menjatuhkan hukuman terhadap Lemp, seorang Komandan U-boat yang
handal dan profesional, tentu akan membawa dampak buruh bagi seluruh
awak kapal selam di jajaran Armada AL Jerman.
Doenitz
akhirnya memutuskan jalan terbaik bagi Lemp, yaitu menutupi perihal
kasus kecelakaan ini dari tim Investigasi AL di Berlin dengan tidak
menyertakan berkas laporan detil dari Lamp. Dan sebagai gantinya
menambahkan catatan laporan palsu yang menyebutkan bahwa Lemp bersama
U-30 pimpinannya tengah berada sekitar 200mil sebalah Barat dari
lokasi kejadian saat tenggelamnya Athenia, pada tanggal 3 September
tersebut.
Menanggapi
masalah ini, Hitler kembali mengeluarkan peringatan keras dan
memberlakukan sejumlah aturan ketat bagi seluruh Armada U-boatnya.
Hitler memerintahkan agar semua kapal penumpang tidak boleh diserang,
sekalipun itu bergerak didalam konvoi dan berada dibawah pengawalan
Kapal perang musuh. Kebijakan Hitler ini cukup membuat bingung para
awak U-boat Jerman, dimana seringkali Kapal kargo juga suka membawa
penumpang sipil, dan Kapal penumpang Sipil pun terkadang seringkali
digunakan untuk mengangkut Tentara.
Walau
insiden ini tidak disengaja. Namun hal ini telah membawa nuansa teror
tersendiri bagi Kapal-kapal Sekutu terhadap keberadaan U-boat Jerman
yang berkeliaran mencari mangsa di Laut Atlantik. Dampak psikologis
dari insiden ini terhadap Berlin adalah hanya sedikit memperlunak
rencana Hitler untuk mendepak keluar Perancis dan Inggris dari kancah
Peperangan.
Fritz Lemp
Sumber;
Buku U-BOAT The Battle of Atlantic. Ari Subiakto
No comments:
Post a Comment